Seungyoun memacu langkahnya begitu cepat meskipun itu membuatnya satu-dua kali hampir menabrak orang yang lewat. Dia langsung melewati lorong, keluar dari lobby apartemen dengan kecepatan yang gila-gilaan. Di sekitar taman kompleks yang sangat luas itu, Seungyoun tidak bisa menemukan wajah lain kecuali orang-orang asing yang berlalu-lalang. Dia menggigit bibirnya sambil berusaha meruntuki kebodohannya sendiri. Dia takut apa yang pernah terjadi sebelumnya kembali terulang. Jika Hangyul kabur ke rumah Seungwoo lagi, mungkin pintu hatinya tidak akan pernah terbuka untung Seungyoun lagi.
Beruntung, setelah berlari sedikit lebih jauh dia menemukan Hangyul sedang berdiri di seberang jalan sambil menenteng tas sekolahnya. Hangyul kelihatannya sedang berusaha menghubungi seseorang melalui ponsel. Tanpa menunggu lama lagi, Seungyoun segera berlari menyusulnya.
Hangyul sendiri sedang kebingungan karena Seungwoo bilang dia sedang tidak ada di rumah. Sekarang dia sedang mencoba menghubungi Jinhyuk, tapi seperti biasa laki-laki itu susah sekali dihubungi kalau keperluan mendadak. Mengangkat telepon saja lama sekali sampai Hangyul jadi kesal sendiri menunggunyaㅡ
"Halo, Hangyul?"
ㅡuntungnya, pada akhirnya laki-laki itu mengangkat teleponnya.
Hangyul segera membalas, "Ji-Jinhyuk-Hyung, boleh aku menginap malam inㅡ?"
"Tidak bisa, Hangyul," balas Jinhyuk cepat. "Aku sedang pergi kencan."
"Kau? Kencan?" Hangyul menyatukan alisnya, tidak percayaㅡkenapa orang seperti Jinhyuk tiba-tiba punya teman kencan?ㅡdan sekaligus kesalㅡkenapa dua orang yang sering menjadi tempat menginapnya harus tidak ada di rumah di saat yang bersamaan?
Rasa bingungnya seketika luntur, tergantikan dengan detak jantungnya yang terasa seperti berhenti tiba-tiba ketika Seungyoun meraih sebelah tangannya, lalu menahannya erat sekali sampai terasa menyakitkan.
Hangyul menatap lurus padanya sambil menggigit bibirnya kuat-kuat. Seungyoun tidak merasa gentar bahkan ketika Hangyul mencoba melepaskan dirinya dengan bersusah payah.
"Lepaskan aku, sakit."
"Tidak," balas Seungyoun cepat. "Aku tidak akan membiarkan kau pergi. Tidak lagi," katanya.
"Aku mau menginap di rumah Hyunbin malam ini," balas Hangyul pelan. "Pe-pergilah, kau baru saja meninggalkan teman kencanmu."
"Dia bukan teman kencanku."
"Jangan bohong," balas Hangyul. "Mulutmu itu manis sekali, Hyung. Kau kelihatan seperti memperlakukanku seperti berlian, tapi aku tidak tahu apa saja yang kau lakukan di belakangku. Bodoh sekali aku berharap kau benar-benar serius," kedua mata Hangyul mulai tampak membasah dan itu membuat Seungyoun merasakan hatinya memerih. "Ja-jangan pura-pura mencintaiku hanya karena tidak ingin aku kabur dari rumah."
Genggaman tangan Seungyoun mengerat, dia kelihatan sedikit marah. "Hangyul, aku tahu aku bukan pria sempurna, tapi kenapa kau tidak bisa percaya padaku sedikit saja? Kenapa kau menuduhku bermain di belakangmu? Kau tidak tahu sebesar apa perjuanganku untuk menahan diri supaya tidak melakukan kebiasaan lama. Semuanya aku lakukan karena aku serius padamu."
"Aku percaya, Hyung. Aku percaya sekali padamu," katanya. Hangyul tidak sadar sudah meremas bungkusan kue yang ada di dalam saku celananya hingga membuat beberapa kukis itu remuk. "Tapi kau baru saja mengkhianati kepercayaan itu tepat di hadapanku."
"Aku baru saja bilang bahwa dia bukan teman kencanku!"
"Begitu? Lalu kenapa kau membawanya ke rumah? Kenapa kalian kelihatan dekat sekali? Kenapa kau merangkulnya?" Hangyul melempar bingkisan kue kering yang sejak tadi ada di genggamannya ke wajah Seungyoun saking kesalnya. Kepingan kukis hangat itu jatuh berhamburan ke tanah karenanya. "Kenapa dia menciummu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
batas. [seungyul]
Fanfiction[COMPLETE] Bagi Hangyul, Seungyoun itu dekat, tapi juga jauh. Seungyoun itu tergenggam, tapi tidak terjangkau.