chapter 2

19 3 0
                                    

    Masih sangat pagi bagi Aleta untuk menyibukkan dirinya, hari ini adalah hari pertama dan merupakan hari pembukaan HUT SMA SAINS INDONESIA ke-10.



    Dengan baju persatuan osis berwarna abu-putih di serasikan dengan rok span putih pendek yang di kenakan Aleta membuatnya sedikit mengeluarkan jati diri aslinya.


"Pagi bi...". Sapa Aleta pada bi eris yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuknya.

"Eh pagi non oh iya tadi waktu bibi keluar bibi nemuin ini non kayaknya dikirim diam-diam". Sahut bibi yang menyodorkan amplop merah dan buket bunga mini.

"Hah? dari siapa ya". Tanya Aleta heran sembari memutar-mutar buket bunga tersebut.


     Aleta sadar betul bahwa ia tidak sedang dekat dengan pria mana pun kecuali ambisinya untuk mendekati Rais selain itu Aleta juga tahu bahwa tidak ada satu pun orang yang mengetahui tempat tinggalnya selain Tera lagi pula bagaimana mungkin Tera yang rupanya saja seperti nenek lampir bisa sebaik itu memberinya bunga.


"Apa mungkin Anan?"

"Ya udah lah bi biarin aja paling juga orang salah kirim". Aleta mengembalikan amplop merah dan buket bunga tersebut ketangan bi Eris.


     Bi Eris yang sudah biasa dengan sikap dingin majikannya itu begitu tenang menaruh buket dan amplop merah tersebut di atas meja untuk dibuang apabila jam 8 pagi nanti tidak ada yang mencari barang tersebut.


"Alet berangkat ya bi udah agak telat nih". Aleta pergi meninggalkan dapur dan menyambar roti isi yang telah disiapkan bi Eris sebelumnya.

"Selamat pagi non Alet, itu mobil sedannya non udah waktunya servis non tadi waktu bapak cek olinya udah kotor". Sapa pak Asep yang bertugas sebagai satpam di rumah Aleta.


   Mendengar hal itu membuat Aleta sedikit khawatir masalahnya hanya mobil sedan hitam itu yang menjadi kebanggaannya dalam berkendara. Mobil itu adalah salah satu warisan ayahnya yang tertinggal selebihnya hanya rumah, perusahaan, mobil, motor, dan sebidang tanah yang tidak begitu Aleta mengerti dasar pemberianya.
 

"Gimana non apa mau saya siapkan mobil yang lain atau mungkin non mau di antar saja ?".
Pak Asep menyambung perkataannya karna diarasa cukup lama menunggu jawaban Aleta.

"Emang mobil lain yang Aleta bisa pakai berapa pak ?". Sahut Aleta dengan wajah datar.

    Mendengar ucapan Aleta pak Asep langsung memboyong majikan kecilnya ke garasi mobil milik tuan rumahnya. Sudah lama sekali bagi pak Asep tidak mendatangi atau sekedar melihat garasi mobil itu karna majikan kecil Aleta sangat nyaman dengan sedan hitam yang bila di lihat sudah sedikit kuno.

    Bagi pak Asep adalah sebuah hal menyenangkan bisa membuka kembali pintu garasi yang berisi sederet mobil sport mewah dan mahal yang masih terpajang rapi di belakang rumah besar majikannya. Sejak orang tua Aleta meninggal garasi ini tidak pernah lagi dibuka karna alasan "tidak penting".

"Yah ini non silahkan di pilih mau pakai mobil yang mana hari ini".

   Aleta yang sibuk memperbaiki kepangan rambutnya begitu terkejut karna sederet mobil mewah yang berada di depan matanya Aleta bahkan tidak pernah ingat bahwa ia memiliki sederet pajangan berkelas yang terbuang di garasi belakang rumahnya.

"Yang kuning aja deh pak". Jawab Aleta segan.

    Pak asep langsung mengambil kunci mobil lambourgini kuning yang sudah di modifikasi dan menjadi salah satu andalan besar dalam segala kegiatan formal tuan rumahnya.

RETURN TO FORGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang