15. °MURAHAN°

57 5 1
                                    

06:35 WIB.

     "Mimpi apa Lo semalem? Ini pertama kalinya Lo jemput gue, ngajak berangkat sekolah bareng. Berasa khayalan anjir," kekeh Lia kini ia sudah duduk manis diatas motor milik Erlangga walaupun seperti biasanya ia cukup kesusahan karna motor Erlangga yang terkesan tinggi.

"Nina minta jemput, gue bilang gue harus jemput Lo." Jawab Erlangga cepat karna sedari tadi gadis yang ia tumpangi itu terus mengoceh hanya karena pagi ini ia menjemput dirinya.

"Semoga besok Nina juga minta jemput lagi, biar besok Lo jemput gue lagi Yeay." Ujar Lia exited ia bahkan tanpa ragu memeluk perut Erlangga.

"Gila," ucap Erlangga.

Erlangga merasakan ada sesuatu yang memegang perutnya, ia melihat sekilas dan disana tertera kedua lengan Lia yang melingkari perutnya, lelaki itu menghela napas berat. Benar-benar bar-bar gadis bernama Lia itu.

"Lepasin tangan Lo!,"

"Ha?" Seru Lia dengan sedikit berteriak.

"Lepasin tangan lo," ujar Erlangga lagi.

"Gak kedengaran, udah cepet jalan bentar lagi bel!." Ucap Lia padahal ia mendengar perintah Erlangga tadi hanya saja ia berpura-pura tidak mendengar.

•••
 

  

     Lia memasuki kelasnya yang sudah cukup ramai dengan berbagai aktivitas dari murid-murid yang lain. Ia berjalan menghampiri tempat duduknya, disana terdapat paperbag.

Ia menempelkan bokongnya di atas kursi, ia menaruh tasnya diatas meja lalu melihat paperbag tersebut disana terdapat sticky note berwarna pink.

Gadis itu mengambil sticky note tersebut disana tertera beberapa kata.

Buat Lo Lia, dimakan.

-E

Lia tertegun, ia membuka isi paperbag tersebut dan mendapati kotak bekal berwarna pink juga. Ia membuka tutup bekal tersebut dan isinya adalah salad buah makanan favoritnya.

Siapa yang memberi nya makanan pagi ini? Ia berinisial E apakah Erlangga? Tapi tadi ia berangkat bersama lelaki itu, jadi sepertinya mustahil jika itu adalah Erlangga.

Tak peduli siapa yang memberinya salad, ia menaruh kotak bekal tersebut dikolong meja dan berinisiatif untuk memakannya pada saat jam istirahat.

"ASSALAMUALAIKUM YA AHLI KUBUR," teriak seseorang dari ambang pintu, ia adalah Putri dan disamping nya tentu saja Yunita.

"Bacot woi, lu kira ini kuburan!!" Maki seseorang yang juga murid dikelas ini. Ia tengah fokus membaca buku, wajar jika ia memaki teriakan putri.

"Wa'alaikum salam ya ahli neraka," jawab Lia.

"Anjir lu." Ketus Putri, mereka pun tertawa bersama.

Pagi ini ternyata freeclass guru-guru mengadakan rapat entah mengenai apa, mereka hanya memberi tahu bahwa mereka diperbolehkan pulang setelah jam istirahat berbunyi.

Yunita pun kini bergabung dikelas Lia, kelas yang sangat-sangat ramai tak ada yang berdiam diri dengan bukunya. Beda dengan anak kelas Yunita, jika mereka mendapat freeclass mereka semua selalu memutuskan untuk belajar, belajar dan belajar. Membosankan.

"Lia pinjem hp dong," pinta Putri, Lia yang tengah melakukan live Instagram  bersama Yunita pun mengakhiri kegiatan tersebut.

"ambil dikolong meja," ujar Lia ia bangkit dari duduknya, ia bosan.

Ia melihat sekelilingnya, semuanya sibuk dengan ponselnya masing-masing. Ada yang tengah main game, selfie, chattan dengan pacar, upload ini itu bahkan ada yang tengah berdandan dan menjadikan kamera ponselnya sebagai kaca.

"Lia ini salad punya Lo?," Tanya Putri sambil memamerkan kotak bekal tersebut.

"Makan aja, gue mau nyari angin bentar." Ujar Lia, putri pun mengangguk antusias dan mengajak Yunita untuk memakan salad itu bersama.

Disini lain kini Lia tengah berjalan menyusuri koridor kelas yang ramai, ia tak tau musti pergi kemana ia hanya berjalan-jalan saja sejak tadi.

Dari kejauhan ia tengah melihat Nina yang tengah mengobrol bersama beberapa teman barunya. Lia tidak berniat untuk bergabung, karna ia merasa cukup minder disana atau lebih tepatnya Nina dan kedua temannya adalah mereka-mereka si primadona sekolah dengan IQ yang tinggi.

Lia memutuskan untuk pergi kekantin, menyegarkan tenggorokan dengan es teh ekstrak es batu. Ia berjalan seorang diri sampai akhirnya dimana ia melewati keberadaan Nina dan teman-teman.

"Eh ada kakak kelas murahan." Ujar seorang teman Nina, ia adalah Hana si jago matematika.

"Pintar banget ya ngerebut pacar orang, toturial dong." Kata salah satu teman Nina lagi ia adalah Alfi. Dan Nina ia hanya tersenyum miring.

Lia mendengar semua perkataan mereka bahkan ia sampai menghentikan langkahnya. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dikepalanya, emosinya mulai meningkat.

Gadis yang tengah di olok-olok itupun membalikkan badannya dan mendapati 3 orang gadis yang tengah tersenyum remeh kepada dirinya.

"Kenapa kak? Ngerasa ya hahaha bagus deh, jadi gak perlu kita sebut nama nya. Eh kita juga males sih nyebut nama jalang!," Ujar Hana, ia memang memiliki otak yang encer namun sepertinya hatinya sudah menjadi batu. Tak memiliki perasaan, padahal ia tidak tahu menahu soal masalah ini.

"Kak Lia, Nina kan udah bilang kalo kak Erlangga itu punya Nina kenapa sih kak Lia ngeyel banget jadi orang?! Apa perlu aku kasar ke kakak?," Tanya Nina. Nada bicara terdengar sangat menyeramkan tatapan nya juga begitu tajam tertera amarah disana.

Lia menghela napas berat, haruskah ia mengeluarkan kata-kata pedasnya? Ia sangat malas meladeni mereka namun perkataan mereka bisa saja membuat orang lain berfikir negatif terhadap dirinya.

"Adek adek ku sayang... Gue tagasin ya. Gue emang suka sama Erlangga, gue cinta sama Erlangga dan gue gak ngerebut dia dari Lo Nina. Lo punya kaca gak?," Tanya Lia sambil menunjuk kearah Nina yang tengah berkacak pinggang didepannya.

"Gak usah nunjuk-nunjuk gitu juga kali. Kalo emang dasar nya murahan ya murahan aja gak usah buat seolah-olah Nina yang salah, dia emang pacarnya Erlangga!! Dan lo udah ngerebut Erlangga," jelas Hana.

"Gue ngerebut Erlangga hahaha, adek dengerin nya khususnya Lo Nina. Lo udah ninggalin Erlangga gitu aja dan fakta yang lebih mengejutkannya lagi Lo adalah adik nya Erlangga. Lo waras suka sama kakak sendiri?," Tanya Lia.

Hana dan juga Alfi saling bertatapan, mereka bertanya-tanya apakah benar Nina adalah adik nya Erlangga?. Mereka merasa bersalah karena sudah memaki Lia, tanpa tahu penyebab nya apa.

"Nin bener kata dia, Lo adek nya kak Erlangga?." Tanya Alfi.

Emosi Nina sepertinya sudah memuncak, ia menatap kearah Lia.

"IYA GUE EMANG ADEK NYA ERLANGGA KENAPA? SALAH KALO GUE SUKA SAMA DIA?! DIA KAKAK TIRI GUE! WAJAR GUE SUKA DAN INGIN MILIKI DIA. KITA GAK ADA HUBUNGAN DARAH, KITA UDAH SAMA-SAMA TAPI KARNA KEHADIRAN LO JALANG!! ERLANGGA PERGI DARI GUE!!!," teriak Nina bahkan ia sampai menjambak rambut Lia gadis itu mengaduh kesakitan.

Beberapa orang mulai berdatangan menyaksikan pertengkaran mereka, Lia gak tinggal diam ia mencengkram lengan Nina yang sedari tadi menjambak rambutnya lalu menatap adik kelasnya itu dengan penuh amarah.

"BISA GAK SIH GAK USAH KASAR?! GUE PIKIR LO ANAK BAIK YANG GAK AKAN MAIN KASAR TERNYATA LO BERMUKA DUA. SIAPA DISINI YANG MURAHAN? GUE ATAU LO ANAK BARU YANG GAK TAHU SOPAN SANTUN." teriak Lia, ia memegang rambut nya yang terasa panas.

Tak lama Erlangga datang dan..






To be continue

Insta: @nrlia0527

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang