Si Banci?

154 21 16
                                    

"Na! Liana, bangun woi! Itu liat dulu ada siapa di depan!" Pekikan nyaring harus-Wajib terdengar memekak ke telinga. Bagi siapa saja yang mendengarnya, maka bersiaplah untuk memeriksa gendang telinga mereka ke THT.

"Apaan sih?!" Balasan dari gadis yang sedang tertidur, membuat sang teman sebangku jadi merenggut kesal. Ayolah, lihat di depan, bahwa ada lelaki tampan yang ketampanannya hampir menyerupai dewa Yunani.

Hidungnya mancung, rahangnya keras seperti batang pohon Jati, matanya terpahat sempurna dengan tambahan mata belo dan juga bulu mata lentiknya. Oh iya, jangan lupakan bibir tebal nan seksi yang bisa membuat kaum hawa jadi klepek-klepek.

Tapi, satu hal yang membuat seluruh kaum Hawa jadi merasa bingung. Tas pria tampan itu berwarna merah muda, alias pink. Dengan tambahan tokoh kartun Rapunzel sebagai penghiasnya. Bingung? Tentu saja. Jika kebanyakan anak cowok lebih memilih memakai tas berwarna hitam, maka pria itu malah kebalikannya.

"Perhatian Anak-Anak. Hari ini kita kedatangan murid baru" Sontak, pandangan seluruh siswa/i jadi tertuju ke arah depan. Tepat dimana sosok tampan tersebut berdiri.

Yang tadinya sedang menggendang-gendang meja jadi terdiam, yang tadinya sedang tidur jadi terbangun, contohnya seperti gadis cantik berambut sebahu itu. Mata tajamnya menyingsing menatap ke arah depan. Tepatnya menatap ke anak baru.

"Ayo silahkan perkenalkan nama kamu"

Tak ada jawaban, pria itu malah menggoyang-goyangkan kakinya ke sana kemari. Membuat semua orang jadi bertambah-tambah bingung. Ada apa sebenarnya dengan sosok ini? Dia diganggu kah? Atau di rasuki oleh penunggu sekolah.

"Mm...bu.." Sang guru menoleh ketika cicitan itu meraung kecil di gendang telinganya. Terdengar lembut dan halus. Mungkin tidak ada jakun di pita suaranya.

"Kenapa?"

"Saya malu"

Bu Rania-Guru Sejarah, melebarkan matanya kaget. Malu? Yang benar saja. Masa orang ganteng malu? Batinnya berteriak tak terima. Bisa-bisanya anak ini berkata bahwa dirinya malu. Dan lagi, suaranya terdengar sangat lembut bagaikan tekstur kapas.

"Gak-papa. Ini pengalaman pertama kamu buat ngenalin jati diri. Jadi, Ayo. Silahkan perkenalkan diri kamu di depan teman-teman"

Dia mengangguk ragu "I-ya bu. Hallo! Perkenalkan nama ku Nadewa Sarfan Aditya. Biasanya sih di panggil Nadewa. Aku umurnya tujuh belas tahun. Kata mamih tahun depan aku umurnya delapan belas tahun. Salam kenal ya. Owh iya, jangan lupa follow instagram punya aku, namanya Iw___Nadewa"

Para mata melebar kaget. Benarkah? Benarkah sosok berparas tampan di hadapan mereka saat ini adalah banci? Banci kaleng?! Terlebih lagi, tangan Nadewa yang ikut bergerak kesana-kemari menambahkan kesan Girly di pikiran semua orang.

Ternyata benar. Jangan melihat orang dari Covernya saja. Siapa tau. Dia bisa menipu mu. Yang cowok bercover cowok, namun di dalam mereka berisikan kapas. Dan yang cewek bercover cewek, tapi di dalamnya berisikan baja dan besi.

"Ba-ik na-dewa. Kamu bisa duduk di belakang Li-ana" Nadewa-pria tampan itu mengangguk lembut. Matanya ia pincingkan ke setiap penjuru ruangan, guna melihat sosok yang di sebutkan oleh Bu Raya. Namun, tak lama, pria itu menggeram manja.

"Bu! Aku kan gak tau siapa Liana. Setidaknya kasih tau dong. Nanti anak Mamih Jihan yang paling ganteng ini jadi kecapean" Protesnya sembari mengelap-ngelap manja keningnya yang tertumpahan oleh keringatnya sendiri.

Siswa sebagian ada yang tertawa, sedang siswi sebagian ada yang mendesah sedih sekaligus kecewa. Memang sih, stok Cogan di SMA Harapan Budi menjadi bertambah. Tapi kan? Yang mereka harapkan bukan kaleng-kaleng. Tetapi pria tangguh berbadan tegap.

LianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang