Kobaran api masih menerangi lapangan tembaga yang semakin ramai denga teriakan penonton. Rheinan melepaskan tangannya dari leher Seulgaz dan berdiri, Seulgaz jelas tidak berdaya. Rheinan berbalik arah berjalan mneghadap ratu dan rombongannya meninggalkan Seulgaz. Tapi, beberapa langkah Rheinan berjalan, Seulgaz bangkit dan mengambil pedang yang tergeletak di sampingnya, menghunuskan pedang kearah Rheinan. Desingan pedang yang begitu tajam terdengar begitu mengilukan, pedang Seulgaz mengenai punggung Rheinan. Rheinan hilang kendali, badannya lemas tapi masih sanggup berdiri. Rheinan berbalik menghadap Seulgaz, seulgaz kembali menghunuskan pedangnya hingga mengenai dada Rheinan, tendangan demi tendangan dilayangkan, Rheinan erkapar ak berdaya, tuuhnya penuh luka dan darah.
" Kaum Baemba, sebentar lagi akan kalian saksikan Raja baru Bungsagua "
Seulgaz melihat penonton yang semakin tegang. Seulgaz berjalan kearah Rheinan yang tak berdaya, semua penonton semakin antusias, beberapa bahkan berdiri, termasuk ratu dan rombongannya.
Seulgaz epat berada dihadapan Rheinan, kedua tangan nya memegang gagang pedang yang penuh dengan darah. Seulgaz mengangkat pedangnya hendak menikam dada Rheinan, mengakhiri pertarungan hari itu. Rheinan tidak melakukan apapun, hanya menyaksikan Seulgaz yang siap menikam dadanya. Ujung pedang yang runcing hendak mengenai dada Rheinan, tiba – tiba seorang perempuan tua muncul dari arah pintu masuk, perempuan tua dibarisan penonton yang tadinya meneteskan air mata saat pertarungan berlangsung.
" Cukup Seulgaz "
" Hentikan pertarungan ini ! "
Perempuan tua itu berteriak, menghentikan pedang Seulgaz yang hendak menikam Rheinan. Semua penonton pun terkejut, begitupun ratu dan rombongannya. Perempuan tua itu berjalan mendekati Seulgaz dan Rheinan, wajahnya masih dibasahi oleh air mata.
" sudah cukup, kau lah pemenangnya, lepaskan Rheinan "
Perempuan itu memegang lengan Rheinan yang masih terkapar, perlahan membantunya berdiri.
" kenapa ibu menangis? Ibu tidak bangga anak ibu menjadi seorang Raja? "
" tidak ada seorang ibu yang bangga melihat anak – anaknya saling membunuh "
" sudahlah Seulgaz, hentikan semua ini "
Laila menangis terisak – isak.
" dari dulu ibu selalu membela dia, sampai akhirpun akan seperti itu " Seulgaz membalas.
" Sadarlah Seulgaz "
" Diam aku pecundang "
Seulgaz berteriak kasar kepada Rheinan.
Ya, benar sekali. Pertarungan itu adalah antara dua orang adik kakak yang memperebutkan tahta kerajaan, dan perempuan itu adalah ibu mereka, Laila. Laila memapah Rheinan yang masih lemas, meningalkan Seulgaz yang dipenuhi kebencian.
" Hari ini telah kita saksikan, bahwa Raja Bungsagua yang baru telah hadir. Beri penghormatan kepada Yang Mulia Seulgaz "
Salah seorang dari rombongan ratu mengumumkan hasil pertarungan. Semua penonton berteriak sambil memberi penghormatan.
" ibu, aku beri satu kesempatan lagi, apakah kau akan tetap pergi bersamanya? "
Seulgaz memanggil Laila yang beberapa kali kesulitan memapah Rheinan.
" jika kamu masih memilih jalan yang salah, aku tidak akan pernah ada disisimu "
Laila hanya melihat Seulgaz sejenak, hendak menjawab pertanyaannya, kemudian kembali berbalik membawa Rheinan.
YOU ARE READING
FIVE DIMENSION LIFE (Lavio Renahm)
FantasyHidup tidak hanya tentang apa yang kita lihat, tidak hanya tentang apa yang ada dihadapan kita. Banyak rahasia dibalik kehidupan yang tidak diketahui. Kehidupan Lima Dimensi, adalah lima kehidupan yang berjalan berdampingan, pada satu tempat, pada s...