Mohon saran dan kritiknya
°
°
°Andai saja aku tak terlahir dengan kemampuan ini mungkin akan sangat menyenangkan. Apakah kalian tahu jika gadis yang kutemui tadi pagi kini ada di kamar mandi?
"Aku tahu kamu bisa melihatku. Selama beberapa tahun tak ada yang bisa merasakan keberadaanku," ujarnya dengan senyuman.
Dia cantik jika dia itu manusia, tetapi sayangnya kulit pucatnya malah menambah kesan yang menakutkan apalagi ada luka lebar di sudut bibirnya.
"Sudah berapa lama kamu di sini?"
Ingatlah! Aku bertanya bukan memakai bibir melainkan suara hati. Jika aku bicara layaknya manusia nanti dipikir gila. Benar, bukan?
"Aku meninggal di tahun 1915. Kamu hitung saja sendiri."
Hantu kurang ajar. Dia menyuruhku untuk menghitung usia kematiannya.
"Ini rumahmu dulu?" tanyaku lagi.
Biasanya hantu yang tinggal lama di suatu tempat itu menandakan jika dia pernah ada di sini.
"Dulunya ini tempat pemukiman warga. Karena suatu hal akhirnya dijadikan rumah sakit kemudian jadi sekolah hingga sekarang."
Rumah sakit? Pantasan hantu-hantu di sini kebanyakan perawat dan pasien dengan pakaian yang di era jaman dulu.
"Kau tak mau pergi? Tempatmu bukan di sini."
"Itu bukan urusanmu. Aku suka tinggal di tempat ini dan bukankah kita sama?"
Aku mendelikkan mata dan tanpa sadar aku bicara melalui bibir. Enak saja dia mengatakan jika dirinya sama denganku.
"Kau dan aku itu tak sama. Kita berbeda dalam segala hal."
Sumpah deh ... baru kali ini aku menemui hantu mulutnya ember sekali. Aku mendengkus kesal dan segera berlalu darinya.
*****
Di dadaku rasanya sesak sekali menahan emosi atas ucapannya. Aku ini manusia bukan hantu. Dia saja yang tidak bisa membedakan manusia dan hantu.
"Kalau jalan itu lihat ke depan. Bukan ke belakang!" bentak seseorang ketika kami bertabrakan.
"Memangnya kenapa?" Aku membalasnya dengan bentakan juga.
"Mata itu dipakai untuk melihat jalan. Bukannya menoleh ke belakang sambil mengoceh tak jelas!"
Aku berdiri seraya mengusap kening yang terbentur. Sakitnya bukan main.
"Ini mataku. Ya seenaknya aku mau dipakai untuk apa."
"Dasar cewek aneh. Bicara sendiri di kamar mandi seperti orang gila," sindirnya tajam dan matanya memandangku tidak suka.
Ingin rasanya kutonjok mukanya, tetapi aku ingat perkataan Ibu agar tidak mencari masalah di sekolah. Kutinggalkan pemuda itu yang masih mendumel.
Karena tidak ada pelajaran apapun akhirnya wali kelas memulangkan kami awal. Aku menghela napas lega dan senang.
"Lean, katakan kepada ibu. Aku pulang agak sore." Lois datang ke kelasku hanya untuk memberitahu yang tidak penting. Ia bisa mengirim pesan melalui ponsel.
"Terserah kamu saja." Aku tak ambil pusing dirinya mau pulang atau tidak. Ia bukan anak-anak lagi.
Aile sudah meninggalkan kelas sejak tadi karena ada latihan balet. Kuraih tas dan berjalan cepat agar gadis itu tak mengikutiku. Namun, tetap saja dia mengikuti hingga sampai gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Amari ( Terbit Di Dreame/Innovel Hingga Tamat)
Fantasy"Jangan mendekat atau memanggil namaku dengan bibirmu itu. Aku tidak mau berteman dengan monster seperti kalian." Bibirku terkatup rapat dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan seseorang yang ada di hadapanku. Ia tidak berani melihatku dan...