#kata

3K 162 0
                                    

Bagai tersayat sembilu
Aku terus saja menerkamu..
Walau aku tau..
Duniamu kini bukanlah diriku..

*👳🏻👳🏻*

Pernah merasa kecewa, tapi sungguh tak sekecewa ini, pernah merasa luka, tapi sungguh tak seluka ini, pernah merasa sakit, tapi sungguh tak sesakit ini, memendam perasaan tanpa mau diungkapkan, namun ingin di dengar, semoga kamu mengerti tanpa harus ku jelaskan semua ini.

Entah ku sebut apa hubungan kita akhir-akhir ini, seperti kurang sehat, atau mungkin itu hanya fikiran ku saja, sedang kamu hanya menggap biasa saja, aku tidak tau juga, ada apa dengan diriku ini, semakin mencoba berusaha memahami tapihatiku merasa sedikit kecewa, aku tau, mungkin aku terlalu egois, dan menganggap bahwa kamu hanya milik ku seorang, padahal sebelum mengenalku kamu memang sudah sesibuk itu, aku tidak tau juga, harus melakukan apa,

bahkan rinduku terus saja mengobrak ku untuk bertemu dengan mu, atau hanya aku lah yang merasakan rindu itu?,

semakin hari, semuanya menjadi runyam, bahkan seperti menghilang dengan perlahan, ku coba menepis perasaan, tapi aku hancur, rasa candu ku telah menguasai hatiku, seperti saat ini, pertemuan yang memang selalu ku impikan, ternyata berujung mengenaskan, atau mungkin hanya aku saja yang berlebihan.

1 chat masuk ke hpku  "Ra, dimana, kangen!!"
 
aku membalas dengan mengetik huruf satu persatu "aku di perpus gus"

"keluar sebentar, aku ada di depan perpus sekarang"
1 pesan masuk lagi ke hpku, segera saja aku langsung berlari-lari kecil menuruni anak tangga menuju ke tempat dia berada.
Saat tepat di depan gedung perpus, ku lihat wajahnya sekilas, sambil mengembangkan senyum begitupun dia.

"Ra, udah makan?" memang sudah menjadi kebiasaanya selalu mengajak ku makan jika di kampus, walau akhir-akhir ini sepertinya sulit untuk bertemunya.

"hem, belum gus"

"ya udah ayo makan dulu" dia dengan segera menarik tas tenteng ku menuju ke tempat parkir,

namun setelah aku memakai helm tiba-tiba hpnya bergetar, segera saja dia langsung mengangkat tlpnya itu, entah apa yang ia bicarakan yang jelas sepertinya penting sekali hingga mengharuskan untuk membatalkan makan siang bersama ku, ya walaupun dia memaksaku untuk makan dulu  sebelum menemui orang yang telah menelfonnya, tapi aku menolak.

"kenapa gus?" tanyaku setelah dia menutup tlpnya.

"oh gak papa kok, ya udah ayo" dia pun memakai hlm, sedang diriku melepaskan dan menaruh dan mencantol hlmnya ke sepion.

"loh kenapa ra, ayo di pakai hlm nya?"

"gus, gus pergi saja, lagian sepertinya tadi penting banget gus, jadi gak papa kok, kita batalin makannya"

"oh itu memang sih, itu dari dika menyuruhku minta ttd ke pak rektor, tapi kita makan dulu lah"
dia mencoba memakaikan hlmnya padaku, namun segera saja aku menghindarinya.

"kenapa Ra?, katanya kamu belum makan juga? Apa kamu ga lapar?"

"gak papa, lagian toh mungkin itu penting gus, jadi gus harus segera kesana, biar aku makan sama nely aja, udah cepetan sana gus"
secara tidak langsung aku mengusirnya,

jujur hatiku sedkit merasa kecewa pada diriku sendiri, bukan karena tlpnya tadi, melainkan aku kecewa karena aku tidak bisa jujur pada diriku sendiri perihal hatiku yang tengah kecewa, aku memilih merasa baik-baik saja, walau hatiku tengah merasa sakit akibat perasaan yang tak bisa ku utarakan dengan jelas.

"gak papa ra, biar nanti sa... "
belum melanjutkan lagi ucapannya, tiba-tiba hpnya berbunyi kembali.

"tuh kan di tlp lagi, ya udah aku masuk ke perpus dulu kalau gitu, semangat ya gus"
aku menyemangati dirinya, berusaha merasa baik-baik saja, walau sebenarnya aku tengah merasakan sesuatu, entah persaan apa ini, yang pasti sakit.

Aku tidak tau, keputusan ku kali ini benar atau salah, tapi aku tidak boleh egois, dia bukan hanya milik ku saja, dia milik orang banyak, hanya saja hatinya terpaut kepada ku, selebihnya dia juga memiliki tanggung jawab yang besar dari pada sekedar meluangkan waktu bersamaku, yang aku pikir tidak jelas ini.

