Latih untuk mengatur nafasmu, Jennie.
Tarik.
Dan buang.
Tarik.
Dan buang.
Tarik.
"Benar, seperti itu. Kepal lebih kuat tanganmu." Bertubi-tubi tinjuan mengenai sandsack tersebut bertubi-tubi Jennie menaikan tingkat amarahnya menuju benda itu semakin jauh melambung.
Nafasnya memburu, sedikit menyiksa bagian dadanya oleh apa yang sedang ia tonton di ruang latihan tertutup sedikit gelap. Pikirkan nama orang yang kau benci saat ini, kata Jimin ―lelaki yang menjadi sukarelawan untuk membantu Jennie melatih fisiknya ―menjadi instruktur.
Ada tiga orang yang sudah jelas Jennie benci.
Ayahnya yang sudah mati,
Atasan yang menghianati tanpa ada rasa hormat,
Dan Yoongi, laki-laki super brengsek yang sudah menjual harga dirinya di malam itu.
Tapi yang membuat amarahnya semakin terpancing adalah karena nomor dua, lelaki bangkotan yang muncul pada berita televisi yang tergantung di pojokan ruangan. Pria peyot yang menyimpan segudang kebusukan dibalik pancaran senyum yang dia limpahkan untuk menyentuh hati seluruh masyarakat, yang menjadi bulan-bulanan semua orang di periode akhir.
Ck, benar-benar.
"Apa menurutmu dia bisa lolos dalam pencalonan presiden?" Gadis Kim ini melambankan ritme tinjuannya, namun gerakannya tiap menghantam sangat tajam. Sementara Jimin sedang melatihnya, pria Park itu menyesuaikan arah pandangannya kepada televisi.
"Berhasil mengandangkan belasan tersangka kasus elit di Korea ku rasa itu bisa dengan menggunakan visi misi yang sudah dia miliki. Well, keamanan sebuah negara adalah yang paling masyarakat desak setelah apa yang presiden sebelumnya buat. Kini masyarakat menginginkan seseorang yang lebih mengerti hukum. Waktunya sangat tepat untuk mencalonkan diri dan dia berpotensi hampir 40% menang dalam pemilihan ini." Sahut Jimin sambil bersedekap.
Jennie bergunggam sederhana. Sekarang, apakah pria itu tahu berapa banyak kesakitan yang sudah ia terima sebulan belakangan ini? apakah dia sadar bahwa dia membuang seekor anak domba di tengah padang liar yang terdapat hewan buas? Domba itu pernah beberapa kali digigit, nyaris tereksekusi namun alam berkata lain jika seekor domba-pun sekarang bisa berada sangat dekat untuk bersanding pada segerombolan singa.
"Aku benci pria tua itu." Utarnya jengkel sambil memulai untuk kembali serius meninju sandsack-nya lagi, membayangkan lelaki bajingan itu sebagai sasarannya sekarang.
"Sudah seribu kali kau mengatakannya, Jennie." Jimin kemudian membalas dengan nada jenaka. "Lebih dari kau membenci Yoongi?"
"Diam kau pria kurang soda kue, aku sedang tidak ingin bercanda. Kau mau ku pukul?" Jimin langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat datar setelah mendapat cemoohan serta acaman tiada artinya seperti itu. Apa yang dia harapkan dari Jennie yang gemar untuk mengkata-katai fisiknya yang tidak sempurna? Oh tentu tidak ada. Semakin lama Jennie berubah mengikuti Yoongi, semakin juga sifat buruk lelaki itu menular. Sangat tidak baik!
"Mengungsi!" Jimin berseru heboh kala bayangan buruk itu berada di belakang Jennie. Dua orang terganggu oleh polusi suara yang dibuat berlebih-lebih. Karena saking mengganggunya Jennie jadi terguncang kaget dan tak sengaja memundurkan dua langkah kebelakang menabrak seseorang yang baru saja dibicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗥𝗢𝗧𝗢𝗧𝗬𝗣𝗘.
Fanfiction𝙎𝙝𝙚 𝙜𝙚𝙩 𝙖 𝙟𝙤𝙗 𝙩𝙤 𝙠𝙞𝙡𝙡 𝙩𝙝𝙚 𝙛𝙪𝙧𝙩𝙞𝙜𝙞𝙫𝙚 𝙘𝙤𝙪𝙣𝙩𝙧𝙮 𝙗𝙪𝙩 𝙡𝙤𝙨𝙚 𝙗𝙚𝙛𝙤𝙧𝙚 𝙞𝙩'𝙨 𝙨𝙩𝙖𝙧𝙩