LIMA

1.9K 68 13
                                    

Aku duduk termengu ditaman belakang sambil sesekali meringis memegangi perutku. Aku lapar, sudah menejelang sore tapi belum ada satupun makanan yang meluncur ke perut ku.

Tes...

Tes...

Air mataku terjatuh lagi. Kenapa Daddy membenciku? Pertanyaan itu selalu menghantui ku. Aku juga rindu Mommy, meski aku tak pernah melihat rupanya. Aku ingin seperti anak seusiaku. Bermain tanpa memikul beban berat dipundaknya.

"Nona!" Seruan itu menyadarkanku dari lamunan. Kulihat ada Bibi Nam dengan nampan berisi makanan dan minuman di tangannya.

"Ada apa Bibi?" Bibi Nam hanya tersenyum sembari mendudukan dirinya disampingku.

"Nona belum makan bukan? Bibi bawakan makanan untuk Nona, Tapi Nona harus memakannya dengan cepat ya sebelum Tuan besar pulang."

"Memangnya Daddy kemana?" Tanyaku.

"Tuan besar sedang mengantarkan Nona Wendy Pulang, jadi ayo cepat dimakan nona."

Akupun dengan senang memakan makanan yang dibawakan Bibi Nam. Baru dia siapa yang masuk ke mulutku, piring dipangkuan ku terlempar saat ada tangan yang membuangnya.

"D-daddy." Lirih ku.

Ku rindukan kepalaku, tak berani menatap mata kelam itu.

"Siapa yang menyuruhmu makan?" Rahang ku diremas kuat oleh seseorang yang tak adalah Daddy.

"A-ampun Hiks Daddy... " Kataku sembari tergugu ketakutan.

"Apa aku menyuruhmu makan?" Suaranyaeninggi dan remasan di rahang ku semakin kuat.

"Kau bisu? Tak dapat bicara? Jawab anak sialan!"

Aku hanya mampu menjawab dengan gelengan. Sekujur tubuhku bergetar ketakutan.

"Hukuman apa lagi yang harus kuberikan padamu? Hah?! Kau tak pernah jera anak bodoh!" Daddy mendorongku hingga tersungkur ketanah.

"Apa aku menyuruhmu memberi makan anak sialan ini Bi? Jangan karena kau sudah bekerja lama disini kau semakin kurang ajar." Daddy menghampiri Bibi Nam.

Aku langsung terbangun takut Bibi Nam terkena amukan Daddy.

"Hiks... Tuan bukan Bibi Nam yang salah hiks... A-aku yang memintanya membawakan makanan." Aku tak ingin orang lain merasakan kekejaman ayahku, cukup hanya diriku.

"Begitukah? Kau anak kecil bodoh! Selalu membuatku kesal." Setelah itu Daddy menarik tanganku kasar. Bibi Jam terlihat khawatir tapi aku memberi kode untuk jangan mengikuti ku.

Daddy membawaku ke ruang bawah tanah. Ini yang paling ku takuti. Selain lembab, hanya ada penerangan yang redup.

Aku tak bisa melawan, ketakutan terlalu mendominasi. Pergelangan tanganku sakit, setelah nya pasti ada luka memar yang muncul. Daddy mendorong ku ke ruang gelap gulita. Setelahnya ku lihat Daddy membawa seutas tali.

Dugaanku benar, tali itu jelas untuk mengikat ku. Daddy bahkan mengikatnya dengan sangat kencang.
Aku kesakitan tapi Daddy bahkan enggan peduli.

"Hiks... Daddy a-ampun." Isak ku memohon belas kasihan nya.

"Ampun? Untuk apa sayang? Terima hukuman mu anak sialan!" Teriakan nya membuatku terlonjak kaget.

"Kau dan ibu mu sama sama sialan! Seharusnya aku membunuhmu sedari dulu!" Setelahnya Daddy berdecih seraya meninggalkan ku di ruang gelap gulita ini.

















TBC
-
-
-
-
-
-
-
-

Gatau ada yang kangen apa enggak ama ni story aku cuma mau lunasin hutang ku sama kalian:)

Daddy•Lay ZhangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang