tersayat

3.1K 138 7
                                    

Menajdi bagian hidupmu itulah mauku..
Menajdi pelengkap iman mu, Itulah harapan ku
Dan aku yakin kamupun begitu..
Tapi sekuat apapun kita berharap..
Ada tuhan yang maha tetap..

*👳🏻👳🏻*

Kedekatan ku dan dia semakin menjadi, bahkan hampir setiap hari selalu bertemu, hingga entah ada apa dengan perasaan ku, sepertinya ada sesuatu yang tak bisa ku mengerti, semacam rasa ketakutan akan sesuatu, takut jika dia benar-benar menghilang dan pergi meninggalkan hatiku, memang aku tak bisa membayangkannya tapi entah kenapa dengan diriku ini, ketakutan itu yang kini telah menguasai hatiku, bahkan walau saat ini dia tengah menelfon ku, tetap saja aku merasa takut, ku coba tepis tapi mustahil rasanya, ketakutan itu terus saja seperti menghukumku, aku sungguh takut jika dia benar-benar hilang dari hidupku, mungkin seperti itulah kecanduan ku padanya.

"assalamualakum Ibu nyai?"

"waalaikum salam, ih aku bukan Ibun yai kok, udah di bilangin dari zaman jahiliyah jangan panggil Ibu nyai,  ih udah lah gus jangan panggil itu lagi pokoknya" dengusku kesal.

"hahhahha, iya maunya di panggil apa emangnya?"

beberapa detik pun tak ada sahutan dari ku, entah fikiran ku sedang kacau malam ini.

"hallo, Ra, kok diem aja?" suaranya tiba-tiba terdengar dari kuping ku, aku baru sadar bahwa aku tengah berbincang-bincang melalui tlp dengannya.

"oh, iya gus, maaf"

"mikirin apa sih?" tanyanya lagi memastikan diriku.

"oh gak mikirin apa-apa sih gus, Cuma lagi mikirin kamu" pungkas ku, karena memang aku tengah memikirkannya.

"hahhhha, kangen ya Ra?" dia tersenyum padaku

"ih GR"
aku membohongi rasa ku sendiri, walau aku tau bibirku sedikit mengembangkan senyum tak lupa juga kedua pipiku tersapu merah bak kepiting rebus.

"hahhahaha" dia malah menyunggingkan senyuman lebarnya lengkap dengan memperlihatkan gigi-ginya yang rapi.

"ih kenapa ketawa, gak lucu"
jengkel ku sudah mulai naik ke ubun-ubun, tapi di sisi lain hati dan jantungku berdegup kencang karena ulahnya.

"kata siapa gak lucu, orang lucu kok" sepertinya dia memang ahli dalam hal membuatku menjadi kepiting rebus malam ini.

"lucu dari mana coba?" tanya ku lagi, karena memang tidak ada yang lucu.

"itu kedua pipimu memerah gitu" segera saja ku tutupi wajah dengan ujung hijab pasmina yang ku kenakan, sedang dirinya masih tersenyum lebar kepadaku hingga matanya terlihat sipit.

"ih apaan sih gus, sok tau banget, ya udah aku matikan aja tlp nya" dengusku kesal padanya bisa-bisanya dia terus menggodaku.

"hahhaha, tapi tenang saja Ra, 2 hari lagi aku sudah balik kok ke surabaya" jawabnya sambil menyelipkan tawanya.

Mengingat sudah 5 hari ini aku tidak bertemu dengannya, karena dia sedang mengadakan raker di Jakarta,

mungkin itulah mengapa aku bisa memikirkan sesuatu yang tak semestinya ada di fikiran ku, tapi semakin aku berusaha yakin bahwa itu tidak akan terjadi semakin itu pula aku takut merasa apa yang aku khawatirkan akan terjadi, ku tarik nafas dalam-dalam lalu ku hembuskan dengan kasar, mencoba tenang dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja,

mungkin memang benar apa yang di katakan olehnya, bahwa aku memang tengah merindukannya.

"hallo Ra, kok diem lagi, ada apa memangnya?"
dia menanyaiku lagi, karena aku masih saja memikirkan hal-hal yang aku takutkan, hingga tanpa sadar dia sudah mematikan tlpnyqnya dan lalu beralih  menjadi video call untuk menghubungiku.

Gus (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang