Pertanyaan sama yang pernah diajukan oleh temanku dulu. Ia gadis manis berusia lima belas tahun dengan rambut pendek. Namanya Cloenere Andres. Ia teman yang menyenangkan dan bertingkah konyol. Namun, pertemanan kami terhalang oleh sesuatu yang tidak bisa kuhindari.
Malam itu sama dengan peristiwa yang dialami Anson. Ada arwah jahat yang ingin mengambil jiwanya. Aku dan Zie memang berhasil menyingkirkan makhluk jahat itu berkat bantuan Ubel Mogens. Akan tetapi naas, Cloe mengetahui siapa kami sebenarnya hari itu. Ia ketakutan dan histeris. Terpaksa Ayah menghilangkan semua ingatan Cloe tentangku. Sejak peristiwa itu Ayah mengajak kami pindah hingga akhirnya aku bertemu Anson.
"Katakan padaku, siapa kamu sebenarnya?" Anson menarik lenganku dan membiarkan sepedanya jatuh.
Wajah kami begitu dekat hingga aku bisa mencium harum tubuhnya dan mendengar detak jantungnya. Jantungku berdetak cepat seperti diburu sesuatu.
"A--pa maksudmu? A--ku tentu manusia," gagapku karena matanya tajam menelisik ke arahku.
Anson melepas tanganku dengan kasarnya, ia mendecih dan mengambil sepedanya,"Aku tahu ada hal yang kamu rahasiakan. Aku akan mencari tahu siapa kamu sebenarnya."
Bagaimana aku bisa mengatakan padanya? Terkadang kejujuran tidak membawamu lebih baik. Hal itu berlaku terhadapku. Aku terlalu takut mengetahui kenyataan jika ia tahu keluargaku.
"Cepat naik! Kita akan terlambat."
Tanpa Anson sadari sebenarnya aku menahan air mata. Hidup yang aku jalani saat ini tidak bisa mengubah apapun. Aku bukan manusia normal. Keluarga Amari merupakan korban dari masalah. Masalah yang hingga kini terus menghalangi kami bagaikan dinding yang tidak bisa disentuh. Kami harus memberikan ingatan yang hilang terhadap orang yang mengetahui kemampuan ini dan pergi menjauh.
"Aku hanya ingin hidup seperti manusia normal, Tuhan,"ujarku dalam hati.
*****
Sejak Coraline dimusnakan oleh Ubel Mogens, para hantu yang tinggal di sekolah ini menghindariku bahkan ketakutan. Pernah aku bertanya salah satu dari mereka,"Mengapa kalian menghindariku?"
Bapak tua yang pernah kutemui menjawab jika mereka tidak mau berurusan dengan seseorang yang kenal dengan Ubel. Karena Ubel akan mencari mereka yang nakal dan suka mencelakai manusia. Okelah .... setidaknya diriku merasa aman dari gangguan walau aku tahu mungkin hanya sementara.
"Lean, kemari," panggil Ailee di ambang pintu.
Aku yang sedang asyik membaca berusaha mengabaikannya. Jika ia memanggil itu artinya ada hal penting yang mendesak dan harus dilakukan.
"Aduh ini anak. Ke sini sebentar." Ia menyeretku dari bangku.
"Apa sih, Aile? Kamu tidak mengerjakan tugas lagi? Atau kamu mendapatkan telepon seseorang?" Dengan enggan kuseret langkah kaki mengikuti Aile.
"Sudah ikuti saja aku. Nanti kamu bakal tahu, kok."
Terpaksa aku mengekorinya dari belakang. Rambut pirang Aile yang dikuncir satu terlihat bergoyang seirama dengan langkah kakinya dan sesekali mengomel yang tidak terdengar jelas. Aile mengajakku ke lapangan di mana sudah banyak anak-anak berkerumunan dan meneriaki nama seseorang.
"Cepat hajar anak itu, Zie!"
Di tengah lapangan ada Zie bersama anak-anak dari kelas sebelahnya. Entah apa yang sedang terjadi, Zie tidak melawan perkataan kasar mereka dan terlihat santai.
"Ini yang ingin kutunjukkan padamu,"beritahunya dengan cemas.
"Memangnya ada apa?"
"Aku dengar ada kakak kelas yang menyukai Zie dan orang yang pakai jaket itu mantannya. Ia tidak terima jika mantannya menyukai Zie,"bisik Aile hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Amari ( Terbit Di Dreame/Innovel Hingga Tamat)
Fantastik"Jangan mendekat atau memanggil namaku dengan bibirmu itu. Aku tidak mau berteman dengan monster seperti kalian." Bibirku terkatup rapat dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan seseorang yang ada di hadapanku. Ia tidak berani melihatku dan...