TUJUH

1.7K 61 9
                                    

"Ibumu-... "

Seketika semuanya gelap, pandanganku menghitam. Lalu tubuhku jatuh menghantam dingin nya tanah.

Aku tak tau seberapa lama aku memejamkan mataku. Yang pertama kali ku lihat adalah raut khawatir dari Bibi Nam, wajahnya sarat akan kekhawatiran. Aku berusaha mendudukan tubuhku, namun baru sedikit bergerak rasa pusing itu kembali menyerang ku.

"Tetap berbaring nak, tubuhmu masih lemah... " Sahut Bibi Nam lembut.

"Ha...us" Ucapku pelan.

Bibi Nam buru buru mengambil gelas yang ada di nakas lalu meminumkan nya padaku. Aku pun meminum nya. Dahaga ku hilang, tapi rasa penasaran ku akan sosok ibu semakin menjadi.

"Bibi, apa Bibi tau kenapa ibu ku pergi?" Bibi Nama terlihat menegang kala aku menanyakan hal sensitif itu.

"Aku berhak tau kan kenapa ibu ku meninggalkan ku? Bibi... Aku janji tak akan memberi tau Daddy kalau Bibi menceritakan tentang Ibu." Aku berharap Bibi Nam mau memberi tau ku.

"Bibi tak berhak menceritakan nya nak. Suatu saat ayah mu pasti akan menjelaskan semuanya. " Senyum kecut terbentuk di bibir ku. Apa salah nya dengan menceritakan tentang ibu padaku? Bukankah aku pun punya hak untuk tau siapa ibuku? Aku ingin seperti anak lainnya, aku ingin Ibu mencium kening ku saat tidur, aku ingin Ibu menyambut pagi ku dengan senyuman hangatnya.

Tuhan... Gadis kecil ini sudah tidak sanggup dengan hidupnya. Apa aku boleh berhenti sampai disini?


🍃🍃🍃

-
-
-

Malam semakin larut, namun tak ada tanda tanda Daddy akan pulang. Aku hanya bingung, kenapa Daddy tiba tiba membenciku padahal kan aku putrinya. Ah, aku jadi rindu usapan halus Daddy pada pucuk kepala ku.

Kriet....

Suara pintu terbuka pun terdengar. Ku lihat Daddy berjalan sempoyongan sembari merancau tak karuan.

"Jennie sialan! Dasar jalang tak tahu diri." Umpat Daddy. Ku lihat Daddy hendak terjatuh, aku pun terburu buru menghampiri nya.

"Dad... Kau tak apa?" Kataku pelan.

Daddy menghempas tangan ku kasar dari tubuhnya. Matanya memerah, deru nafasnya pun tak beraturan. Daddy berdiri dengan sisa tenaganya.

"Aku tak butuh bantuan putri dari seorang jalang seperti mu brengsek!" Maki nya padaku. Aku tak tahu kenapa Daddy membentak ku, padahal aku hanya ingin membantunya.

Daddy memasukkan tangan pada sakunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daddy memasukkan tangan pada sakunya. Terlihat gagah bukan? Tentu, dia ayahku.

"Shia-ya... Daddy menyayangimu nak. Tapi kenapa Ibu mu melakukan itu padaku? Aku menyanyangimu seperti putri ku sendiri sialan! Apa yang kudapat? Penghianatan! Camkan ini baik baik anak kecil, aku akan membalas apa yang Ibu mu lakukan." Seringai nya terlihat menakutkan. Aku menunduk dalam, tak mengerti dengan yang Daddy katakan.

































































TBC
-
-
-
-
-

Hallo guys! Kangen gak nih sama ceritanya Daddy Yixing? Jangan lupa vote comment nya ya! 💕

Hallo guys! Kangen gak nih sama ceritanya Daddy Yixing? Jangan lupa vote comment nya ya! 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*bonus dari author

-wifenyaiching

Daddy•Lay ZhangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang