14. °pembohongan publik°

41 4 2
                                    

jangan jadi silent readers ya, tinggalin jejak kalian. Vote dan komen, makasih




      "Dia..."

"Lo udah ada pengganti Nina? Sejak kapan lo punya pacar baru?." Tanya Arga, Erlangga menatapnya tajam.

"Lia, dia pacar gue." Ucap Erlangga cepat.

Speechless Lia terdiam, ia menatap Erlangga yang ada dihadapannya sedangkan orang yang tengah ia tatap hanya tersenyum. Catat! Tersenyum.

"Gue tunggu diparkiran pulang sekolah nanti, Lia." Ujar Erlangga ia bangkit dari duduknya lalu mengacak surai rambut Lia dengan gemas.

Lia membeku ditempat, ia sama sekali tidak melihat kearah Erlangga, sekarang lelaki itu sudah pergi entah kemana bersama Arga. Kini hanya menyisakan Putri, Yunita, Nina, dan juga dirinya.

Demi Tuhan! Jantung Lia berdegup dengan sangat-sangat cepat, ia masih bertanya-tanya Dalam hati nya apa ini semua mimpi atau hanya prank ala-ala youtuber?.

"Kakak beneran pacarnya kak Erlangga? Kok aku gak percaya ya. Setahuku Erlangga itu sayang banget sama Nina, bahkan kita pernah tidur sekamar dan juga kak Erlangga itu perhatian banget sama Nina." Jelas Nina dengan santai. Kini Nina menatap Lia yang kembali tertegun atas penjelasan anak baru dihadapannya.

Apa maksudnya tidur sekamar? Terdengar begitu ambigu bukan? Apa yang dijelaskan oleh Nina semuanya hanya fiksi? Bak cerita telenovela.

Membingungkan.

"Maksud kamu teh apa tidur sekamar?," Tanya Yunita.

"Ya masa kakak gak ngerti si, kita tidur satu kamar." Jelas Nina lagi.

"Hubungan Lo sama Erlangga cuma pacaran, kenapa tidur satu kamar?." Tanya Putri, jujur saja wajah Putri sudah merah padam. Ia sudah tersulut emosi sejak tadi.

"Karna aku pacarnya kak Erlangga. Kak Lia, kalo emang kak Erlangga itu pacar kakak entah itu beneran atau cuma prank aku bakal tetep rebut kak Erlangga dari kak Lia. Aku gak bakal biarin orang lain memiliki kak Erlangga, karna apa? Karna kak Erlangga cuma milik Nina. Kalo Nina gak bisa milikin kak Erlangga, orang lain juga gak boleh milikin dia. Aku kekelas dulu kak bye," terang Nina.

Perkataan Nina tadi terdengar begitu creepy, sungguh menyeramkan. Ia terlihat seperti malaikat berbaik hati namun kata demi kata yang ia lontarkan seperti iblis yang sangat jahat.

Bahkan Yunita dan juga Putri tak habis pikir dengan perkataan Anak baru itu.

"Maksudnya apa sih? Teu ngarti aing teh," tanya Yunita.

"Sinting dia." Jawab Putri dengan cepat. Dan mereka bertiga pun tertawa secara bersamaan.

•••

     Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, sesuai perkataan Erlangga kini ia tengah menunggu lelaki itu digerbang sekolah namun sedari tadi dirinya tidak melihat adanya Erlangga.

Kakinya sudah berdiri namun lelaki itu tak kunjung datang, apa ia lupa? Jika benar itu sangat menyebalkan.

"Lia," panggil seseorang Lia menoleh ke belakang dan mendapati Erlangga yang tengah berdiri disana.

Lia tidak menyahuti perkataan Erlangga, ia berjalan menghampiri lelaki itu. Gadis itu memutar bola matanya malas saat lagi dan lagi dirinya harus melihat wajah datar Erlangga yang terlihat seperti orang yang tak memiliki jalan hidup. Padahal ia adalah orang terpintar di jurusan IPA seangkatan nya.

"Lama Lo, gue nunggu sampe pegel anjir." Kesal Lia, ia menghentakkan kakinya diranah untuk menunjukkan berapa kesal dirinya namun yang Lia dapatkan dari Erlangga bukanlah kata maaf melainkan hanya ekspresi datar.

"Kelas gue," ajak Erlangga.

Lia terdiam. Apa lelaki itu tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Jika iya ia akan kalah dengan turis-turis yang mungkin bahasa Indonesia nya lebih bagus dari pada lelaki es itu.

Helaan napas berat keluar dari mulut Lia, gadis itu mulai mengikuti Erlangga yang berjalan jauh didepannya.

Lia memasuki kelas Erlangga yang sudah sepi. Ralat, hanya ada Lia dan juga Erlangga disini.

Lia duduk dihadapan Erlangga, ia menopang dagunya menggunakan tangannya yang ia taruh diatas meja, sedangkan Erlangga ia duduk dengan santai menyender dikursi dengan kedua tangan yang ia lipatkan didadanya.

"Nina sepupu gue di---"

"What?," Sela Lia, gadis itu cukup terkejut dengan penuturan Erlangga.

"Dia pernah dititipin ke keluarga gue, kita udah sama-sama dari kecil dan tanpa gue ketahui dia punya perasaan lain ke gue." Jelas Erlangga.

Lia semakin penasaran, kini ia menatap Erlangga dengan tatapan seperti sedang mengintimidasi seolah-olah menyuruh lelaki itu untuk melanjutkan perkataannya.

"Kelas 8, dia nembak gue. Gua gak tau harus ngapain karna waktu itu gue bego gue malah Nerima cinta dia cuma buat ngebahagiain dia tanpa mikir dulu padahal gue sama sekali gak ada rasa sama dia. Hubungan kita terbongkar, orang tua gue tau begitupun orang tua dia." Jelas Erlangga, Lia menatap lelaki dihadapannya dengan takjub. Lelaki itu berkata lebih dari 10 kosakata. Dan ini pertama kalinya Erlangga meluapkan keluh kesahnya dihadapan Lia. Sungguh momen yang langka bagi Lia.

"Trus trus?,"

"Kedua orang tua kita mau kita mengakhiri hubungan ini dan gue setuju tapi Nina... Dia malah teriak-teriak gak jelas, dia masuk kamar, nangis dan gak berhenti manggil nama gue. Gua gak tega lihat dia kayak gitu, gue berusaha ngehindar dari dia bahkan gue rela tinggal di apartemen milik orang tua gue sendirian karena Nina masih tinggal dirumah gue. Semakin hari keadaan makin kacau, Nina makin aneh sampai akhirnya orang tuanya bawa Nina ke psikiater dan ternyata mental nya sedikit terganggu."

"Kedua orangtuanya maksa Nina untuk tinggal di luar negri, menjalani pengobatan disana dan juga melanjutkan sekolah disana. Mereka bilang bakal menetap disana tapi ternyata Nina disini sekarang... Dia kabur."

"Apa? Dia kabur gila-gila berani banget dia hanya karena seorang Erlangga. Bucin emang," seru Lia, Erlangga terkekeh kecil saat mendengar seruan Lia. Ia seperti gadis yang tak memiliki cermin padahal dirinya juga sangat bucin terhadap Erlangga.

"Tapi dia gak bakal lama disini, dia bakal dijemput orang tuanya Minggu depan. Lo mau bantuin gue kan?," Tanya Erlangga kini lelaki itu menatap kedua bola mata Lia dengan harapan bahwa gadis dihadapannya itu mau membantu dirinya.

"Bantu apa? Kalo emang gue bisa bakal gue bantuin kok, Sans." Kata Lia.

"Pura-pura jadi pacar gue, selama Nina masih ada di Indonesia." Pinta Erlangga, Lia terkejut bukan main bahkan ia sampai tertegun dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Kenapa gak pacaran beneran aja?," Tawar Lia, gadis itu tersenyum miring dan menaik-turunkan kedua alisnya.

Erlangga terdiam, pasalnya ia memang tidak memiliki perasaan lebih kepada Lia walaupun terkadang ia sering dibuat gemas dengan tingkah konyol gadis itu.

"Gue balik duluan," pamit Erlangga ia mengambil tasnya lalu berjalan keluar kelas meninggalkan Lia yang terus-menerus menyerukan namanya.

"ERLANGGA!!! PERCAYA SAMA GUE SUATU SAAT LO BAKAL JADI PACAR ASLI GUE BUKAN BAJAKAN!!!" Teriak Lia dari dalam kelas. Untung saja sekolah sudah benar-benar sepi dan hanya menyisakan security yang berjaga digerbang sekolah.

To be continue...

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang