Lingkaran api mulai di hidupkan. Sebuah gedung bak lapangan bola, dipenuhi orang - orang yang berteriak sambut menyambut satu sama lain, lapisan manusia bertingkat berjumlah puluhan membentuk lingkaran mengitari sebuah lapangan berukuran tiga ratus meter, menyisakan bagian tengah yang memang sengaja dikosongkan. Teriakan penonton semakin memanas ketika tanah dari lapangan seketika bergetar, perlahan turun dan digantikan dengan lapangan tembaga. Tepat di lapangan itu berdiri dua orang pria saling berhadapan, menunggangi serigala yang diselimuti lapisan tembaga, pun kedua orang yang menungganginya memakai baju perang berlapiskan tembaga, saling memegang pedang dan tameng masing - masingnya.
" Seulgaz Seulgaz Seulgaz "
" Rheinan Rheinan "
Suara penonton mulai memberikan teriakan bermakna, meneriaki handalannya masing - masing ketika kedua orang berkulit hitam tersebut muncul. Kedua pria itu memiliki badan yang tegap, kepalanya sama - sama botak, dengan tanda bulat di timpal tanda tambah dibagian tengah kepalanya, mirip dengan kepala setiap pria dibarisan penonton. Ini sudah menjadi ciri khas dari kaum Baemba yang menghuni bangsa BUngsagua. Bangsa Bungsagua yang dikenal dengan kehidupan Liternburn memiliki rakyat dengan kening belipat tiga, hidung runcing kecil, gigi runcing, dan dagu yang lancip, serta kulit hitam. Pakaian mereka bewarna hitam, bagian krah baju terdapat tembaga, beberapa ada yang menvariasikan nya dengan baju berlapis dengan varian warna yang tak jauh berbeda. Berbeda dengan wajah rakyat Baemba, Seulgaz dan Rheinam tidak memiliki lipatan di kening, tidak memiliki gigi runcing dan tidak memiliki dagu yang lancip, beberapa orang meyakini bahwa ada pendatang yang menetap tinggal di bangsa mereka.
Semburan api disekitar lapangan hidup serentak mengitari lapangan, selang beberapa detik terdengar serine yang begitu kencang, menghantam suara penonton yang tadinya berteriak, hening seketika. Tepat setelah serine berbunyi, ditangga penonton yang dikosongkan, mulai dari bagian atas perlahan berlipat ke dalam dan seketika muncul sekelompok orang dengan warna tangga yang berganti menjadi hitam pekat mengkilat, tangga itu perlahan berjalan kearah depan secara otomatis dan membentuk area setengah bundar.
Sekelompok orang itu berdiri sejajar, tak lama muncul kursi - kursi tembaga, satu di tengah dihiasi dengan berlian hitam runcing disekitar nya, dipimpin satu orang yang menduduki kursi yang dihiasi berlian itu, sekelompok orang lainnya mengikuti, dan seketika area setengah bundar itu terangkat keatas beberapa meter.
" di lingkaran ini, kalian akan mempertaruhkan nyawa untuk menduduki kursi sang Raja. Dihadapan kita bersama, telah memberanikan diri dua orang ksatria Bungsagua untuk memperebutkan posisi Raja "
" Rheinan Palo dan Seulgaz Rilm "
Penonton kembali berteriak ketika dua nama petarung disebutkan. Benar sekali, hari itu merupakan seminggu setelah Raja Bungsagua, Verikh Weir meninggal.
" bersama kita, telah hadir Ratu Bungsagua "
Semua mata melirik seorang wanita yang duduk di kursi tembaga yang dihiasi berlian hitam, wanita tinggi dengan pakaian hitam kelam yang membentuk tubuh, ditutupi bulu bewarna abu - abu dibagian dada dan bahunya berdiri.
" Hidup yang mulia "
" Hidup yang mulia "
Kembali penonton berteriak sahut menyaut, memberi pujaan kepada ratunya.
" dengan izin yang mulia, mari kita saksikan sejarah lahirnya Raja baru Bungsagua "
Tepat setelah pria botak dengan tanda lingkaran ditimpa tanda tambah dikepalanya mengumumkan pernyataan terakhir, serine panjang berbunyi kembali, Seulgaz dan Rheinan bersiap - siap dengan pedang dan tameng nya. Satu sama lain melihat dengan mata tajam, mengais serigala besar masing - masing dengan sepatu durinya, ya, cukup besar untuk ditunggapi oleh beberapa orang.
YOU ARE READING
FIVE DIMENSION LIFE (Lavio Renahm)
FantasyHidup tidak hanya tentang apa yang kita lihat, tidak hanya tentang apa yang ada dihadapan kita. Banyak rahasia dibalik kehidupan yang tidak diketahui. Kehidupan Lima Dimensi, adalah lima kehidupan yang berjalan berdampingan, pada satu tempat, pada s...