seventh: es kelapa

88 9 0
                                    

Distance doesn't separate people.
Silence does.

***

Ternyata, Darsa tiba lebih dulu. Sedikit mengherankan karena satu-satunya orang yang mengikuti ekstrakurikuler futsal adalah Akta, lantas di sini malah Darsa yang terlihat seperti anggota yang luar biasa disiplin. Darsa masih berada di parkiran, tidak berniat masuk ke dalam lapangan karena masih menunggu Akta juga upik abu kesayangannya, alias Kana.

Darsa memilih menunggu dengan bersandar pada motor gede miliknya sambil sesekali mengecek ponsel yang berada di genggaman, menunggu notifikasi dari Kana atau Akta yang sampai sekarang belum mengirimkan kabar apa-apa. Untungnya, malam ini tempat latihan tidak begitu ramai. Mungkin karena hari ini bukan weekend, jadi tidak banyak orang yang meluangkan waktunya untuk bermain futsal atau sekadar menonton orang-orang bermain. Mungkin kalau sekarang keadaan lapangan itu ramai, Darsa sudah terlihat seperti tukang parkir gadungan yang luar biasa ajaib, muncul tiba-tiba seperti jin iprit. Datang entah dari mana, kemudian ketika selesai parkir dan mendapat upah, tiba-tiba hilang entah ke mana. Meskipun kalau dipikir-pikir Darsa tidak keberatan dianggap sebagai tukang parkir, sebab hasilnya lumayan untuk beli nasi padang satu bungkus. Selain itu, kerjaannya juga cuma bilang kanan-kiri-terus-stop doang. Tidak perlu mengerahkan tenaga ekstra, sudah bisa ongkang-ongkang kaki di warteg sambil minum kopi. Tapi kayaknya sih orang-orang tidak akan menganggap Darsa demikian karena tampang cowok itu terlalu dahsyat untuk disebut sebagai tukang parkir.

Bukannya sombong, sudah takdir.

Setelah kurang lebih lima belas menit Darsa bercengkrama dengan nyamuk-nyamuk yang ia juluki nyabe (nyamuk cabe), dari arah pintu masuk datang seseorang yang Darsa kenali. Orang itu bukan Akta, juga bukan Kana. Dia adalah Raja. Teman seangkatan Darsa yang meskipun kedekatannya tidak seakrab dirinya dengan Vian dan Akta, tetapi keduanya bisa dikatakan cukup
dekat. Sesekali Darsa memang menyempatkan untuk nongkrong bareng Raja dan beberapa teman cowok itu. Dan sama seperti Akta, Raja juga merupakan anggota ekskul futsal. Jadi, tidak heran mengapa sekarang cowok itu ada di hadapan Darsa.

Setelah selesai memarkirkan motornya, Raja pun menghampiri Darsa yang sudah menduga hal tersebut. Keduanya melakukan highfive layaknya mereka baru saja bertemu dengan partner in crime atau mudahnya teman seperkampretan. Jaringan pertemanan Darsa memang cukup luas, sebab cowok itu tergolong pintar dalam hal bergaul. Akta dan Vian pun sama. Alasan mengapa mereka memiliki banyak teman adalah tingkah mereka yang suka nyeleneh dan aksinya yang kadang suka membuat guru atau murid lain geleng-geleng kepala. Darsa dan Akta memang wajar jika diberi julukan 'biang kerok' sekolah, tetapi Vian? Entah kenapa, berada di antara Darsa dan Akta membuat cowok itu menjadi bebas berekspresi, salah satu alasan mengapa murid pintar dan kalem sepertinya dapat bersahabat dengan Darsa dan Akta bahkan sejak ketiganya masih menggunakan seragam putih biru. Selain itu, Darsa juga merupakan sosok yang friendly dan definisi sempurna dari anak zaman now.

"Tumben amat lo dateng ke sini," sapa Raja setelah sesi highfive mereka.

Darsa tersenyum lebar, memamerkan giginya. "Mau tebar pesona, hehe."

"Yeu, cupang. Bisa aja!" Raja mencibir. "Jangan bilang lo dateng karena mau nyemangatin gue? Ih so sweet banget, deh."

Darsa memutar bola matanya jengkel. "Jones lo emang udah di level mematikan. Kacau!"

"Ngaca! Noh, kaca spion berjejer, tinggal pilih mau nampakin muka di mana. Sesama jomblo karatan, jangan saling menghina!" Raja membalas sensi, namun pada akhirnya memilih ikut bersandar di motor yang terparkir tepat di samping motor Darsa.

tacenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang