Lima

23K 781 4
                                    

Sekelebat sinar yang teramat terang memekakan mataku. Perlahan kubuka dan kukerjapkan beberapa kali. Kepalaku terasa berat dan sangat pusing. Seperti habis mendapat hantaman keras dari palu besar. Tangan kananku terangkat dan memijit pelipisku. Kulihat langit-langit kamar berwarna putih. Aku pernah melihatnya. Ya, ini seperti kejadian beberapa hari lalu. Aku bangkit dari tidurku. Penampilanku kacau. Dress batikku berantakan, kancing bagian atas terbuka memperlihatkan belahan dadaku. Bagian bawahnya tersikap menampakkan paha mulusku. Aku rasa posisi tidurku semalam kacau. Saat aku memandang ke depan terlihat seorang gadis dengan rambut awut-awutan, tak tertata dan bagian kelopak mata menghitam akibat mascara yang luntur. Buruk sekali penampilanku pagi ini. Aku terkekeh menertawakan penampilanku.

"Errrggghh." Deg. Sebuah erangan ringan terdengar. Perlahan kutolehkan kepalaku ke samping. Seorang pria tengah tertidur lelap dengan memakai kaos putih dan sebagian badan tertutupi selimut. Tangan kanannya berada di atas tubuh bawahku. Dia memelukku. Ini tidak mungkin. Aku... aku... semalam... aku...

Ini pasti mimpi. Tidak mungkin. "Aaarrrgghhhh!" Teriak adalah hal paling manjur untuk meluapkan kepanikanku. Ini terjadi lagi. Sesuatu yang memalukan terjadi lagi.

"Ah, apa-apaan sih? Ini masih terlalu pagi untuk panik!" Teriakkanku membuat pria itu terbangun. Seorang pria berwajah bule terduduk di sampingku dengan wajah kesal. "Lo tuh bisa nggak sih nggak bikin keributan," omelnya.

"Aarrggh! Apa yang terjadi semalam? Apa yang lo lakuin sama gue?" histerisku dibarengi dengan tanganku yang terangkat memukul dadanya.

"Aw... aduh... sakit tahu! Bisa diam nggak sih!" bentaknya. Kedua tanganku berhenti memukulnya karena kedua tangannya mencekalku erat. Aku terdiam sesaat. Kami saling pandang. Sekelebat bayangan muncul dalam benakku. Kejadian beberapa hari yang lalu berputar dalam memori otakku.

"Arghhh...TIDAAAKKKK!" Aku berontak seperti orang gila. Cengkeraman tangan Oscar semakin erat. Bruk. Dia menghempaskan tubuhku ke tempat tidur. Tubuhnya berada di atasku. Sementara itu, kedua tangannya mengunci tanganku, membuat aku tak dapat berkutik. Aku diam memandangnya. Pandangan kami saling bertemu. Jantungku berdebar semakin kencang. Apa yang terjadi? Napasku seperti terhenti. Aku menahan napasku. Mataku menelusuri setiap lekuk wajah Oscar. Rambut, dahi, hidung, mata, dan bibirnya... Astaga! Betapa hebatnya kuasa Tuhan menciptakan makhluk setampan dia. Apa? Aku baru saja memujinya? Tapi dia memang begitu tampan. Kenapa aku baru menyadarinya?

Aku rasa tubuhku mulai melemas. Begitu pula yang kurasakan pada cengkeraman tangan Oscar yang turut melemas. Entah berapa menit yang terlewatkan. Saling diam dan hanya memandang satu sama lain. "Oh, gue mesti berangkat kerja," ujar Oscar. Dia beranjak dari atas tubuhku.

"Tunggu!" Entah dorongan apa yang membuatku semakin berani. Aku bangkit menarik lengan Oscar, mendekatkan wajahku. Lalu menempelkan bibirku pada bibirnya. Awalnya Oscar terdiam tak membalasku, tapi setelah ciumanku bertambah semakin dalam, Oscar mulai ganas melumat bibirku. Aku sengaja mengalungkan tanganku di lehernya. Menarik kepalanya agar semakin dekat dan ciumannya semakin dalam. Tubuhku secara refleks bergerak maju, lebih lekat dengan tubuh Oscar. Bruk. Oscar yang terdorong olehku jatuh terbaring dengan bibir kami yang masih saling menempel. "Aaah." Aku mendesah menikmati semua ini. Oscar bagaikan magnet yang menarikku untuk lebih jauh berbuat sesuatu yang hampir tak pernah kulakukan. Dia laki-laki yang punya wibawa tinggi, tak mau kalah dan keras. Oscar mendorongku, mengubah posisi, menindihku tanpa sedikit pun melepaskanku.

"Damn!" Tiba-tiba saja dia melepasku di saat aku bergitu menikmati semua sentuhan dan perlakuannya. Oscar bangkit dari tempat tidur. "Gue nggak mau ngerusak lo lebih jauh!" Brak. Bantingan pintu yang cukup keras membuat keadaan terlihat buruk. Oscar meninggalkanku dengan ketercengangan. Perasaanku kacau. Terpukul, merasa bodoh, dan syok. Apa dia marah? Apa dia tidak suka? Segala pikiran buruk bersemayam dalam benakku.

I Want YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang