♡ Fourty One ♡

399 53 4
                                    


Happy Reading ^^

Fisan menuruti tawaran Rara. Ia membaringkan tubuhnya diatas brankar yang terletak disebelah brankar Rara. Keduanya hanya berbatasan kain gorden berwarna biru langit.

Rara yang mengkhawatirkan keadaan kekasihnya membuka skat yang menghalangi sedikit. Sehingga kini Rara hanya melihat wajah tampan Fisan, dengan kedua matanya terpejam. Ia sangat ingin tau, apa yang sebenarnya terjadi pada Fisan.

"Koq aku ngerasa Fisan kayak nyembunyiin sesuatu ya.? Apa ini masih tentang masalah yang sama kayak waktu itu.?"_Rara.

Rara kembali mengalihkan pandangannya kelangit2 ruangan. Bertepatan saat itu Fisan membuka matanya perlahan lalu menoleh kearah Rara.

"Ra... gue takut posisi gue dihati loe bakal tergantikan oleh Fian. Entah apa yang bikin gue mikir kayak gini. Tapi gue liat loe begitu dekatnya sama dia, sampe bercanda kayak tadi."

"Dia pasti orang yang Sasya ceritain itu kan.? Orang yang bikin hati kamu mengeras untuk menerima kepercayaan orang lagi.? Dia Al kan Ra.? AlFian Royan yang selama ini gue anggap sepupu gue.?"

Perang batin Fisan terus menjadi seperti itu. Fikirannya benar2 tidak karuan. Disatu sisi ia takut tersisih dari bunda sudah selesai, tapi disisi lain ia juga takut tersisih dari Rara.

Tak ada yang tau RaFis berada diruang kesehatan saat ini. Karena pada waktu kejadian Rara jatuh, dan Fisan membawanya tak ada satupun yang melihatnya. Jadi, mereka bisa lebih leluasa untuk menghabiskan waktu beristirahat.

**

"Yakin nih, kita gak usah samperin Fisan.??" Fian terlihat gelisah.

"Santai aja kak Al.. Rara kan udah kejar dia. Pasti Rara bisalah buat bujuk Fisan cerita dia punya masalah apa." Oliv berusaha menenangkan.

"Oh ya kak Al, boleh dong gue nanya sesuatu ke loe.??" Riyan terlihat antusias untuk menanyakan sesuatu.

"Apa.??" Jawab Fian.

"Gimana caranya biar bisa lulus setahun lebih cepat kayak loe itu.??"

Twew wew weeww

Pertanyaan itu membuat perhatian kembali tertuju pada Fian. Semua menunggu jawaban atas pertanyaan Riyan.

"Ya belajarlah, dan pastinya kerjain Skripsi sesegera mungkin sebelum makin banyak. Selesai deh.." semua menatap cengo pada Fian.

Bagaimana bisa sebegitu giatnya dia untuk lulus cepat.?? Apakah mereka juga bisa seperti itu.?? Baru membayangkannya saja, harus dengan kerja keras. Itulah yang terlintas dalam benak mereka semua.

"Oh ya dan satu lagi sebagai kunci utama." Fian masih melanjutkan kalimatnya sedikit demi sedikit.

"Apa.???" Semua bertanya dengan kompak, kecuali Sasya yang tau arah pembicaraan Fian.

"Harus ada i-ni..!?" Fian menunjuk2kan jari telunjuk pada bagian pelipisnya.

Fian tersenyum miring melihat semua pemirsanya memasang wajah bengongnya.

"Kita juga tau kali kak, kalo kita memang butuh otak yang cerdas buat nglakuin hal yang jarang dimiliki manusia." Alif menyahut.

Akhirnya tawa yang sempat menghilang beberapa menit yang lalu kini pecah kembali.

**

Twins Love Story 《EnD》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang