hujan dan kamu

5.5K 187 2
                                    

Orang yang merugi adalah : Terlalu membenci dan Terlalu mencintai. Maka sedangkanlah dalam berbuat sesuatu, Karena cinta dan benci bagaikan benang tak kusut mata, namun bisa melukai siapapun yang terlena.

Hujan mengguyur kota ini, membasahi ruang-ruang rindu yang susah payah aku sembunyikan, bau partricon juga menjadi pelengkap sendu ku, menjadi suatu gumpalan rasa sakit yang menyayat hatiku, ah nyatanya memang hati sekejam itu, padahal ia hanya segumpalan daging bahkan besarnya pun bisa di genggam dengan tangan, namun nyatanya, ia paling berkuasa dalam diriku, sampai-sampai untuk melakukan apapun rasanya malas tak tertolong,

ah, saking rindunya mungkin aku padanya, iya dia yang telah mencuri bahkan merebut hatiku, sehari saja tak bertemu sangat menyita hatiku, bahkan di buat candu, dialah gusku yang telah mengajariku bahwa sebenarnya rasa sakit itu hanya bagi orang-orang yang terlalu memikirkan sakit itu sendiri, bukan karena terkena hujan apalagi karena hujan-hujanan, karena menurutnya adalah hujan itu rahmad yang harus kita syukuri dan nikmati, dan jika dia sudah mulai melibatkan kata allah berarti aku harus siap-siap mendengarkan dia berceramah panjang kali lebar, tak peduli cuaca buruk maupun baik, tak peduli juga pagi, siang bahkan malam,

seperti saat ini, sepulang kuliah hujan tengah mengguyur dengan lebatnya, aku pikir akan lebih baik jika menunggu hujan reda dulu untuk pulangnya, namun dia tetap bersikukuh untuk menerobos tetesan air itu dengan menarik tas ku menuju ke parkiran, untung saja tas ku itu anti air, jadi buku-buku ku masih aman, tapi yang aku kesal kan padanya, karena dia tidak mau menunggu hujan reda sejenak bahkan dia tidak mau mendengarkan penejelasan ku.

''gus, beneran, mau pulang sekarang, hujannya lebat sekali loh gus'' ku ucapkan lagi kata-kataku yang sejak tadi awal dia menarik tasku menuju ke tempat parkir.

"'lalu jika tidak pulang sekarang, terus untuk apa tadi aku menarikmu ke sini, lagian baju kita sudah basah, jadi sekalian kita pulang, sambil menikmati hujan, lagian ini hujan pertama''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"'lalu jika tidak pulang sekarang, terus untuk apa tadi aku menarikmu ke sini, lagian baju kita sudah basah, jadi sekalian kita pulang, sambil menikmati hujan, lagian ini hujan pertama''

''ya tapi kan, nanti jika kena hujan, trus besok takutnya sakit bagaiamana gus?, besok kan kita ada diklat ke pacet'' aku masih mencoba mengutarakan alasan ku dengan baik, agar dia bisa di ajak kompromi.

''emang kata siapa hujan membawa penyakit?, aku tidak pernah mendengar dalilnya tuh, malahan dalilnya itu bahwa allah menurunkan hujan itu melainkan sebuah rahmat bahkan dulu nabi muhammad pun melakukan hal sama yakni hujan-hujanan dengan sabdanya adalah لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

"Karena sesungguhnya hujan ini baru saja Allah ta'āla ciptakan." (HR. Muslim no. 898)".

''ya tap.. ucapanku terhenti karena dia sudah memakaikan hlm ke kepalaku, sambil tersenyum simpul tanpa dosa.

''lagian ini adalah hujan pertama, dan allah akan mengambulkan doa kita, jadi mari kita nikmati hujan ini dan sekalian kita berdoa'' ucapnya sambil menyetater sepeda motornya itu dan tak lama kemudian aku dan dia melanglang buana menerobos rintik-rintik hujan yang semakin lebat, meyusuri jalan raya yang semakin renggang hanya sebagian kendaraan yang melaju dengan kecepatan sedang dan itupun hanya roda 4 saja, namun masih ada juga yang masih menembus hujan lebat ini walau dia memakai roda 2 saja, yakni orang-orang yang memakai jas hujan namun sebagian dari mereka memilih berteduh karena tidak membawa atau tidak memiliki jas hujan, tapi hanya kamilah yang berani meneronos hujan pada saat ini tanpa menggunakan jas hujan.

Gus (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang