fifth: ondel-ondel

108 6 1
                                    

Sometimes, the apology never comes when it is wanted. And when it comes, it is neither wanted nor needed.

***

Hari Senin dengan cuaca yang cerah entah kenapa selalu jadi hal yang berhasil membuat mood Kana memburuk. Pasalnya, situasi demikian sama saja membuat kegiatan rutin bernama 'upacara' lebih mudah untuk dilaksanakan, dan Kana benci akan fakta itu. Selain itu, jadwal olahraga di kelas Kana itu hari Senin, sementara Kana terlalu malas untuk mengantre di toilet hanya untuk berganti pakaian. Jadi mau tidak mau Kana harus menggunakan seragam double, yang mana hal itu tentunya membuat cewek itu semakin mudah bermandi keringat.

"Buset deh, itu Pak Galih lagi pidato kenegaraan atau apa sih anjir, lama banget asli. Gak capek apa dia berdiri gitu? Ini kaki gue aja udah kayak jeli, panggil PMR, Yan, cepet!" cerocos Kana tanpa peduli kalau volume suaranya yang keras bisa saja mengundang perhatian guru kesiswaan yang selalu dengan senang hati menghukum siswa dan siswi yang membuat ulah.

"Jangan berisik, tolol. Ada guru di pojok sono."

Mendengar ucapan Vian, Kana kontan menoleh ke bagian pojok barisan yang Vian maksud. Benar saja, di sana terdapat dua guru yang terlihat sibuk mengawasi murid-murid yang sekiranya bisa dijadikan sasaran empuk.

Kana berdecak kesal. "Nyusahin, anjing."

Vian melirik ke arah Kana masih dalam posisi istirahat. "Bentar lagi. Sabar dikit ngapa lo, buset."

"Gerah banget, Yan. Lo tahu kan baju olahraga kita setebal apa bahannya, astaghfirullah."

"Ya lagian siapa suruh double-an segala."

"Heh, ini juga karena lo dan kaum lo gak mau berbagi ruang kelas kalau ganti pakaian. Padahal kan cowok kalau ganti mah gampang, cih."

"Siapa bilang kita gak mau? Mau-mau aja kita mah."

Kana mendelik sinis. "Taik."

"Shuuttt!"

Kana dan Vian langsung terdiam ketika salah satu guru kesiswaan yang ada di pojok barisan tadi menghampiri barisan mereka. Meski tak mengatakan apa-apa, namun guru kesiswaan yang Kana tahu dengan kegalakannya itu terlihat tidak ingin pindah dari barisan kelasnya. Hal itu tentu membuat Kana harus tetap diam dan secara terpaksa mendengarkan pidato dari pembina upacara pagi itu.

"Bapak harap sebagai generasi penerus bangsa, kalian bisa menjadi pribadi yang membanggakan untuk ke depannya. Sekian untuk pidato Bapak hari ini, Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh!!!"

Kana menghela napas lega ketika akhirnya pemimpin barisan memberi perintah untuk kembali pada posisi siap. Kurang lebih sepuluh menit setelah semua susunan upacara dilaksanakan, Kana akhirnya bisa kembali ke kelas dan menghabiskan satu botol minuman kemasan yang tadi ia beli sebelum bel masuk.

"Na, lo mau ganti gak?" Cyrin--teman sebangku Kana--bertanya sambil sibuk memasukkan beberapa tugas milik teman sekelasnya ke kolong agar tidak terlalu memenuhi meja.

Cyrin dan Kana sudah saling kenal sejak keduanya duduk di kelas 10. Dan entah takdir atau apa, Kana dan Cyrin pun ada di kelas yang sama selama tiga tahun berturut-turut. Tidak hanya itu, Kana dan Cyrin juga sama-sama tergabung dalam ekskul modern dance sejak keduanya masih menjadi junior.

tacenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang