chapter 7

5 0 0
                                    

      Aleta sadar saat ia sedang membutuhkan seseorang, ia tidak akan di pedulikan atas apa yang telah ia lakukan pada semua orang termasuk pada Anan. Orang mana yang masih memandangnya sebagai manusia bila ia sendiri tidak menganggap dirinya sebagai manusia. Yang akhirnya senja semakin menjauh namun ia tidak pernah sanggup melenyapkan cinta yang paling diam dari pandangan mata, apalagi hati.

"Ayo Alet buang semuanya dan mulai sama kehidupan lo yang baru dengan orang yang pernah lo hina dulu"




                                    🕊🕊🕊


    Kecelakaan sore itu membuat Aleta merasakan sulitnya bertahan hidup dalam kegelapan, kini hanya penyesalan yang ia dapat, jika saja waktu itu Aleta segera pulang karna senja yang di rasakannya tidak lagi sama semua ini tidak akan terjadi. Kecelakaan mobil minggu lalu membuat Aleta kehilangan satu-satunya alat penglihatannya dan membuat kakinya lumpuh sementara.

     Sudah ia jalanani semua pengobatan yang di sarankan oleh dokter termasuk oprasi mata tapi, semuanya tidak berpengaruh padanya. Untuk kali ini Aleta membenci senja dan lebih menikmati hujan. Hidup baru dengan kegemaran baru itulah yang sedang Aleta lakukan sekarang.

"Gue harap hanya hujan yang bisa buat gue bahagia, karna dari hujan gue tahu gimana sakitnya jatuh ketanah tapi yang dia lakuin justru selalu buat orang ngerasain kebahagian, dari air yang dia jatuhin setiap detiknya jadi berlian besar buat orang yang lagi kesulitan karna kekeringan" 

     Aleta menadahi rintik hujan yang jatuh dengan tangannya. Sejak kecelakaan minggu lalu Aleta tidak pernah keluar dari lingkungan rumahnya selain ke kebun bunga, bagitu pun untuk mendatangi tempat favoritnya di jembatan. Setiap kali ia datang ke kebun bunga ia selalu meraba-raba tanah mencari sesuatu yang pernah ia kubur tapi tidak pernah ia temukan.

      pada suatu senja minggu terakhir di bulan oktober tangannya tidak sengaja menyentuh tangan lain, Tangan yang pernah menggenggamnya, tangan yang membuatnya teringat masa lalu, kemudian tangan itu menariknya dalam pelukan penuh kasih sayang. Dalam pelukan itu Aleta kembali teringat pada hangatnya tubuh yang pernah ia rasakan di masa lalu.

"Rais lo Rais kan gue tahu itu dari tangan lo, dari kehangatan tubuh lo, gue tahu semua yang gue rasain sekarang adalah rasa yang sama saat lo peluk gue dan genggam tangan gue, lo Rais kan ayo jawab". Sahut Aleta yang terus meraba setiap sudut wajah dan tubuh orang itu.

"Lo nggak benar-benar ngerasain semua Let ada satu hal yang belum lo rasain". Orang itu menggapai tangan Aleta dan meletakkannya pada titik tepat di mana detak jantungnya bisa di rasakan oleh Aleta.

   Aleta tampak diam dan tanpa sadar ia meneteskan air matanya, namun air mata yang ia jatuhkan kali ini begitu hangat bahkan ketika terkontaminasi dengan air hujan yang dingin. Aleta tertegun dan kembali mengingat detak jantung yang pernah ia rasakan di masa lalu jantung itu berdetak begitu kencang dan tidak beraturan, Aleta pernah merasakan ini tapi bukan dengan Rais melainkan dengan orang yang pernah ia rendahkan dan ia buang dulu.

     Aleta menjatuhkan badannya dan tidak sengaja meraba sebuah kertas yang ia anggap sebagai barang yang ia cari selama ini. Suara kaki terdengar seperti menjauh darinya ketika Aleta spontan menyebut nama orang yang ia maksud seketika pula angin berhembus menerpa tubuhnya dan membuat air matanya kering.
"Anan!!!". Sahut Aleta lambat.

    Aleta berdiri dan sesekali meneriakkan nama Anan tapi, tidak ada jawaban dari teriakannya.

"Gue tahu itu lo, gue tahu dan gue bisa rasain itu dari detak jantung lo, suara hembusan napas, lo gue tahu itu lo dan gue bisa rasain kalo lo masih ada di sini dan lo akan selalu di sini karna gue".

RETURN TO FORGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang