6

892 126 30
                                    


Sesegera setelah seorang gadis memasuki kawasan ruang makan, orang yang berada di sana lebih dulu meredamkan suara untuk melihat siapa yang datang menggandeng tangan Joohyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesegera setelah seorang gadis memasuki kawasan ruang makan, orang yang berada di sana lebih dulu meredamkan suara untuk melihat siapa yang datang menggandeng tangan Joohyun. Seokjin tidak akan kaget karena dialah yang pada akhirnya membuat jalan bagi Jennie untuk menduduki diantara mereka. Namjoon yang sedari tadi sibuk sendiri pada kertas berserakan yang dia bawa dari kamar merapikan tataan kertas-kertas itu ―dia terlihat seperti seorang pengusaha― dia tak bereaksi melihat bagaimana Seokjin memperlakukan Jennie layaknya seorang yang agung.

Apakah Seokjin salah lalu membuat Namjoon cemburu? Tidak. Dasarnya manusia paling tertua itu memang ramah pada semua orang, dia akan lebih lagi bertindak jika itu wanita karena semua rasa hormat selalu ia taruh kepada para hawa.

Namjoon hanya bertanya-tanya di dalam hati, kenapa perempuan seperti Jennie akhirnya bisa untuk berlalu lalang di pengelihatanya tanpa rasa takut seperti kemarin. Ini bahkan pertama kalinya mereka bisa melihat gadis itu duduk dalam satu meja yang sama.

"Apakah sekarang kita berada di konfrensi meja kotak?" Park Jimin mendapatkan sikutan dari Hoseok yang duduk di sebelahnya dengan amat tentram. Yang tadi anggap saja angin lewat. Si Jung itu sama berkonsentrasinya seperti yang lain untuk mempertanyakan kenapa si Kim itu bisa duduk dengan mudah di depan para musuhnya. Apa di sedang melelang tubuhnya untuk mempercepat kematian?

"Kita hanya sarapan pagi bersama, iyakan?" Seokjin tahu anggotanya enggan untuk menyentuh sendok serta piring diakibatkan kedatangan Jennie yang tak terekspektasikan sebab yah memang tidak ada juga yang pernah menginginkan seorang polisi duduk bersama penjahat.

Jungkook melemparkan tatapan sinis serta bibir yang memintai kalimat remeh dengan pelan di bawah nafasnya, namun seorang Kim Taehyung tahu apa yang adiknya bicarakan.

"Put a respect on her first, Kook." Katanya sambil berbisik. "Kakak-ku tahu mana orang yang berbahaya maupun tidak."

"Shut up, you. Jangan sok tahu." Hanya itu yang akhirnya dikatakan Jungkook dengan jengkel. Dia tak ingin mendengar suara Taehyung yang nanti akan memborbardir telinganya seperti biasa, masa bodoh dengan jarak usia yang terpaut dua tahun.

"Kalian bisa mulai untuk makan, kenapa masih terdiam seperti itu. Ini hanya sarapan biasa."

"Dengan seorang polisi di sebelahmu." Namjoon akhirnya angkat suara, dia tidak bisa membuat kepalanya berdengung oleh dirinya sendiri yang terlalu memusingkan hal sepele. Jennie contohnya, gadis yang baru-baru ini masuk dalam lingkungan mereka dengan mudah atau bisa kita sebut kebodohan Seokjin yang tiada tara. Semena-mena merawat seorang polisi yang sudah memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah. Tragisnya Irene nampak seperti sudah dicuci otaknya oleh lelaki itu, kenapa kakak kandung Taehyung ini gampang sekali mengikuti instruksi Seokjin ketimbang dirinya?

"Oh, man." Seokjin mendesah, ia merasa seperti direndahkan. "Apa yang bisa dia lakukan disini sementara Jennie tidak memiliki ap―"

"Merancang, mengobservasi apa yang kita punya, menyebarkan informasi pada relasinya. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang dia lakukan kecuali kita membelah kepalanya dan membaca otaknya."

𝗣𝗥𝗢𝗧𝗢𝗧𝗬𝗣𝗘.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang