"Tuhan sudah menitipkan hati di tempat yang tepat. Sehingga Aku dan Kamu, bisa menjadi
Kita"-Liana-
"Mmmmm Liana! Lu wajib banget sumpah nyobain ini! Selain enak, ini tuh dingin-dingin manjalitah giytuh"
Liana mencibir. Setelah memesan Ice Cream rasa Coklat, dan menerimanya. Saina malah melebih-lebihkan rasanya seperti di acara Vloger-Vloger Youtube.
Gadis itu memejamkan matanya sembari bergumam tidak jelas. Terkadang, saking asiknya makan, Saina sampai tidak sadar jika Ice Cream-nya sudah menyebar kemana-mana. Bahkan sampai mengenai hidung.
"Lu bisa diem gak? Atau mau gua gaplok?!" Ancam Liana garang, membuat Saina terkekeh pelan.
"Mau coba gak?"
"Enggak!" Liana memang mengatakan enggak, tetapi kepalanya ngangguk-ngangguk. Mau tapi malu.
Saina tertawa geli, Ego Liana itu lebih besar daripada rasa laparnya. Maka dari itu jika Liana mengatakan tidak namun kepalanya mengangguk semangat, itu tandanya dia sedang kelaparan "Yeuuu dasar comro! Mau tapi malu lo!"
"Hehehe itung-itung ongkos jalan lah, kan gua juga laper. Mau dong! Aaaaa" Mulutnya terbuka lebar, siap menerima suapan Ice Cream yang di berikan Saina.
Tapi, belum sempat rasa Ice Cream menyentuh lidahnya, bekapan tangan seseorang harus membuat Liana jadi urung memakan makanan dingin tersebut.
Matanya melirik ke atas. Hingga pada akhirnya gadis itu memberontak tidak suka. Nadewa. Kenal? Iya si pria kaleng-kaleng itulah yang membekap mulut Liana.
"Hmmpphhh!! Hmmpphhh kaleng-hmppphh!"
Dengan Watados, Nadewa malah cengengesan. Dia tidak menyangka akan bertemu Liana di Cafe favorite-nya. Apa jangan-jangan mereka berdua adalah jo.....mblo!
Pandangan Nadewa turun dari kaki sampai naik hingga ke ujung kepala Liana. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Hoodie hitamnya ternyata berguna juga untuk gadis itu. Buktinya, Liana mau memakainya tanpa ia suruh.
"Huh hah huh hah! Anjir! Ngapain lo ngebekep mulut gua, hah?!" Sentak Liana geram, sebagian perhatian pengunjung jadi teralihkan kepada mereka bertiga.
Tangan Nadewa melambai ke Udara, menyapa Liana yang sedang menatapnya tajam. Tidak perduli jika dia sedang dimarahi "Owh hai kamuh! Akhirnya kita bertemu lagi pada sore hari ini. Bagaimana kabarnya?"
"Buruk!"
"Hari ini menyenangkan tidak?"
"Enggak!"
"Aku ganteng gak?!"
"Enggak! Lu cantik"
Mata Nadewa langsung sinis saat mendengar kata 'cantik'. Dia itu kan cowok, bukan cewek brewokan yang di maksud Liana tempo lalu.
"Lu itu Cantik! Bukan ganteng. Jadi stop nanyain lu ganteng atau enggak kalo emang pada dasarnya sifat lu masih cewek!"
Liana bangkit berdiri. Sumpah demi apapun kedatangan Nadewa membuat Mood-nya jadi bertambah buruk. Apalagi, kelakuan Nadewa sudah menyebabkan darahnya naik pitam. Asal jangan terkena darah tinggi saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liana
Teen Fiction"Yang harusnya berjuang tuh elo! Bukan gue. Yang harusnya ngelindungin tuh elo! Bukan gue. Takdir mainin perasaan kita berdua! Hubungan ini gak bisa gua lanjutin. Sekarang! Anggap aja kalo kata Kita, gak bakal pernah ada setelah ini" "Tapi kalo sete...