VI

2.8K 440 54
                                    

Setelah bibir itu terpisah, keduanya saling memandang. Tak ada yang berkata-kata, tetap hening, hingga bibir keduanya memahatkan senyum. Ada rasa lega terpancar dari kilau emerald dan kelabu itu, ada satu rasa yang tak bisa diungkapkan melalui aksara.

Seungwoo meletakkan dahinya dengan lembut di dahi Byungchan, tertawa renyah sembari mengusap rambut belakang pria itu. Mengacaknya dengan gemas dan penuh kasih, "Terima kasih, karena kau selalu berada di dekatku," bisiknya lirih.

Byungchan hanya mengangguk dan tersenyum. Dia membiarkan sekali lagi bibir Seungwoo mengecup bibirnya, hanya singkat tapi sangat membekas.

"Sepertinya aku harus tidur sekarang." kata Byungchan pelan, dia harus mengistirahatkan jantungnya.

Seungwol tersenyum, "G'nite," bisiknya.

.

.

.

#

.

.

Bahkan bantal dan kasur yang super lembut pun tak mampu membuat mata Seungwoo terpejam. Dia terus terjaga hingga matahari mulai menampakkan sinarnya.

Pikirannya tak sekalipun lepas dari Byungchan yang tengah tidur di samping kamarnya. Senyum terus menghiasi bibirnya.

Dia seperti remaja yang baru merasakan cinta, begitu indah dan penuh debaran.

Merasa tak ada gunanya lagi berada di dalam kamar, Seungwoo pun memutuskan keluar. Tapi alangkah terkejutnya dia melihat Byungchan telah sibuk di dalam dapur.

"Morning," sapanya.

Byungchan tampak terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya, "Morning," balasnya.

Jantungnya yang semalam sudah mulai tenang kembali berulah.

Seungwoo terkekeh pelan melihat pria itu, dia tampak tetap tenang, tapi sorot matanya memancarkan kegugupan. Pelan dia mendekati Byungchan, "Pagi sekali? Kupikir belum ada yang bangun," katanya.

Byungchan kembali menyibukkan diri dengan masakannya, "Aku bahkan belum tidur semalaman," gerutunya.

Seungwoo tercengang, lalu tertawa keras, "Tahu begitu kita habiskan saja semalaman di depan televisi," guraunya sambil memeluk pinggang Byungchan dari belakang.

Byungchan terkesiap, tapi dia mencoba untuk menyamankan diri dalam dekapan pria jangkung itu. Rasanya aneh, hubungan kerja mereka menjadi seintim ini. Tapi entah kenapa semua terasa begitu wajar.

"Apa yang kau masak?" tanya Seungwoo dari balik bahu Byungchan sambil tetap memeluk pria itu. Rasanya begitu hangat, dan dia mulai menyukai ini.

Ada seseorang dalam pelukannya, seseorang yang mampu menghangatkan jiwanya, membangkitkan gairah hidupnya.

"Omelet sosis, kalau kau tak keberatan," jawab Byungchan sambil terus memasak dengan gerakan kaku, karena tubuhnya masih berada dalam dekapan bosnya itu.

"Apapun akan kumakan kalau itu kau yang membuat," rayu Seungwoo sambil mencium pelipis pria itu.

Byungchan tertawa pelan, "Sebaiknya kau segera mandi. Aku yakin setelah ini Dongpyo akan bangun dan langsung ribut menagih janji memancingmu kemarin."

"Sebelum dia ribut menagih janjiku, bagaimana kalau aku menagih ciuman selamat pagi dulu darimu, hm?" goda Seungwoo di telinga Byungchan yang membuat pria itu meremang.

Byungchan membalikkan tubuhnya menghadap Seungwoo. Emeraldnya menatap kilau hitam yang bersinar indah itu.

'Tak ada yang harus dijelaskan untuk saat ini, biarkan semua berjalan apa adanya',

begitu kata hatinya berbisik. Pelan dia sedikit berjinjit dan meraih bibir Seungwoo dengan bibirnya sendiri. Dia tertawa pelan saat Seungwoo menahan tubuhnya dengan lengannya, tak membiarkan ciuman itu cepat berakhir.

Tulangnya seakan melunak saat jemari Seungwoo mengusap punggungnya dengan lembut sembari memperdalam ciuman mereka.

Byungchan mendorong pelan dada Seungwoo sambil sedikit tersengal, tawa renyah kembali meluncur dari bibirnya, "Cukup, hyung." katanya sambil memalingkan wajahnya yang memanas.

Seungwoo tersenyum dan memeluk tubuh Byungchan. Postur tubuh mereka begitu pas, seperti kepingan puzzle yang disatukan kembali, begitu sempurna.

Seungwoo ingin terus seperti ini, menata kembali hidupnya yang hancur dan terpuruk bersama pria dalam pelukannya ini. Hampir saja air mata meluncur dari matanya, kebahagiaan yang dirasanya saat ini seperti mimpi, dan dia tak ingin terbangun selamanya jika ini memang mimpi.

"Daddy, Byungchan hyung kenapa?"

Suara Dongpyo mengejutkan mereka, dengan enggan Seungwoo melepaskan pelukannya pada Byungchan.

"Kenapa?" tanya Seungwoo kembali pada putranya yang masih setengah mengantuk itu.

"Kenapa Daddy memeluk Byungchan hyung? Apa dia menangis?" tanya bocah itu lagi sambil memeluk kaki Byungchan yang masih memalingkan wajahnya ke luar jendela.

Dia tak mau Dongpyo melihat wajahnya yang memerah.

Seungwoo tertawa, "Tidak, Channie hyungmu tidak menangis, Pyo. Bukan begitu?" godanya sambil menyentuh pipi pria yang terasa hangat itu.

Byungchan semakin gugup, pelan dia menepis tangan Seungwoo, "Diam hyung, pergilah mandi bersama Dongpyo. Kau telah membuat masakanku hangus," gerutunya.

Seungwoo tertawa sambil mengangkat Dongpyo dalam gendongannya, "Buatkan lagi yang baru ya," godanya.

.

.

.

.

.
Udah meleleh belum gengs?

YES, SIR! [Seungwoo X Byungchan] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang