CHAPTER 16

917 69 5
                                    

Bagaimana mungkin aku bisa melihatmu dari sudut pandangku, sedangkan aku tahu kalau kamu tidak akan pernah membiarkanku menatapmu.

🌻🌻🌻

Kinara menghela nafas berat saat ia mendapati kedua sahabatnya sudah tertidur pulas, pintu kamarnya di ketuk. Mau tidak mau Kinara yang harus membukakan pintu. Padahal baru dua puluh menit Kinara memejamkan mata.

"Wah bahaya, " ucapan itulah yang membuat Kinara kikuk saat ia melihat Benaya sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

Berbanding terbalik dengan Kinara, pagi ini Benaya terlihat cukup santai, rapih dan wangi. Kinara mengangkat baju tidurnya lalu mengendusnya.

Tidak begitu bau. Kinara mencoba mengendusnya lagi dan setelah menimbang ia memutuskan untuk mandi setelah ini.

"Mau ambil raket ya? Sebentar gue ambil dulu di dalam, " Kinara masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil raket. Begitu dugaannya tepat karena Benaya hanya ingin mengambil raketnya, Kinara menghela nafas lega.

Raket nyamuk yang ada di genggaman Kinara, ia berikan kepada si pemilik. Benaya menerimanya, "Makasih, " ucap Kinara ramah.

Melihat Benaya yang tidak mengatakan sesuatu, membuat Kinara langsung menutup pintu kamarnya, ia membiarkan Benaya berdiri di depan pintu.

Dibalik pintu Kinara menggerutu, bukankah Benaya masih menunggu jawaban dari Kinara, kenapa cowok itu tidak bersikap manis dengannya.

Beberapa waktu setelah Kinara lupa dengan kekesalannya karena ia terfokus untuk memainkan ponselnya, pintu kamar Kinara terdengar kembali.

Tanpa berpikir, Kinara langsung berlari ke meja rias untuk menyemprotkan parfum ke bajunya, ia kemudian kembali menarik pintu kamarnya. Harus Kinara diakui bahwa dirinya sangat senang saat Benaya mengetuk pintu kamarnya lagi.

"Ada perlu apa Ben? " tanya Kinara dengan tidak sabar.

"Cuma mau mastiin lo udah bangun, " jawab Benaya. Kinara mengerutkan keningnya.

"Gue udah bangun, lo liat sendiri yang ada di depan lo ini Kinara, bukan Radin, " sahut Kinara.

"Jangan lupa mandi,"

"Gausah di ingetin, gue udah wangi," dengus Kinara.

"Oke, gue tunggu di bawah, "

Kinara berpikir sebentar, gadis itu mengetuk keningnya, "Yaampun, lupa Ben, beneran gue lupa. Lo tunggu sebentar ya, pokoknya nggak nyampe lima menit gue udah turun, " Kinara terbirit-birit untuk mengganti pakaian. Ia lupa kalau semalam Benaya meminta Kinara untuk menemaninya menjemput tante Zoya.

"Sudah mandi? " tanya Benaya. Kinara menggangguk cepat. Padahal kalian lihat sendiri kalau anak itu hanya menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya.

Didalam mobil papa Benaya menuju bandara, Kinara sudah menyiapkan dua buah buku di dalam tasnya. Untuk mengantisipasi kalau tiba-tiba Kinara bosan menunggu terlalu lama, barangkali ia bisa mencuri waktu untuk mengenal materi yang akan diperlombakan bulan depan. Kinara membawa dua buah buku latihan soal OSN matematika yang tempo lalu ia beli bersama Radin di bookstore.

Sebenarnya bukan untuk alasan diatas, Kinara lebih mementingkan dirinya agar tidak terlalu pendiam, ia pasti merasa sendiri nanti. Karena Kinara yakin Benaya akan mendiamkannya,tidak mengajaknya berbicara atau melakukan hal lain. Itu membuat Kinara sangat bosan sekali.

Kinara menengok sekilas, ia penasaran dengan aktifitas Benaya yang hanya mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Kinara tidak habis pikir, kenapa lelaki itu begitu berbeda saat dengan dirinya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang