chapter 8

3 0 0
                                    

Tok...tok...

      Suara ketukan gerbang rumah Aleta berbunyi. Hari ini pak Asep sedang tidak bertugas karna badannya sedikit kurang sehat walau sebenarnya pak Asep mampu bertugas sebagai orang yang hanya berjaga di depan gerbang namun kali ini Aleta begitu peduli akan kondisi pak Asep yang takutnya semakin parah.

"Siapa bi ?". Tanya Aleta yang sempat menengok ke arah pintu.

"Nggak ada siapa-siapa non cuma bibi nemuin ini buket bunga mini sama amplop merah".Kata bi Eris menyampaikan kejadian yang ia lihat barusan.

"Coba Alet pegang bi". Aleta menjulurkan tangannya sebagai tanda bahwa ia siap menerima kiriman tersebut.

    Aleta meraba buket bunga mini tersebut kemudian menjauh dari bi Eris.

"Gue nggak mungkin salah ini pasti bunga dan amplop yang sama yang selalu di kirim dulu, kenapa sekarang orang itu kirim barang ini lagi"

     Aleta yang terus mengkoreografikan jemarinya pada buket dan amplop yang baru saja ia terima.

"Sepertinya orang itu tahu kalau non sedang menunggu barang itu". Sahut bi Eris yang ternyata memperhatikan Aleta.

"Bi bisa tolong ambilin handpone Alet terus cariin nama Tera ?". Aleta menengok ke arah jendela.

"Ini non".

"Makasih bi". Aleta dengan cepat mendekatkan ponselnya ketelinga agar bisa mendengar suara Tera dengan jelas.

"Lo bisa anter gue ke suatu tempat ?".

     Aleta dengan sabar menunggu kedatangan Tera yang sudah janji akan mengantarnya ke tempat yang akan ia tuju. Setelah gerbang terbuka dan bi Eris menjemput Aleta untuk masuk ke dalam mobil, Tera langsung menancapkan gas mobilnya dengan kencang takut telat katanya.

"Let sebenarnya lo ngapain sih kesini? ". Tanya Tera yang sedikit ragu pada alamat yang di tuju oleh Aleta.

"Lo mau gue bahagia kan, sekarang gue mau jemput kebahagiaan itu Ter". Jawab Aleta yang terus memegang erat buku yang ia temukan di gazebo kemarin.

     Tera menuntun Aleta turun dari mobil menuju sebuah rumah sederhana yang berada tepat di sisi kanan sebuah jalan setapak. Rumah itu begitu sunyi seperti tidak berpenghuni tapi setelah di lihat dari dekat nampak seorang laki-laki bertubuh tinggi dan tegap sedang duduk memandangi daerah perbukitan yang ada di depan matanya.

"Kita udah sam --".

"Iya gue bisa rasain suasananya kok Ter". Sahut Aleta memotong ucapan Tera.

"Ter tolong lo cariin yang namanya Anan ya".

      Mendengar permintaan Aleta, Tera langsung membuka pagar rumah dan menyapa laki-laki bertubuh tinggi tersebut guna mencari informasi tentang keberadaan orang yang di maksud Aleta.

"Permisi!! maaf mas saya mau tanya apa benar ini rumahnya Anan ?". Tanya Tera sopan agar tidak di anggap jahat.

"Maaf mbanya ini siapa ya ?". kata Laki-laki tersebut yang balik bertanya pada Tera.

"Oh kenalin saya Tera saya cuma mau cari Anan kok nggak ada maksud lain". Tera mengulurkan tangannya dengan maksud bersalaman.

"Sebelumnya maaf ya mba tapi mas Anan sudah pindah rumah, mungkin seminggu yang lalu". Jawab laki-laki tersebut setelah membalas jabatan tangan Tera.

"Gitu ya mas, maaf apa saya boleh tahu pindahnya kemana ?". Tanya Tera sedikit menyelidik demi memuaskan hati Aleta.

"Kalo itu saya kurang tau mba tapi, saya pernah dengar kalo keluarganya mas Anan akan balik ke sini buat ngejalanin amanah". Kata Laki-Laki itu segera meninggalkan Tera.

RETURN TO FORGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang