***
Ini adalah bagaimana aku bercerita tentang Granville. Semenanjung dan kawasan perbelanjaan di Vancouver, British Columbia, Kanada. Terletak di False Creek dari Downtown Vancouver di bawah ujung selatan Jembatan Granville Street. Semua ini soal betapa gelapnya sisi lain Granville. Ini tentang Elana Maurene dan dua sisi hidupnya yang berantakan. Definisi rumit yang sebenarnya.
Salju turun sedikit demi sedikit ketika aku menyusuri jalanan di Granville yang minim cahaya. Hingar-bingar yang jarang dilihat orang-orang awam, tapi jadi makanan pokok untuk sebagian orang. Hidup memang selucu itu untuk dibahas.
Aroma butter tart menyeruak dari berbagai tempat. Kebanyakan daerah ini dipenuhi oleh toko-toko kue dan pusat hiburan malam. Tidak heran bagaimana jalanan ini terasa lebih menyeramkan dengan lampu-lampu oranye. Bahkan hal paling baik dan kedengaran lebih suci dari tempat ini mungkin hanya butter tart dan segelas coklat panas.
Aku mempercepat langkah kakiku saat lampu neon toko dessert Madame Jasline menyala dengan provokatif di ujung jalan. Udara yang dingin dan kegelapan ini membuat perutku meronta-ronta untuk diberi makanan. Tapi alih-alih makanan, aku lebih mengingat Elana Maurene melebihi segalanya. Dia adalah pusat duniaku yang tak pernah berotasi- hanya berhenti pada diriku.
"Mark! Kau gila!"
Aku mendengar suaranya tepat setelah lonceng diatas pintu yang ku buka bergemerincing. Aku benar-benar suka dengan wajah bulatnya yang memberengut sebal itu. Aku tertawa kecil.
"Aku sudah bilang kalau aku akan datang bukan?"
Dia melesat dari balik pantry. Berderap seperti orang kerasukan mendekatiku, "Aku bisa pulang sendiri."
"Bagaimana kalau Antonio mendatangimu lagi?"
"Antonio hanya menginginkan Claire, bukan aku!" Lalu dia tiba-tiba dia menatapku dengan wajah cemberut yang menjadi-jadi.
Beberapa pengunjung toko dan pegawai yang masih di sana menatapku dengan pandangan menelisik. Bahkan mereka kelihatan berbisik-bisik sambil menatap aneh Elana dan aku.
"Sudah terlanjur di sini." Aku menggedik tak acuh.
"Just Mark Lee being Mark Lee." Desis Elana. Lalu kembali ke tempatnya semula, melepas apron dan berpamitan pada beberapa rekannya.
Aku terkekeh. Di antara teman-temannya, Elana adalah satu-satunya yang bulat dan pendek. Tapi aku menyukainya karena dengan begitu- hanya dia satu-satunya yang terlihat imut. Jelas hanya Elana Maurene.
"Ayo!!" Dia menyeretku seperti keledai bodoh.
Kami berdua keluar dari kedai roti Madame Jasline saat salju turun semakin lebat. Beberapa pejalan kaki kelihatan memayungi kepala merak dengan payung, tapi aku dan Elana seperti orang bodoh yang membiarkan dirinya menggigil dibawah salju. Namun bagiku, genggaman tangan Elana lebih hangat ketimbang dinginnya salju malam itu. Ini aneh, mana ada genggaman tangan sesederhana ini bisa menghangatkan sekujur tubuh? Tapi lagi-lagi Elana bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Granville✔
FanfictionPart of "Antologi Bulan Desember" Ini hanya soal bagaimana kau mengenal Granville dari sebuah ingatan. "Mark, sadarlah!" Aku sepenuhnya sadar. Benar-benar sadar. Yentang dia dan ingatan di Granville. ©tenderlova, 2020 | Granville