BELVA

195 18 3
                                    

Tentang rumah yang tidak selalu membuat nyaman,jika pulang sudah tidak menjadi tujuan,lantas ia harus pulang kemana?ia harus berlindung kepada siapa? Rumah yang dahulu utuh perlahan hancur dengan sendirinya,untuk kesekian kalinya Belva Dealova merasakan patah hati lagi, hancur dan terpuruk, tenggelam dalam kesedihan, namun kesedihan ini bukan tentang cinta ataupun pria, melainkan tentang keluarga yang katanya rumah. Sampai suatu ketika kesedihan belva berubah menjadi harapan dan kebahagian.

                                 ****

Belva Dealova Gadis 18 tahun berambut lurus dengan kulit bersih, senyumnya yang manis dan bola mata indah berwarna coklat, gadis yang gemar menulis diary dan bernyanyi,anak tunggal yang dilahirkan dari keluarga sederhana,namun ia selalu ceria dan tampil apa adanya                       


                               ****

"Mamaaa!!!dasi Aku dimanaa?"teriak Belva dari dalam kamar.

Tami yang mendengar teriakan Belva langsung naik keatas dan menuju kamar putrinya, betapa terkejutnya Tami ketika membuka pintu kamar anaknya itu.

"Ya ampun Belvaaaaa kamu itu udah SMA tapi kayak anak kecil,kamar bentuknya udah kayak kapal pecah,makanya kalo malem semuanya disiapin jadi kalo mau berangkat sekolah gampang nggak kayak gini"omel Mamanya.

"Yaudah-yaudah Mama kalo nggak mau bantuin cari, biar Belva cari sendiri aja deh, daripada Mama disini ngomel- ngomel nggak jelas"jawab Belva sambil terus mencari dimana letak dasi abu-abunya.

Tiba-tiba Mamanya itu datang dari sebelah meja belajar Belva sambil membawa dasi yang berwarna abu-abu yang diyakini itu punya Belva yang sedang dicari.

"Ini dasi siapa?dasi kamu kan,makanya kalo cari apa-apa itu dicari yang bener"ucap Tami sambil menyerahkan dasi itu pada Belva, dan langsung berjalan keluar menuju dapur.

Belva langsung mengambil dasi itu dan dipakai di lehernya.

"Nahh sekarang udah siappp"ucapnya didepan cermin sambil sesekali merapikan penampilannya.

"Belvaaaaaaa, cepet turunn sarapan dulu"!!!teriak Tami dari ruang makan.

"Iya Maa, bentar"

Belva menuruni anak tangga satu per satu dengan hati yang sangat gembira.
Pasalnya ini adalah hari senin,dan Belva menyukai hari senin, entahlah diluaran sana banyak anak-anak seusia Belva sangat membenci hari senin, karna hari senin adalah hari yang paling melelahkan harus datang pagi dan yang pastinya upacara bendera, tapi tidak dengan Belva,menurut Belva hari senin adalah hari yang baru, untuk memulai kegiatan yang baru pula.

Setelah sampai di bawah, Belva langsung menghampiri Papa,dan Mamanya untuk sarapan pagi.

"Pagi Paa,Maa"sapa Belva dengan senyuman termanis yang Belva punya kepada kedua orangtuanya.

"Pagi juga princessnya Papa"jawab Candra.

"Tumben pagi-pagi itu muka bahagia bener"ledek Tami kepada putrinya.

" Ya ampun Maaa!! anaknya bahagia malah dikatain,kata orang kalo pagi-pagi itu harus bahagia, biar hari-harinya juga bahagia, iya kan Paa?" ucap Belva sambil memasukkan roti isi selai kacang kedalam mulutnya.

"Iya betul banget kata anak Papa"

"Tuh kan dengerin Maa apa kata Papaa!!"

"Iya iya Mama ngalah dehh."

Setelah selesai sarapan,mereka bertiga keluar dari dalam rumah menuju teras.

"Yaudah kalo gitu Belva berangkat ya Maa"ucap Belva sambil menyalimi punggung tangan kedua orangtuanya.

"Iya hati-hati dijalan"ucap Tami sambil mencium kening anaknya secara bergantian.

Belva langsung naik grab yang sudah menunggu di depan gerbang rumahnya, dan segera menuju ke sekolah.

"Papa juga berangkat ya Maa"ucap Candra sambil mencium kening istrinya.

"Iya hati-hati dijalan"jawab Tami sambil menyalimi tangan suaminya.

Jika kalian bertanya-tanya kenapa Belva tidak naik kendaraan sendiri ke sekolah jawabannya adalah ia malas jika harus naik motor sendiri, tapi tergantung mood kadang ia semangat untuk bawa motor sendiri, kadang juga naik grab, bukan berarti Belva tidak bisa naik motor, tapi memang karena malas.

****

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Belva segera turun dari motor abang grab.

"Makasih yaa pakk"ucap Belva sambil menyerahkan sejumlah uang kepada tukang grab.

"Iyaa nengg"

Baru saja Belva melangkahkan kakinya di gerbang sekolah,mata Belva tertuju pada seseorang yang sedang berjalan mendahului Belva menggunakan motor vespa berwarna hitam, harumnya yang wangi, rupanya yang tampan membuat Belva tak berkedip saat orang itu melaju dengan pelan menuju parkiran.

"Astagaaa ganteng banget wangii pulaa" Gumam Belva dalam hati.

Bukan hanya Belva saja yang menatap orang itu namun, banyak pasang mata yang juga ikut menatap orang itu apalagi bisikan bisikan yang Belva dengar dari cewe cewe yang sedang ngomongin cowo itu.

Belva bertanya tanya pada dirinya sendiri "emmm siapa ya kira kira cowo tadi? tapi kayanya anak IPS deh"

"Gilaa ya ketua basket kita ganteng bangett"

"Emang ga salah sih, kalo dia dijadiin ketua basket"

"Cool banget sii Razan"

"Pengen deh gue milikin"

"Aaaa Razann, mau ga jadi pacar gue"

Omongan omongan itu yang tak sengaja Belva dengar dari para cewe cewe yang mengagumi seorang ketua basket.

"Ohh ternyata ketua basket, pantes badannya bagus, namanya juga bagus cocok sih sama orangnya" Gumam Belva dalam hati.

Dengan sengaja Belva menghentikan langkahnya di parkiran hanya untuk melihat orang itu, biasanya jika mau ke kalas Belva jarang sekali melewati parkiran namun, entah bisikan dari mana, ia sekarang sedang berdiri di parkiran dan dengan santainya dia memandangi Razan ketua ekskul basket yang sedang digandrungi oleh para wanita, di parkiran masih belum banyak yang datang karena memang masih pagi namun mata Belva tetap fokus pada Razan ,hingga orang itu berjalan ke kelas dan hilang dari pandangan Belva karena memang arah mereka jalan pun tidak sama.

"Pasti banyak cewe cewe yang suka sama dia,fiks dia famous sih disini,tapi kalo famous kenapa gue baru tau sekarang ya,harusnya gue tau dari lama, astagaaa kemana aja Belvaaa ga update sama sekali" Ucap Belva sambil berjalan menuju koridor.

B E L V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang