***
Biasanya, aku dan Elana akan berjalan kaki menuju Gastown. Tapi karena cuaca yang tidak terlalu mendukung, kami memutuskan untuk naik taksi ke sana. Jarak antara Stanley Park dengan Gastown sebenarnya tidak terlalu jauh. Hanya 3km dengan jarak tempuh 38 menit jika berjalan kaki. Karena kami menggunakan kendaraan umum, hanya butuh 7menit untuk sampai di sana.
Gastown adalah situs bersejarah di Vancouver, British Columbia di timur laut perbatasan Downtown dengan Downtown Eastside. Daerah perbatasannya berdasarkan sejarah adalah waterfront (sekarang Water Street dan jalur CPR, Columbia Street, Hastings Street dan Cambie Street). Perbatasan resmi sekarang ini tidak termasuk sebagian besar jalan-jalan di Hasting kecuali Woodward's dan Dominion Building serta menjangkau ke bagian timur melampaui Columbia Street, hingga ke jalan yang berjajar di bagian barat dari Main Street.
Gastown terkenal dengan Steam Clock yang mengeluarkan bunyi suitan dan berbagai toko oleh-oleh, galeri seni indie, dan toko dekorasi di bangunan bergaya Victoria. Berbagai tempat makan dan minum yang trendi meliputi lounge koktail yang elegan dan restoran yang menyajikan segalanya mulai dari sandwich lezat hingga seafood lokal. Tempat makan keren juga tersebar di kawasan tetangga Downtown Eastside. Sedangkan distrik Railtown yang sedang naik daun merupakan lokasi fashion studio yang trendi.
Meskipun tampak seperti sisa zaman Victoria dan terletak di Vancouver, Steam Clock sebenarnya berasal dari seratus tahun kemudian. Dibangun pada 1977 oleh horologis Raymond Saunders dan spesialis logam Doug Smith.
Maka dengan begitulah, Gastown menjadi tempat tinggal Steam Clock hingga beratus-ratus tahun lamanya. Waktu terus berlalu, namun nyaris tidak ada yang berubah. Selamanya, Steam Clock akan menjadi bagian dari Gastown, Vancouver. Seolah-olah tanpa Steam Clock, Gastown hanyalah bayang-bayang semu. Dan Vancouver hanya kota dingin yang sunyi.
Seperti aku. Tanpa Elana, mungkin aku serupa Vancouver tanpa Gastown. Tidak bermakna apa-apa.
Dalam suhu 6 derajat, ternyata jalanan Gastown lumayan ramai. Mungkin karena ini pertama kalinya matahari muncul setelah beberapa minggu, orang-orang memutuskan keluar untuk menikmati hari yang cerah.
Aku dan Elana berjalan berdampingan. Membicarakan apa saja yang kami lihat saat itu. Menertawakan apa saja yang sekiranya lucu. Seolah-olah di sepanjang jalan ini, hanya ada aku dan Elana.
"Aku mau waffle." Katanya.
Aku melihat ada sebuah toko dessert mirip tempat Elana bekerja dari jarak 50 meter.
Aku langsung menelengkan kepala dengan kekehan ringan, "Kau bekerja membuat waffle setiap hari, apa makanan itu tidak membuatmu muak hanya dengan mencium aromanya saja?"
Elana malah tertawa. Kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Dalam matanya yang menerawang jauh ke depan, dapat kulihat pendar bahagia di sana. Sementara itu genggaman tangannya semakin mengerat. Membuatku merasa semakin hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Granville✔
FanfictionPart of "Antologi Bulan Desember" Ini hanya soal bagaimana kau mengenal Granville dari sebuah ingatan. "Mark, sadarlah!" Aku sepenuhnya sadar. Benar-benar sadar. Yentang dia dan ingatan di Granville. ©tenderlova, 2020 | Granville