"Bisa aku pinjam ponselmu? unnie?" Bibir pucat pasinya bergerak pelan, matanya sedari tadi mengintai letak ponsel berwarna merah velvet itu ditaruh. Seorang gadis berambut hitam legam menolehkan kepalanya untuk bertatapan pada si pemilik suara dengan tak percaya.
"Terakhir kali kau memegang ponselku kau justru membuatnya rusak di tangan Min Yoongi." Ungkapnya membuat gadis lainnya meringis mengingat kejadian tersebut. "Dengan tidak membuat se izin pada pemiliknya pula."
Kim Jennie bukan tak bisa berkutik melainkan ia menyesali kejadian tersebut, bukan pada ponselnya tapi pada tubuhnya yang semakin terlihat mengenaskan. Ia bahkan tidak percaya lagi-lagi matanya terbuka akibat jantung yang masih berdetak, telinga yang mendengar perdebatan antara Joohyun dan Seokjin di depan tubuhnya yang terkulai yang dalam keadaan setengah sadar.
Tuhan pasti bercanda untuk membuatnya harus bertahan sekali lagi.
"Mau kau apakan benda ini jika aku pinjamkan? Memanggil polisi dengan cara terang-terangan?" Joohyun memerkan ponselnya pada mata Jennie yang melihat benda itu bergoyang, tak melepaskan seincipun, bahkan daging steik terlezat yang pernah ia makan ponsel itu terlihat lebih berkilauan di matanya.
"Aku h-hanya-" Suaranya terputus saat Joohyun melemparkan benda tipisnya ke dalam pangkuan gadis Kim yang kembali tak percaya bahwa gadis itu memberikannya, bahkan menggunakan jemarinya sendiri untuk mengetik.
"Tidak untuk menelfon polisi, tidak untuk menelfon temanmu, mengirim email, titik lokasi, berswua foto." Ujarnya perempuan Kim lainnya. "Kami memiliki pengumpan sinyal yang membuat titik lokasi menjadi asal jika di lacak dan membuat progamnya terpasang diseluruh gadget siapapun yang berada di rumah ini.Jika kau memakai ponsel itu untuk memanggil seseorang Namjoon bisa mendengar apapun percakapanmu, dia hebat dalam meretas dan aku yakin sebelum kawananmu datang kau sudah mati terlebih dahulu disini." Alis sebelah Joohyun naik menukik, dia memberikan pelajaran seolah Jennie adalah seorang anak tk yang baru dibelikan ponsel untuk tidak membuka konten porno.
"Oh―" Jennie mengatupkan bibirnya, menjadi tak berminat untuk memanggil seseorang. "Apa diperbolehkan untuk membuka situs?"
"Seperti?"
"Membuka portal berita. Aku hanya ingin tahu berita akhir-akhir ini" Gadis menampakan wajah lesu namun juga frustasi. Walaupun ia baru saja makan dan lukanya kembali di cek secara berkala, harusnya tidak ada alasan lagi kenapa Jennie bisa se lesu itu jika kepalanya tidak mencuatkan sesuatu tentang kabarnya di luar sana. Apakah polisi membuat berita terkait kehilangannya, apakah mereka memiliki sedikit potongan puzzel tentang Bangtan ―walaupun sepertinya mustail karena kehidupan di dalam rumah ini masih terkesan normal― atau malah pemerintah Seoul yang membuat sekuritas hotel harus di tingkatkan akibat insiden waktu itu.
"Kau tidak akan menemukannya―" Joohyun berdiri dibelakang pintu sambil membuat kedua tangannya bersedekap.
"Apa?" Yang Jennie lakukan saat ini adalah mengetikan beberapa kata untuk melihat trending hari ini atau minggu ini dan sebelumnya tanpa melihat Joohyun yang bersikukuh untuk tak menyingkir dari kamarnyaa sendiri.
"Kau tidak akan menemukan namamu disana Jennie Kim, sejak malam kau bisa dinyatakan sebagai orang hilang, pemerintah tidak membuat berita acara mengenaimu. Mereka hanya membuat artikel tentang penanganan hotel itu maupun pengaktivasian sekuritas di tempat dimana banyak warga negara asing tinggal. Kau pikir kau akan sebeken itu untuk dicari?"
Jennie mengangkat wajahnya kala Joohyun tidak berbohong saat ini, tidak ada hasil namanya dalam pencarian terkini, Kementrian Pertahanan dan Keamanan bahkan tidak mengatakan sesuatu sedikitpun tentang personil yang ikut serta dalam kemungkinan penangkapan malam itu, mereka justru membuat seolah polisi salah dalam mengambil langkah serta bergerak lamban seolah apa yang diperkirakan dan rencakan malam itu tidak pernah ada, bahwa Jennie bekerja keras untuk meninggalkan rumah kala adiknya tak menyetujui bahkan kala ia akhirnya berada di rumah ini karena pekerjaannya. Gadis itu hanya terdiam dengan tatapan dungunya, ekspektasi yang dia bangun runtuh seketika seperti tidak ada harapan kemana ia harus berjalan sekarang.