*👳🏻👳🏻*
#gus balya

Entah ada apa dengan dia, aku semakin seperti tidak pernah melihatnya begini sebelumnya, terlalu banyak kewajiban hingga rinduku semakin terabaikan,

sebenarnya ingin rasanya aku menemuinya bahkan mengajaknya jalan-jalan hanya memutari gang-gang kampus karena agar tidak mengantuk lagi, tapi apa boleh buat, tugas ku selalu saja menumpuk,

sudah bersusah payah ku coba menuntaskan, tapi ada saja tugas yang lain telah menunggu, hingga waktu bersamanya semakin berkurang, bahkan hanya untuk mengatakan selamat tidur pun belum sempat ku utarakan karena keburu kantuk atau kadang juga tugas ku belum selesai.

Serumit itu mungkin perjalan cintaku bersamanya, lain halnya dia yang akhir-akhir ini sikapnya aneh, membuat aku sedikit frustasi.

Ku coba meluangkan waktu tadi pagi, dengan mengajaknya makan, tapi naasnya tiba-tiba teman ku menelfon ku, untuk segera meminta ttd ke pak rektor, dan sedihnya lagi, dia seperti menyetujuinya perihal untuk segera bergegas pergi dengan mengatakan aku tidak apa-apa,

aku tau dia kecewa, karena di balik ungkapan tidak apa-apa sebenarnya dia tengah terjadi apa-apa, aku tau dia merasa kecewa pada ku, terlihat sekali senyuman yang dia buat-buat untuk menutupi rasa kesalnya pada ku.

Tapi kenapa ra, kenapa kamu bisa menutupi rasa kecewamu padaku, kenapa kamu tidak mengutarakannya saja padaku, bahkan kamu memilih seperti orang asing yang tidak tau sifatku saja, padahal aku tidak masalah jika harus mengundurkan tugasku demi kamu, tapi dugaan ku salah, ternyata kamu malah menyuruhku pergi.

Ada yang lain dari dirimu ra, padahal sebelumnya kamu tidak seperti itu, jikalaupun kamu merasa kecewa atau kesal kepadaku biasanya kamu langsung mengutarakannya padaku,

Tapi kenapa dengan dirimu ra, kini aku semakin sulit menebak hatimu.

"aku tidak apa-apa gus"
sungguh akhir-akhir ini aku sangat membenci kata-kata itu, segera saja ku tarik tangannya tak peduli itu telah melanggar perjanjian awal bahwa aku tidak akan menyentuhnya, toh dia juga memakai baju yang panjang, di ibarakatkan dia punya wudhupun dia tidak akan batal.

"gus" teriaknya, sambil menepis tangan ku, ku tatap matanya seperti terdapat genangan air yang sebentar lagi akan lolos keluar dari matanya.

"apa yang gus lakukan" dugaan ku benar bahwa air matanya telah jatuh membasahi pipinya.

"aku tau kamu sedang tidak baik-baik saja, jadi mari kita bicara dulu"
aku berusaha untuk meluruskan peristiwa ini, agar tidak semakin lebar, bahkan aku tidak mau kehilangan dia.

"aku gak papa gus, gus pergi saja"
dia menyeka air matanya, sambil memanipualsi senyuman padaku.

"kalau tidak apa-apa, lalu kenapa kamu menangis?" aku sangat membenci pada seseorang, apabila dia menyembunyikan perasaan kecewanya padaku.

"Kenapa sih ra, sesulit itu mengungkapkan perasaanmu, apakah dengan cara diam akan bisa menyelesaikan masalah, apakah juga dengan tetap dan memilih diam, semuanya akan baik-baik saja, tentu tidak ra, justru kamu yang merasa sakit, bahkan bukan hanya kamu saja, melainkan diriku"
aku berusaha menyakinkan dirinya, bahwa sebenci apapun padaku, dia harus mengeluarkan isi hatinya,

karena aku tidak tega, dia merasa sakit, memang aku terdengar seperti egois, tapi aku hanya ingin dia baik-baik saja tanpa kepura-puraan

Seketika kami terdiam, memberi ruang, untuk dia berfikir, bahwa sebenarnya aku tidak akan marah jikalau dia menyalahkan aku, aku akan terima, asal apa yang membuatnya mengganjal dihatinya akan sirna dan bisa lurus kembali, entah itu pemahaman yang salah atau terjadi miss komuniaksi.

"jangan seperti ini lagi ya ra, aku takut jika kamu benar-benar berubah dan meninggalkan ku"
dia terdiam sambil menatapku. Sedang dia masih membisu.

"ayo kita makan dan maaf ra telah membuat mu kecewa"
aku langsung menarik tas tentengnya begitupun dia, hingga ke tempat parkir lalu pergi menuju ke tempat makan.

Sekecewa apapun perasaan pada pasangan mu, tetap saja harus dikomunikasikan, agar tidak sama-sama saling terluka, karena pasangan yang baik itu yang mampu mendengarkan dan mampu mengutarakan, tak perlu merasa tidak enak hati, karena sejak awal kita memilih untuk membahagian hati, bukan menyakiti hati.

Gus (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang