Seulgaz duduk diatas singgasananya yang berkilauan. Disampingnya duduk Ratu Rada dengan pakaian kebesaran mereka masing – masingnya. Selang beberapa menit datang seorang prajurit dengan pakaian besi, dengan lingkaran mata hitam memberi laporan.
" Hormat Baginda Raja "
Prajurit tersebut duduk memberikan penghormatannya
" saya membawa laporan, bahwa Helxdamra telah menerima ultimatum dari abginda Raja "
" Apa balasan mereka? "
Seulgaz bertanya sambil meredup secangkir anggur merah yang dituangkan Ratunya.
" Tidak ada tanggapan dari mereka yang Mulia "
Setelah memberikan pelaporan prajurit itu pergi meninggalkan aula kerajaan. Dari sisi kanan singgasana Raja, bergerak tembaga berbentuk tangga dan berhenti di ubin aula kerajaan, Theodor datang menghampiri Raja.
" Yang Mulia, kapan kita akan meluncurkan serangan kepada Helxdamra? "
Theodor yang sudah berada di depan Seulgaz memberi hormat, seraya bertanya terkait perencanaan penyerangan yang akan mereka lakukan.
" apakah semua pasukan sudah siap Theodor? "
" semua pasukan terkendali Yang Mulia "
" kalau begitu besok kita akan meluncurkan serangan "
" Tapi yang mulia, untuk pergi ke Helxdamra kita perlu menemukan portal yang lebih besar agar bisa menembus dunia empat dimensi "
Seulgaz berpikir sejenak, apa yang dikatakan Theodor ada benarnya juga. Serangan yang akan mereka lakukan memerlukan pasukan dengan jumlah yang banyak, pasti mereka membutuhkan portal yang lebih besar dibandingkan ketika mereka mengirim pasukan untuk memberikan ultimatum kepada Helxdamra.
" lantas apa rencana mu Theodor? "
" jika Yang Mulia mengizinkan, saya bersama Gluisa juga ditemani beberapa pasukan akan mencoba mencari portal yang lebih besar "
" saya memberi kamu izin, segera laksanakan "
" Baik Yang Mulia "
Tanpa berpikir panjang, Theodor bersama Gluisa dan beberapa pasukana lainnya melakukan perjalanan menuju Zugaz, mencari portal yang lebih besar. Zugaz yang terdapat di ujung negeri Bungsagua, yang dulunya merupakan termpat lahirnya Raja Kegelapan. Lubang Zugaz, memiliki lubang besar dan sangat gelap, terdapat di sebuah jurang tandus yang menjulang tinggi, kesanalah Theodor dan Gluisa melakukan perjalanan mereka.
Orang – orang dengan pakaian serba hitam, dengan senyum yang tak pernah terukir di wajahnya, tampang bengis yang menjadi ciri kahs mereka, kulit hitam yang menambah garangnya, berjalan di perbukitan menuju lubang Zugaz. Segaja mereka tidak menggunakan alat bantu untuk terbang, karena misi mereka adalah mencari lubang yang letaknya tidak tau dimana.
Sesampainya di ujung jurang, ketika sebuah lubang hitam besar terlihat, mereka menghentikan perjalanan.
" Bagaimana cara kita menemukan portal itu Gluisa? "
" Bukannya kau yang mengajak aku kesini? Seharusnya kau lebih tau Theodor "
Gluisa membuka sebuah kotak kecil, melemparkannya ke permukaan tanah, kotak tersebut kemudian terbuka seperti lipatan, menjadi kotak yang lebih besar, sebuah layar terbuka. Gluisa memencet beberapa tombol pada kotak tersebut, cahaya hijau pekat pun muncul terbagi kesegala arah menembaki langit – langit di jurang Zugaz tersebut.
Pancaran cahaya hijau itu menimbulkan angin disekitarnya, rambut Gluisa kacau dihembus angin kencang itu, pun beberapa jubah yang dipakai oleh beberapa prajurit, mereka serentak melihat ke langit – langit, Gluisa sesekali melihat ke layar di kotak. Beberapa menit kejadian itu berlalu, layar pada kota menunjukkan sebuah lingkaran hitam besar, cahaya hijau terfokuskan pada satu titik langit pada jurang Zugaz tersebut.
YOU ARE READING
FIVE DIMENSION LIFE (Lavio Renahm)
FantasyHidup tidak hanya tentang apa yang kita lihat, tidak hanya tentang apa yang ada dihadapan kita. Banyak rahasia dibalik kehidupan yang tidak diketahui. Kehidupan Lima Dimensi, adalah lima kehidupan yang berjalan berdampingan, pada satu tempat, pada s...