"Gue perlu ngomong sesuatu yang penting sama lo, dan gue harap lo nggak akan nangis". Rais memegang erat tangan Aleta.
Tatapan Rais yang begitu serius dan sedikit berkaca-kaca membuat jantung Aleta beretak dua kali lebih cepat dari biasanya, entah apa yang ingin di katakan Rais kali ini namun Aleta yakin bahwa kali ini ada hal buruk yang harus ia hadapi.
"Gue sayang sama lo, bahkan gue udah berusaha ngejalanin hubungan sampai selama ini sama lo tapi dari awal kita ketemu sampai detik ini gue nggak pernah ngerasain hal spesial dalam diri lo begitu pun ketika gue genggam tangan lo".
Aleta kemudian melepas gengaman tangan Rais dan memberi jarak antara ia dan Rais. Ayolah tuhan apa harus sekarang Aleta mengetahui sosok asli dalam diri Rais.
"Mmm... Maksud lo ?". Tanya Aleta dengan bibir gemetar dan mata berkaca-kaca.
"Gue... Huft... mungkin dengan gue ngomong ini sekarang sama lo akan buat lo sakit hati tapi gue minta sama lo buat ngertiin sedikit hati gue yang nggak pernah bisa nerima lo bahkan dengan kecantikan yang lo punya atau bahkan semua kesempurnaan yang udah lo tunjukin ke gue, gue minta maaf Let tapi emang ini yang dari dulu gue pendam". ucap Rais jujur dari hati sontak membuat Aleta mengeluarkan air matanya.
Aleta hanya menangapi penjelasan Rais dengan senyum palsu yang di rasa lebih sakit dari pada tikaman seorang teman.
"Gue mau tanya sama lo, kenapa dulu lo ngedeketin gue?, apa gue buat lo tertarik?, apa mungkin gue buat lo jatuh cinta?, terus apa yang buat lo
sampai berambisi untuk miliki gue?, gue mau tanya lagi sama lo, lo punya hati nggak?, kenapa di saat lo berhasil dapetin gue lo pergi?, ada yang salah sama gue?, ada yang beda sama gue?, gue yang berubah atau lo yang bosen?, gue yang mulai terlihat nggak menarik lagi atau lo mau cari yang lebih baik lagi, gue rasa lo punya hati Is !!!".Entah kali ini adalah pertanyaan atau penjelasan Aleta menahan air mata namun benteng pertahanan Aleta tidak cukup kokoh untuk menahan bendungan air matanya sehingga dengan mudah jatuh membasahi setiap inci pipinya, walau begitu Rais hanya diam tidak bergerak atau bahkan berpikir menenangkan Aleta, entah apa yang Rais baru saja lakukan pada Aleta namun semua yang keluar dari mulutnya begitu tajam sehingga mampu mebuat Aleta merasakan sakit, sakit yang bahkan tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
Untuk apa semua perjuangannya selama ini mempertahankan hubungan bila pada akhirnya harus putus di tengah jalan, sekuat apapun ia bertahan bila tidak ada niatan dari hati untuk mempertahankannya tetap saja akan runtuh. Jika hati diciptakan untuk merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain lalu kenapa kali ini ia tidak bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Aleta, begitu sakitkah ucapannya hingga mampu mebuat Aleta begini, apa yang harus ia lakukan sekarang ?.
"Untuk apa lo masih ada di sini bukannya tadi lo bilang bahwa lo nggak bisa terus-terusan bertahan, lo udah cukup berjuang sekarang giliran gue yang mundur gue mau lo pergi dari kehidupan gue untuk selamanya gue nggak peduli apa yang bakal lo lakuin tapi gue harap lo nggak pernah lupa sama semua yang udah kita lewati dari suka duka dan akhirnya kacau karna salah satu dari kita nggak yakin akan cinta, sekarang gue tahu mana orang yang tulus dan mana orang yang cuma datang pas lagi butuh. selama ini lo anggap gue temen dari segala aktivitas lo, tempat di mana lo bisa luangin waktu lo, asal lo tahu Is gue rela ngebuang harta gue hanya untuk ngerasain kebahagian lo". Aleta menghapus air matanya dan mulai menatap Rais untuk yang kesekian kalinya.
"Gue tahu ini bakal terjadi pada akhirnya tapi lo juga harus tahu dengan gue ngelakuin ini ke lo bukan berarti gue udah ngelupain masa di mana kita masih sebagai seseorang yang jatuh cinta, ingat let bukan cuma lo yang tersakiti di sini tapi juga perasaan gue, lo nggak tahu kan gimana sakitnya deket sama orang yang nggak kita cintai sepenuh hati, lo nggak tahu gimana susahnya gue buat ngilangin semua kejenuhan yang selalu muncul di saat lo diam, lo nggak tahu gimana sulitnya bertahan di posisi yang serba salah". Jelas Rais menaikkan nada bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN TO FORGET
Romance"Pokoknya gue nggak pernah nyesel kenal sama orang yang pernah jahat sama gue, karna dari mereka gue belajar untuk tidak menjadi orang seperti mereka. Karna gue tahu banget gimana rasanya di dikhianati, diselingkuhin, ditipu, bahkan gue tahu banget...