Lalu apa yang harus ia lakukan kala pemerintah dengan mudahnya mengganti alur cerita seolah mereka sedikit menjelekan nama daripada harus bersikap gegabah kemudian membuat pandangan masyarakat pada kepolisian berakhir seakan-akan mereka tidak dilindungi oleh insiden tersebut?
Pada dasarnya Jennie hanya dipermainkan atau buruknya ia dihianati negaranya sendiri untuk menjadi daging segar siap disantap, menjadi alat pembayaran termudah bahwa Bangtan, tidak tapi Min Yoongi sangat menginginkannya untuk mati.
Apa polisi selemah itu untuk menangani sekelompok orang dengan jumlah yang sedikit? Berapa banyak personil yang bisa dikerahkan hanya untuk menangkap orang-orang ini?!
"Thats how world works, Jennie." Joohyun mendekatinya secara perlahan. Melihat Jennie yang seperti kebingungan membuat hatinya iba. Ya, dunia memang kejam itulah yang membuat orang-orang berhati baik justru kecewa dan meluapkan rasa itu menjadi yang tidak seharusnya. Menjadikan seorang seperti monster untuk memporak-porandakan sesuatu, kecewa adalah akar dari semua awalan kenapa sesuatu yang buruk dimulai.
Seperti Jennie.
Bahwa dunia tidak pernah adil.
"Kau bilang aku bisa pergi dari sini jika keadaanku sudah membaik kan?" Joohyun mengangguk, dia harus mengeluarkan Jennie dari sini karena dia tidak tahan melihat gadis itu mendapatkan perlakuan buruk. "Kau bisa, jika keadaanmu sudah sangat membaik."
"Bagaimana jika tidak? Aku tidak akan meninggalkan tempat ini."
Kim Joohyun tahu setiap orang bisa meninggalkan jati diri mereka sendiri untuk mengawali dunia yang baru, untuk membuat pertahanan ampuh dari rasa sakit hati untuk membuat mereka menjadi lebih kuat untuk tidak kembali direndah. Orang-orang di rumah ini datang satu persatu dengan membawa rasa kecewa mereka namun menyatukan rasa itu menjadi satu tidak membuat semakin jatuh ataupun tertindas namun membuat mereka menjadi yang terkuat dan terbaik.
Semua orang memiliki cerita kenapa mereka harus berubah, Kim Joohyun dan Taehyung, Kim Namjoon, Jeon Jungkook, Jung Hoseok, Kim Seokjin, Park Jimin maupun Min Yoongi sendiripun. Ada yang membuat kenapa mereka harus membuktikan kepada dunia bahwa mereka harus menjadi seseorang yang tidak mudah untuk di injak namun membuat itu berbalik bahwa musuh mereka yang kini harus lenyapkan.
"Itu artinya kau harus bekerja keras untuk membuat satu persatu anggota di rumah ini percaya kenapa mereka harus membuatmu tetap tinggal, kenapa kau worth it."
Jennie mengenyampingkan rasa khawatir yang selalu ia bawa di hatinya bersama rasa takut, berubah menjadi gigih, membuat egonya meledak atas apa yang sudah mereka perbuat. Jennie tidak ingin kalah, walaupun awal dari cerita ini ia harus menahan rasa sakit berkali-kali tapi dikemudian hari akan ada kemenangan yang bisa ia genggam. Membuktikan Jennie yang lemah menjadi kuat, Jennie yang lama telah mati.
"In this house i always welcome everyone, but soon i will treat you like be my little sister."
Ya, yang kemarin adalah rasa sakitnya, yang besok adalah menjadi vitaminnya untuk hidup. Jennie akan memikirkan bagaimana caranya ia masuk untuk membuat semua orang percaya bahkan menginginkan keberadaannya menjadi penting entah siapapun itu termaksud Min Yoongi, orang nomor satu yang tersetting menjadi prioritasnya saat ini. Dia yang berada di puncak bagan anggota ini, Jennie akan langsung loncat untuk berdiri diatas sana menyetarakan posisi mereka menjadi satu, menduduki kursi tahta yang Yoongi duduki atau bahkan membuat lelaki itu bersujud di hadapannya kelak. Kemudian membuktikan bahwa dirinya akan lebih bersinar dibandingkan matahari.
Mereka akan menyesal maupun menangis, memilih untuk membuat hati seorang Kim Jennie kecewa dan hancur adalah kesalahan besar, yang terbesar mereka lakukan.
ㅡ继续ㅡ
lil bit short but okay, y'all will seeing how bitchy Jennie Kim is. This is just begining #peace.
Hope you keep an eyes on my story, see soon mwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗥𝗢𝗧𝗢𝗧𝗬𝗣𝗘.
Fanfiction𝙎𝙝𝙚 𝙜𝙚𝙩 𝙖 𝙟𝙤𝙗 𝙩𝙤 𝙠𝙞𝙡𝙡 𝙩𝙝𝙚 𝙛𝙪𝙧𝙩𝙞𝙜𝙞𝙫𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙣𝙩𝙧𝙮 𝙗𝙪𝙩 𝙡𝙤𝙨𝙚 𝙗𝙚𝙛𝙤𝙧𝙚 𝙞𝙩'𝙨 𝙨𝙩𝙖𝙧𝙩