Luka

22 3 0
                                    

Lucu! Ini bukan kali pertama aku merasakan hal ini. Sudah berkali-kali dan aku sudah sangat tau akan berakhir seperti apa. Tapi bukannya aku menghentikannya malah aku semakin terhanyut dalam keadaan. Sepertinya aku sudah mulai gila. Hilang sudah kewarasanku. Aku terlalu menikmati rasa sakit ini sampai aku tak sadar luka itu sudah semakin melebar dan semakin dalam.

Inikah akhir segalanya? Tentu bukan. Dan sudah pasti ini tidak akan berakhir secepat itu. Mungkin mereka berpikir Tuhan masih sayang padaku tapi aku sempat berada dititik dimana saat itu aku meragukan keberadaan-Nya.

Aku hanya berharap semua ini segera berakhir. Entah dengan mengakhiri hidupku, atau mungkin saja ada cara lain.

Aku tidak sekuat itu. Bukan aku tidak bisa merasakan sakit, tapi aku punya cara lain untuk menutupi rasa sakit hatiku. Haha.. Aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Hey, bukankah aku tidak seharusnya berbagi rahasia? Bagaimana jika mereka menertawakanku lagi ketika aku mengatakan yang sebenarnya? Bagaimana jika mereka justru semakin kurang ajar?

Walaupun aku punya cara sendiri, tetapi sejujurnya aku juga lelah memakai cara itu. Segala sesuatu yang kulakukan harus segera kubersihkan sebelum orang lain sadar bahwa luka itu semakin dalam. Aku tidak mau dicap lemah hanya karena mereka melihat lukaku. Sudah cukup lelah aku menutupinya. Sudah cukup bosan aku mendengar mereka tertawa. Aku lelah menahan sesuatu yang akan meledak ketika mereka melakukannya.

Tapi yang jelas, sekarang aku sudah terlalu lelah. Luka itu sudah semakin dalam, lebar, dan menganga. Kesadaranku juga sudah mulai menghilang. Tolong kabari aku jika ini semua sudah berakhir.

My NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang