"Sadar saja. Jika dia tidak menoleh ke belakang, berarti kamu bukan prioritasnya. Karna dia masih sibuk untuk mengejar apa yang tidak bisa dia gapai"
-Lntng05-
______________________________________
Langkahnya tergesa-gesa, tanpa sabar ia menerobos puluhan banyak orang yang kini sedang berkerumun membentuk komunitas abstrak. Dia tidak peduli, malah masa bodo. Hanya menerobos kan? Bukan mencopet.
Ketika sudah berhasil keluar, dia memghembuskan nafas lega. Udara disana sangatlah panas, tidak seperti sekarang ini. Penuh sejuk dan damai. Lantaran ia sedang berdiri di bawah pohon rindang.
"Huh hah huh hah! Anjirlah, kalo setiap pulang kayak gini bisa-bisa gua mati dulu sebelum perang!"
Gerutunya tanpa spasi, dia menyangga tubuhnya pada batang pohon. Liana menetralkan nafasnya menyerupai ibu-ibu mau melahirkan. Sangat kuat dan dahsyat.
"Pulang sama gue yuk!"
Kepalanya mendongak ke atas, dirinya mengernyit bingung saat melihat wajah seseorang yang buram akibat matanya lama terpejam hingga terasa perih.
"Siapa lo?" Tanya Liana dengan nada jenaka, disaat sinar mentari sudah memasuki indra pengelihatannya. Tanpa disuruh wajah Liana langsung berubah datar.
"Lo lagi! Kenapa sih lo itu ganggu hidup gue terus? Bosen karna gak punya temen? Atau bosen karna gak bisa punya temen?" Tampak ia memberhentikan sejenak ucapannya. Kemudian melanjutkannya lagi..
"Emang dasar ya, hidup lo terlalu miris untuk ukuran seorang Human"
Rasyid mengerjapkan matanya bingung, mengapa gadis ini jadi marah kepadanya. Dia rasa dia tidak memiliki kesalahan apapun. Liana sedang PMS kah? Atau sedang datang bulan?
"Lu kena--
"Heh bacot! Gak usah sok-sokan peduli sama gue! Lu pikir nyawa gua bisa di BPJS sama nyawa elu? Enggak kan? Jadi stop buat peduli sama gue. Dan kita Jalanin hidup masing-masing"
Rasyid menggeleng pelan "Lu ngomong apasih, na? Kagak jelas banget. Siapa yang sok-sokan peduli sama elu? Kalo emang ternyata gua beneran peduli gimana?"
Deg
Liana mematung, kakinya terasa kaku layaknya sebuah patung di pusat perbelanjaan. Ada apa dengan dirinya? Bagaimana bisa jantungnya berdebar tanpa aba-aba?!
"El-u! Arghhhh diem lu kutil! Sekarang stop ngikutin gua! Capek gua seharian diikutin mulu sama replikanya lucinta luna!" Wajahnya merah padam, bahunya naik-turun, dan tangannya terkepal kuat.
Jangan sampai! Jangan sampai keinginan untuk menonjok Rasyid terpenuhi hari ini juga.
"Tapi---"
"LIANA!!! DEDEW MU INI DAHTANG! OWH LIA........NA! YOU DO MISS ME?"
Keduanya sontak menoleh cepat. Guratan masing-masing di wajah mereka tak bisa lagi diartikan dengan kata-kata. Susah! Susah!
"Arwah mimi peri darimana itu? Kok bisa nyangsang ke bumi?!" Rasyid membatin bingung.
"Hasu! Kenapa silikon lucinta luna bisa ada disini?!" Liana pun membatin bingung. Ralat! Jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liana
Teen Fiction"Yang harusnya berjuang tuh elo! Bukan gue. Yang harusnya ngelindungin tuh elo! Bukan gue. Takdir mainin perasaan kita berdua! Hubungan ini gak bisa gua lanjutin. Sekarang! Anggap aja kalo kata Kita, gak bakal pernah ada setelah ini" "Tapi kalo sete...