4. Menginginkannya.

3.7K 698 23
                                    

Drake beserta prajuritnya telah memasuki ibukota. Di tepi jalan para rakyat kerajaan Onyx berdiri menyambut kedatangan rombongan itu suka atau tidak suka. Raja George nampaknya telah salah mengkhawatirkan jikalau ada rakyatnya yang berani menyinggung rombongan kerajaan Artemis. Pada kenyataannya mereka semua bungkam, hanya mata mereka yang berani memandangi pasukan Artemis, terutama Drake yang terlihat sangat mencolok meskipun wajahnya saat ini ditutupi oleh pelindung kepala besi.

Semua orang yang melihat Drake tidak akan pernah menyangka bahwa pria dengan paras seperti dewa itu bisa membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa tanpa berkedip. Sungguh penampilan yang sangat menipu.

Rakyat Onyx tidak menerima begitu saja negeri mereka ditaklukan oleh Drake dan pasukannya, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mengeluh dan mengutuk di dalam hati. Mereka tak akan mencari mati dengan menyinggung seorang tiran seperti Drake. Sudah jelas Jenderal Agung Artemis yang terkenal itu tidak memiliki belas kasihan. Menjaga sikap adalah pilihan terbaik untuk mereka saat ini.

"Pembunuh!" teriakan seorang wanita terdengar disela langkah kuda dan langkah para prajurit Artemis.

Wanita malang! Benar-benar tidak takut mati!

Jantung rakyat Onyx yang ada di sana seakan berhenti berdetak untuk sejenak. Suasana di tempat itu menjadi mencekam ketika kuda pemimpin pasukan berhenti.

Sang wanita yang tadi bersuara kini berdiri di depan kuda Drake. Menatap Drake dengan tatapan penuh kebencian.

"Kau iblis terkutuk! Kau telah membunuh suamiku!" maki wanita itu dengan bola mata yang membara seperti api.

Jade turun dari kudanya. Ia tidak akan membiarkan siapapun menghina jenderalnya, apalagi wanita dari kerajaan yang sudah ditaklukan. Sementara Drake, ia tidak terganggu sama sekali. Wanita itu bukan hanya satu-satunya orang yang sudah mengutuk atau menyumpah serapah dirinya, ia tidak akan merendahkan dirinya dengan mengurusi masalah kecil seperti itu.

"Kau biadab! Kau pantas mati!" Sekali lagi wanita itu menyumpahi Drake. Ketika wanita itu ingin mengelurkan kata-kata tajam lagi, pedang milik Jade telah memenggal kepala wanita itu. Membuat semua warga Onyx yang menyaksikan menjadi tercekat dan tak mampu bersuara. Semua hening, yang terdengar hanya hembusan angin yang membuat semua warga Onyx menggigil.

Jade menyarung kembali pedangnya. Ia bergerak dan naik ke atas kudanya. Satu nyawa yang ia ambil cukup untuk membuat semua orang di sana mengerti bahwa tidak ada yang bisa menghina Jenderal Agung-nya secara sembarangan. Siapapun yang bernyali melakukannya maka dia hanya akan mati.

Drake kembali melajukan kudanya, melewati barisan warga yang kini tidak berani menatap wajahnya. Drake, hanya dirinya orang yang bisa membuat orang terpana lalu detik kemudian ketakutan dan tak berani menatapnya.

Rombongan Drake sampai di pelataran istana Onyx yang sudah disiapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan mereka. Drake menatap pelataran itu sekilas. Raja George benar-benar melakukannya dengan baik.

Beberapa meter di depan Drake, Raja George beserta Lluvena dan jajaran petinggi istana lainnya telah berbaris rapi. Drake mendekatkan kudanya ke barisan orang-orang itu. Kemudian ia turun dari sana dan seketika matanya terpaku saat iris abu-abu bersinarnya bertemu dengan manik coklat milik Lluvena.

Ini adalah pertama kalinya Drake melihat Lluvena, tapi anehnya ia merasa telah mengenal Lluvena untuk waktu yang sangat lama.

"Selamat datang di istana kerajan Onyx, Jenderal Agung." Raja George menyambut Drake dengan ramah.

Drake memutuskan kontak matanya dengan Lluvena. Ia beralih ke Raja George yang berdiri di depannya. Drake tidak menjawab, ia hanya menunjukan sikap bahwa ia menerima sambutan Raja George. Drake memang seperti itu, ia tidak banyak bicara.

Destiny's EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang