2. °si jodoh°

47 10 8
                                    

     Menunggu memang salah satu kegiatan yang membosankan, seperti saat ini Lia tengah menunggu angkutan umum lewat. Sudah hampir 20 menit ia menunggu namun tak kunjung ada, ia meraba-raba saku rok nya seraya mencari ponsel miliknya namun nihil, benda pipih kesayangannya itu tak ada.

Lia terdiam sambil mengingat-ingat kembali dimana terakhir ia menaruh ponselnya, ia memang bodoh dalam urusan hitung-hitungan namun ingatannya cukup menguntungkan walau terkadang ia akan terlihat sangat bodoh dengan ekspresi yang lugu .

Gadis SMA itu berjalan kembali memasuki arena sekolah yang mulai sepi, sesekali ia melompat-lompat sambil bersenandung ria saat menyusuri koridor, sampai akhirnya ia memasuki kelasnya kembali dan benar saja ia menemukan ponsel nya di laci meja.

Ia pun kembali meninggalkan kelas, namun saat ia baru saja keluar dari kelas Erlangga melewatinya begitu saja. Itulah Erlangga ia tak akan pulang jikalau sekolah masih ramai, ia paling anti yang namanya berdesak-desakan di gerbang sekolah dengan kendaraannya.

"Ehh Erlangga, kita ketemu lagi. Emang ya jodoh itu gak akan kemana," ujar Lia sambil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Erlangga.

Bukannya jawaban yang Lia dapatkan, namun lelaki itu malah menyumpalkan headset di kedua telinganya, memang susah berhadapan dengan orang yang berpura-pura bisu seperti Erlangga.

"Lo dengerin musik apa? Seru gak?." Tanya Lia dan disusul oleh kekehan kecil.

"Lo jangan akting deh! Akting nya jelek, Lo pake headset tapi gak di colokin ke hp, emang ada musik nya?," Tanya Lia bertubi-tubi, seketika Erlangga berhenti dan menatap Lia dengan tajam, ia melirik ponselnya dan benar saja kabel headset belum ia pasang di ponselnya. Malu, itu yang Erlangga rasakan, apalagi saat ini Lia tengah tertawa terbahak-bahak.

"Gak lucu." Balas Erlangga, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju parkiran, dan Lia masih setia mengikuti kemanapun Erlangga pergi dan berharap lelaki itu merasa iba kepada dirinya dan berniat mengantarkan dirinya pulang.

"Gue nebeng ya." Ucap Lia saat Erlangga sudah duduk manis diatas jok motornya.

"Please, untuk hari ini aja. Udah sore Lang, gue gak tau bakal ada kendaraan umum apa enggak." Pinta Lia dihadapan Erlangga sambil memegang motornya.

Erlangga tidak menyahuti perkataan Lia, ia merogoh ponselnya lalu mengutak-atik bnda pipih tersebut.

"Minggir," terang Erlangga namun gadis konyol itu masih terdiam di hadapan Erlangga.

"Udah gue pesenin ojek online, minggir." Ujar Erlangga lagi, Lia pun pasrah ia memilih bergerak dari posisi semula dan membiarkan Erlangga pergi begitu saja dengan motornya.

"MAKASIH UDAH PESENIN OJEK, GUE TAU LO GAK BAKAL TEGA BIARIN GUE DISINI." teriak Lia walaupun hasilnya sia-sia lelaki yang ia cintainya tidak menoleh sedikitpun.

✓✓✓

Mentari telah bersinar terang, gadis kecil nan lugu itu tengah berjalan sendirian mengitari komplek menuju halte, setiap hari gadis itu selalu menaiki kendaraan berupa bus maupun angkot, ia tak seperti anak lain yang membawa kendaraan mewah hanya untuk pergi ke sekolah.

Kurang lebih dari 15 menit akhirnya ia sampai di sekolah dan tengah beristirahat sejenak ditempat duduknya, ia mengibaskan wajahnya menggunakan buku tulis miliknya sambil sesekali melirik kearah jendela berharap sang pujaan hatinya lewat.

Panjang umur! Baru saja Lia berpikir demikian, sang empu yang gadis itu tunggu-tunggu pun mulai melewati kelasnya dengan gaya cool khas dirinya dan jangan lupakan headset yang terpasang disebelah telinganya dan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celananya.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang