9. °tragedi dikantin [2]°

30 5 6
                                    

Vote nya:)

     Masih dihari yang sama, kini murid-murid telah memadati arena kantin yang cukup luas berbagai makanan tersedia dan berbagai minuman sangat menggiurkan tenggorokan.

Berbeda dengan Erlangga kini ia hanya menatap kotak bekal milik Lia yang diberikan padanya tadi pagi, jujur ia sangat menyukai masakannya itu sederhana namun sangat nikmat. Bukan ia tak mau memakannya namun ia tak enak hati karna sudah membuat gadis itu kecewa.

Beberapa murid yang hobi gosip mulai berbisik saat seseorang mendatangi kantin dengan wajah kusutnya, ia adalah Lia. Ia datang seorang diri dengan lesu lalu duduk dimeja yang sudah ditempati oleh kedua temannya.

Ia duduk dengan diam, ia tahu beberapa anak sedang asyik membicarakan nya namun ia tak peduli. Ia menatap nanar semangkuk bakso dihadapannya bakso kantin yang selalu mengiurkan lidah kini tak berarti padanya padahal perutnya sudah keroncongan.

Erlangga melihat kejadian itu semua, gadis yang terobsesi padanya itu terlihat tidak bersemangat. Erlangga mengambil kotak bekal yang semula ia taruh diatas meja dan menghampiri Lia yang diam membisu.

Ia menaruh kotak bekal itu dihadapan Lia, gadis itu mendongkakkan kepalanya dan mendapati Erlangga dengan senyum tipisnya. Ya, ia tersenyum entah itu senyuman tulus atau kasihan.

"Makan, gue gak mau secret admier gue sakit." Titah Erlangga sambil membukakan tutup kotak bekal itu, setelah itu ia bergegas pergi dan kembali ketempat duduknya.

Lia terdiam, barusan yang mengatakan itu Erlangga? Apa benar-benar Erlangga? Atau makhluk halus yang menyamar menjadi lelaki yang ia cintai? Ia menatap kedua sahabatnya, Putri dan Rindy namun mereka hanya mengangguk pelan seraya meyakinkan bahwa yang menyuruhnya makan adalah Erlangga.

Tanpa ba-bi-bu Lia melahap nasi goreng yang seharusnya milik Erlangga itu dengan lahap, ia tak peduli jika akan dibilang perempuan yang tak punya sopan santun, toh ia memang sedang lapar ditambah lelaki pujaannya yang menyuruhnya makan alhasil sengat 45 semakin berkobar.

Erlangga melihat gadis itu sedang makan dengan lahap, kedua sudut bibirnya naik keatas dan jarang sekali ia perlihatkan kepada orang-orang.

"Astaghfirullah, Lang! Lo senyum barusan?." Tanya Arga tidak percaya pasalnya ia yang sudah bersahabat sejak lama saja baru kali ini lagi melihat sahabatnya itu tersenyum semanis gula.

"Lo udah gila Lang! Atau Lo udah mulai jatuh cinta? Hayo ngaku," ledek Arga.

"Gak jelas," timpal Erlangga ia pun kembali mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Gengsi Lo kegedean Lang! Cewek secakep Lia Lo abaikan. Mending buat gue..." Batin Arga.

•••

19.27 WIB.

     "LIA SINI NAK!!!," teriak sang bunda Lia pun dengan segera mungkin keluar dari kamarnya lalu menghampiri bundanya yang tengah duduk manis diatas sofa ruang tamu bersama sang ayah.

"Apa Bun?," Tanya Lia.

"Beliin bunda sate ya," pinta sang bunda dan Lia hanya mengangguk saja. Ia merapihkan rambutnya dan memilih untuk mengikatnya asal setelah itu ia mengambil uang yang diberikan bundanya untuk membeli sate.

"Beli 3 porsi, kita makan bareng-bareng." Ujar sang bunda. Ya, Lia merupakan anak tunggal padahal ia sangat menginginkan adik namun Tuhan berkata lain bundanya tidak bisa hamil kembali.

"Dek cemilan dikulkas ayah habisin, kembaliannya kamu belikan cemilan aja." Kata sang ayah sambil menyantap Chiki potato milik Lia. Hampir setiap hari sang ayah selalu memakan camilannya untung saja ia menggantinya.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang