15

2.6K 507 53
                                    

"Pangeran Drake sedang berada dalam kesedihan, jika dia menyinggungmu jangan memasukannya ke dalam hati." Carl berkata bijaksana. Pria itu telah kembali tenang, lebih tepatnya mencoba untuk memperlihatkan ketenangannya dengan baik. Ia masih harus mempertahankan raut bijaksananya di depan Lluvena.

"Tidak perlu mengatakan apapun tentang Jenderal Drake. Aku tidak suka membicarakannya." Lluvena ingin menghindari topik apapun yang berhubungan dengan Drake. Pria itu terlalu memuakan untuk menjadi bahan pembicaraannya.

Carl merasa senang melihat Lluvena tampak tidak menyukai Drake. Itu bagus untuknya, meski Drake menyukai Lluvena, pria itu hanya ingin menggapai bulan. Pada akhirnya ia menang lagi dari Drake. Ia semakin ingin memiliki Lluvena karena Drake juga menginginkan Lluvena. Membuat Drake menderita adalah kebahagiaan terbesar Carl.

"Baiklah, aku tidak akan pernah membicarakannya jika kau tidak menyukainya." Carl mengelus punggung tangan Lluvena. "Aku akan pergi sekarang, istirahatlah." Ia melepaskan tangan Lluvena.

"Baik, Yang Mulia."

"Sampai jumpa lagi, Putri Mahkota."

"Sampai jumpa, Yang Mulia."

Carl membalik tubuhnya dan pergi. Ia keluar dari pelataran kediaman Lluvena. Pria itu tidak menghadap ibunya, tapi ia kembali ke kediamannya.

Wajah aslinya kini keluar. Ia terlihat menyeramkan dengan raut muka merah padam. "Drake, aku pasti akan membunuhmu."

Terlalu lama jika ia ingin menunggu ibunya untuk membunuh Drake. Ia akan segera menghabisi Drake malam ini juga.

"Ada apa dengan raut wajahmu, Putra Mahkota?" Matteo, paman Carl menghampiri keponakannya yang terlihat berang.

Sangat kebetulan untuk Carl. Pamannya datang tepat waktu. "Paman, aku ingin kau mencari pembunuh bayaran terbaik di Estland. Aku ingin Drake sialan itu mati malam ini juga!"

"Ada apa? Kenapa kau terburu-buru?" tanya Matteo sembari duduk di kursi yang ada di dekat Carl.

"Bajingan itu telah menghinaku di depan Putri Mahkota. Aku tidak bisa membiarkan dia hidup setelah mengolok-olokku!" geram Carl. Darahnya mendidih jika ia mengingat apa yang Drake katakan padanya.

Drake menyiratkan bahwa ia tidak akan bisa berbuat apapun jika bukan dari bantuan ibunya. Pria itu juga menghinanya dengan menyebut ia seorang pengadu yang artinya ia adalah seorang pengecut.

Jemari Carl terkepal kuat. Ia meninju sandaran kursi yang ada di sebelahnya. Urat-urat di lehernya terlihat cukup jelas. Kata-kata Drake hari ini membuatnya ingin meledak.

"Tenanglah, Putra Mahkota. Paman akan melakukan sesuai dengan keinginanmu." Matteo tersenyum hangat pada keponakannya. Pria licik ini telah menunggu perintah ini sejak lama.

Drake adalah ancaman terbesar bagi keponakannnya untuk naik tahta. Matteo melihat Raja Arland akhir-akhir ini sering memuji Drake, jadi bukan tidak mungkin demi memuaskan ambisi Raja Arland, pria itu akan menyerahkan tahta pada Drake.

Matteo tidak akan memberikan kesempatan bagi Drake untuk merusak keinginannya menjadi paman seorang raja. Ia sudah memimpikan kekuasaan yang besar berada di tangannya. Semua orang akan tunduk di bawah perintahnya sebagai seorang paman raja yang dihormati.

"Aku tidak ingin Ibu sampai tahu akan hal ini, Paman. Jangan mengatakannya pada siapapun, ini hanya di antara kita saja." Carl tidak ingin ibunya marah karena ia mengambil tindakan tanpa memberitahu sang ibu dulu. Ibunya terlalu banyak memperhitungkan langkah, sedang ia tidak sabar lagi untuk melenyapkan si pangeran pengganti.

"Aku berjanji padamu, Putra Mahkota." Matteo memiliki kepentingan tersendiri. Ia juga ingin Carl selalu mengandalkannya. Setelah Carl naik tahta, ia akan membuat hubungan Carl dan adiknya merenggang.

Destiny's EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang