4

860 141 16
                                    

𝒂𝒍𝒍 𝒐𝒇 𝒔𝒖𝒅𝒅𝒆𝒏 𝒊'𝒎 𝒊𝒏𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒇𝒂𝒏𝒇𝒊𝒄 𝒃𝒖𝒕 𝒅𝒐𝒏𝒕 𝒓𝒖𝒊𝒏 𝒎𝒚 𝒎𝒐𝒐𝒅 𝒕𝒐 𝒎𝒂𝒌𝒆𝒔 𝒎𝒆 𝒔𝒍𝒐𝒘 𝒐𝒏 𝒘𝒓𝒊𝒕𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒈𝒂𝒊𝒏.

Mata itu kembali terbuka untuk yang kesekian kalinya, ungu nyaris ke hitaman di kedua pegelangan tangan, tambang menyiksanya namun massa-pun lebih menyiksanya lagi saat kaki itu terasa melayang beradu pada gravitasi, mudah terombang-ambing seperti...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Mata itu kembali terbuka untuk yang kesekian kalinya, ungu nyaris ke hitaman di kedua pegelangan tangan, tambang menyiksanya namun massa-pun lebih menyiksanya lagi saat kaki itu terasa melayang beradu pada gravitasi, mudah terombang-ambing seperti layangan.

Ini bukan mimpi lagi, ini adalah nampak realita yang membuat siapa saja menjerit untuk melihat betapa menyedihkan kehidupan yang tak pernah mulus sejak awal seorang Kim Jennie, bahkan namanya terlalu bagus, persetan ia membenci namanya sekarang, dimana arti diberkati jika hidup sesulit ini? Survival dunia sangatlah kejam.

"Kumohon―" Bibirnya mendesis, tubuhnya kembali lemas, tangannya kebas karena darahnya tak begitu sampai untuk menyalurkan pada tangannya yang sudah di gantung berjam-jam lamanya hingga memucat. "Jika kau melakukannya begini, lebih baik bunuh aku saja sekarang."

Pintanya ditolak mentah-mentah, sudah jelas lelaki itu berubah pikiran dalam semalam. Kepuasan yang dia dapatkan saat menyiksa membuat hatinya merasa tak tertahankan untuk melakukannya lagi dan lagi, terus berulang tiada henti.

Yoongi duduk di pojok ruangan bersama meja kayu lusuh tak terawat dimakan oleh rayap ―mungkin akan ambruk sebentar lagi― sambil memantik korek api gas yang dia punya untuk membakar ujung rokok, sama sekali tak mengidahi omongan Jennie yang membuat telinganya gatal tiap gadis itu membuka mulut untuk meminta dilepaskan.

Gadis itu menggantung di bawah sorotan lampu tembak yang cukup panas jika berdiri di atasnya, rasanya ia seperti mencium aroma daging matang. Bayangkan sudah empat jam lamanya, tetesan keringat bahkan bisa langsung menguap sebelum jatuh ke lantai.

"Kumohon, kalau kau menginginkan kematianku lebih cepat maka lebih baik." Jennie belajar beberapa hal dalam kejadian yang menimpa kehidupannya mengenai tanggung jawab yang belum habis masa berlakunya, walaupun mungkin setengah darinya ia rasakan di dalam bui, namun seseorang yang tersakiti oleh ulahnya masih merasa belum pantas ataupun cukup untuk membuat rasa sakit itu sendiri hilang.

Jennie tahu tebusan yang diinginkan lelaki itu adalah nyawa, dia sudah mengumbarnya. Tiada tempat untuk bersembunyi lagi, polisi sialan yang menjamin keselamatannya hilang tak berusaha mencarinya yang sudah terkurung kurang lebih lima hari lamanya. Jennie bahkan tidak tahu hari apakah sekarang, waktu serta apakah matahari sudah terbit atau sudah tenggelam. Ruangan ini hening, tidak ada ventilasi yang langsung mengarah pada udara bebas di luar, bau menjijikan dari barang-barang yang tak begitu jelas terlihat. Pada akhirnya kekalahan memang akan terjadi, Jennie tidaklah kuat untuk menjaga dirinya seorang dari orang yang memiliki hati bengis, tiada kata ampun untuk menebusnya sekecil apapun kebaikan itu.

𝗣𝗥𝗢𝗧𝗢𝗧𝗬𝗣𝗘.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang