01 || Diam

88 12 12
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun, itu murni ketidaksengajaan.

❤HAPPY READING❤

¤¤¤

Setelah melaksanakan ibadah, biasanya Laska menyempatkan diri untuk membersihkan rumahnya. Setelah pekerjaannya selesai, barulah ia berganti pakaian dengan seragam sekolah.

Saat ini, Laska sudah siap untuk kembali ke rumah sakit untuk sekedar berpamitan pada Cahaya dan menitipkannya pada tetangganya, yang kebetulan anaknya juga dirawat di rumah sakit yang sama. Bahkan, ruangannya bertetangga.


Laska mengunci rumahnya dan memasukan benda kecil itu ke dalam tas. Ia berjalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum. Saat angkot datang, ia segera masuk. Biasanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di rumah sakit jika lalu lintas sedang padat. Tapi, untungnya hari ini tidak ada kemacetan, jadilah hanya sepuluh menit ia sudah tiba di rumah sakit.

Cahaya sudah bangun, ia sedang menonton acara kartun kesukaannya di layar televisi. Wajahnya sudah tidak sepucat biasanya. Tak ada mata panda lagi sekarang.

"Cahaya, Kak Lala pergi sekolah dulu, ya?" Laska mengelus rambut Cahaya. "Jangan merepotkan mbak Ratna, ya."

Mbak Ratna adalah tetangga yang dimaksud Laska, yang sedang menunggu anaknya yang sedang sakit demam.

Cahaya mengangguk. Matanya kembali fokus ke layar televisi.

"Ya sudah, Kakak berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Cahaya mencium punggung tangan Laska. "Hati-hati."

Laska mengangguk. Ia mencium kening Cahaya sebelum keluar. Ia menyempatkan diri untuk izin pada Mbak Ratna untuk izin menitip Cahaya selama ia sekolah. Ia sungguh bersyukur memiliki para tetangga yang baik hati. Seperti kemarin, beberapa tetangganya datang menjenguk Cahaya dan Ali serta membawa bingkisan.

¤¤¤

Laska berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Tak ada sapaan dari teman-teman, karena memang ia tidak cukup terkenal. Atau, lebih tepatnya ia sengaja menutup diri. Karena ia bersekolah hanya untuk menuntut ilmu. Bukan sekedar mengukir kisah indah di masa abu-abu. Bagi Laska, semua itu tidak penting baginya. Yang penting menurutnya ialah, ia sekolah, lulus, jika mampu ia ingin sekali kuliah, dan bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

"Laska ...," panggil seseorang yang ada di belakangnya.

Laska menoleh. Alisnya mengerut, tanda tidak kenal siapa orang dihadapannya kini.

"Lo lupa sama gue?" tanya lelaki itu.

Laska hanya mengangkat sebelah alis menanggapi pertanyaan lelaki dihadapannya itu.

"Ah, lo pelupa ternyata." lelaki itu menggaruk kepalanya yang ketombean.

Laska menaikkan alisnya sebelah. Ia tidak ingin waktunya terbuang sia-sia hanya karena berbicara dengan lelaki yang tak dikenalnya ini. Atau, ia kenal dengan lelaki ini, tetapi lupa? Laska memang kerap kali lupa dengan wajah seseorang yang bahkan  tetangganya sendiri.

"Gue Raga. Raga Angkasa. Berjenis  kelamin laki-laki yang hobi liatin Laska. Murid tauladan dan—"

Laska tak menghiraukan ucapan pria yang mengaku bernama Raga itu. Ia kembali berjalan menuju kelasnya tanpa pamit terlebih dahulu pada Raga.

"E-eh, Laska ...," Raga membenarkan letak tasnya dan berlari menyusul langkah Laska yang menurutnya sangat cepat untuk ukuran wanita.

"Mau kemana, sih?" tanya Raga, setelah ia berhasil menyeimbangkan langkahnya dengan Laska.

Tak ada respons apapun dari Laska. Bukannya ia tidak mau menjawab, hanya saja pertanyaan pria itu sungguh tidak bermutu. Pertanyaan yang tak perlu dijawab pun pasti tau jawabannya apa.

Sadar dengan pertanyaannya yang kurang tepat, Raga menepuk bibirnya pelan. Bisa-bisanya ia salah berucap. Sudah jelas-jelas Laska mau ke kelas, tapi masih saja ditanya. Namun, bukan Raga namanya jika ia menyerah begitu saja untuk mendengar suara Laska. Dan, memang ... meski ia satu kelas dengan Laska sudah beberapa bulan ini, tapi belum pernah satu kali pun ia mendengar suara Laska. Bahkan, saat di kelas Laska jarang sekali berbicara alias pendiam.

¤¤¤

Part awal yang pendek^^

Gimana?

Penasaran dengan siapa Laska?

Si Cowok ngawur bernama Raga?

Dan, penyakit yang diderita Cahaya?

Next!

Salam cintah,
Jangan lupa bahagia:)

Redupadam

Kisah Laskara Alinea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang