Pusing Pala Berbieh

76 18 2
                                    

Nadewa menggeram kecil, sudah berapa kali ia katakan bahwa dirinya ingin pergi ke Toilet. Namun, Liana-gadis itu malah menahannya karena dirinya adalah Ketua Kelas. Jadi, saat ini sedang terjadi cek-cok antara mereka berdua. Nadewa keukeh ingin pergi ke Toilet, sedang Liana bersikeras agar Nadewa tidak pergi ke Toilet.

"Ish! Lina! Aku mau ke toilet!"

"Liana!" Koreksinya dengan nada datar. Tatapan matanya menghunus tajam hingga mengenai jantung Nadewa "Gua udah bilang! Tunggu sebentar. Masih ada Raka yang pergi ke Toilet!" Lanjut Liana tidak bersahabat.

"Tapi kan--"

"Tunggu sebentar atau tahan sampe pulang sekolah?"

"Iya-iya! Aku tunggu. Ck! Ish Mamih! Dewa kan pengen pergi ke Toilet! Masa di tahan sama nih Nenek Lampir?!"

Liana tidak mengindahkan ucapan Nadewa, ia malah sibuk mencatat tugas IPA yang tercatat di papan tulis. Toh, apa gunanya mendengarkan gerutuan tidak berfaedah dari mulut Nadewa? Bisa-bisa lambungnya memberontak paksa untuk keluar.

Satu menit, Raka-Wakil Kelas IPS-05 tidak kembali lagi dari Toilet. Menyebabkan gerutuan-gerutuan panjang keluar dari mulut Banci-Nadewa yang kini tengah menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Mamih!!! Nadewa--"

"Buruan sana ke Toilet! Makannya lu jangan ke banyakan minum Air putih. Jadinya nyusahin kan!" Bentak Liana tanpa perasaan sedikit pun. Rasa pening di kepalanya mulai datang, seiring dengan langkah kaki Nadewa yang mulai menjauh. Namun, baru mencapai ambang pintu, langkah pria itu malah terhenti secara mendadak.

"Liana oh Liana! Tolong anterin aku dong, secara kan aku gak tau--"

"Berisik, Ogeb! Iya gua anterin. Tono! Jagain kelas, jangan sampe berisik. Kalo gua dateng kelas berisik. Siap-siap gua gantung lu di pohon toge!" Yang di panggil dengan nama Tono hanya bisa mengangguk patuh. Menuruti setiap kemauan si Ketua Kelas galak.

"Buruan jalan! Jan lelet kayak siput belom kawin!"

*****

Tok

Tok

Tok

"Nadewa!!! Udah belom. Lama bener! Lagi ngadain acara khitanan ya? Apa lagi ngadain acara sunatan?"

Tangan Liana sudah gatal untuk menggedor toilet siswa yang kebetulan sedang di pakai oleh Nadewa. Dia tidak masuk ke dalam, namun ketukannya pada mading di samping toilet siswa dan juga suara emasnya. Bisa membuat Nadewa jadi cepat-cepat keluar.

Katakanlah jika Liana itu gila, karena telah nekat menggedor-gedor mading sekolah hingga selembaran yang tertempel di sana jadi jatuh bertebaran kemana-mana. Tapi, aktivitas Nadewa? Berdiam diri di Toilet tidak bisa ia biarkan sesuka hati.

"Aduh! Kamu bawel deh. Gara-gara kamu bawel, aku jadi lupa cebok! Ish kamu sih" Protes Nadewa dengan muka merah padam. Menahan malu.

"Bodo amat. Yang bau ini kan elu, bukan gua. Yang di bully kan elu, bukan gua. Jadi buat apa gua harus pikirin kalo emang itu semua bukan masalah gua?"

Mendengar Ucapan Liana, Nadewa jadi bungkam seribu bahasa. Yang Nadewa katahui sekarang adalah, Gadis ini tidak hanya Tomboy. Namun ia pandai dalam hal Adu Bacot.

"Ck! Tau ah. Aku baper sama kamu!" Nadewa berjalan meninggalkan Liana sendirian di Koridor sekolah. Iya, pria itu meninggalkan Liana setelah dia berucap bahwa dirinya tengah marah kepada gadis ini. Dasar Labil. Cibir Liana dalam hati.

Pikiran Liana tertawa sinis, mana ada orang Baper bilang-bilang? Jika ada. Maka Nadewalah jawabannya. Pria tampan, tapi berbelok menjadi ke wanita. Pria menggemaskan, tapi suaranya malah terdengar lembut di gendang telinga. Dan Pria dengan sejuta pesona, tapi di dalamnya berisi Hello Kity.

"Nadewa-Nadewa. Entah apa yang gua bisa deskripsiin dari diri lu. Tapi satu hal yang gua dapet dari pertemuan kita. Lu itu Tulus"

*****

"LIANA!" Panggilan kencang menginturpsi kesadaran Liana. Satu menit dirinya melamunkan hal yang tidak penting. Dan itu semua karena si kaleng-kaleng, alias Nadewa.

"Kenapa?" Tanyanya tidak bersemangat. Matanya saja malas melirik ke arah Saina. Apalagi hanya untuk sekedar basa-basi. Ayolah, gadis berambut sebahu itu tidak akan mau jika di sangkut pautkan dengan Basa-Basi. Intinya, dia hanya ingin
To The Point saja.

"Habis ini lu mau kemana?"

Liana mlirik sebentar ke arah Saina, "Ya pulanglah, emangnya mau kemana lagi?!" Balasnya sewot dengan tangan yang ia sedekapkan di- depan dada. Dan jangan lupakan putaran bola mata khas gadis ini.

"Ya kali gitu pengen main dulu. Eh, tapi lu mau gak temenin gua ke Toko Buku? Gue pengen beli novel--"

"Kalo selain buku pelajaran, gua males nganterin" Potong Liana sembari mendengus. Pusing sudah dirinya meladeni seorang Saina. Kalau tidak cerewet, Liana masih bisa menanggapinya. Tapi ini?

"Yah.....ya udah deh, gua beli buku pelajaran juga!" Final Saina pasrah. Bisa di hitung jari kapan Liana mau menemenaninya ke Toko Buku. Dua kali. Dan itu semua adalah paksaan di sertai bujukan legend.

Saina mengenal Liana saat mereka mengikuti MOS, Liana bisa di bilang memiliki wajah jutek dan muka super nyebelin. Bayangkan saja, di saat Saina tengah menyapa gadis itu, ia malah hanya mengangkat sebelah alisnya dengan bibir di sunggingkan ke atas. Mau tidak mau, Saina harus bisa bersabar walau akhirnya mereka menjadi sahabat. Waktu itu mereka berbeda kelas. Liana IPS-01, sedangkan Saina IPS-03. Tapi tidak menjadi halangan agar ke duanya bisa bersahabat seperti sekarang.

Saina memejamkan matanya erat. Liana tengah menghidupkan mesin motor-Motor Ninja berwarna merah milik gadis tomboy itu. Jika motor Matic ataupun scoopy Saina tidak masalah, namun yang menjadi masalahnya motor ini adalah Motor Ninja. Dan ia yakin bahwa Liana tidak akan mengendarainya dengan kecepatan di bawah rata-rata, tapi di atas rata-rata.

"Udah siap?" Tanya Liana memberikan aba-aba. Aba-aba untuk bertahan hidup setelah ini.

"Belum-Eh udah!"

*****

"HUAAAAAA LIANA PELAN-PELAN!"

"BODO AMAT!"

"KYAAAAAAA ITU COGAN-NYA JADI KELEWATAN!!"

Liana tak menggrubis, gadis itu semakin gencar untuk mengerjai Saina. Mungkin sekitar Lima Menit teriakan Saina tadi terendam oleh suara Angin. Walau ada beberapa pengguna jalan yang melihat ke arah mereka berdua.

Tak jarang Liana mendengar pujian yang di berikan kepadanya bagi para pengguna motor. Entah itu tua, muda, dan anak remaja. Lantaran dirinya berani menaiki Motor Ninja. Bagi Liana itu biasa. Tak ada masalah. Jika jatuh tinggal bangkit, jika di puji tidak perlu terbang.

"LU GAK SAYANG NYAWA, HAH?!"

"MASIH SIH. TAPI LEBIH ENAK KAYAK GINI. HAHAHAHA!"

Liana tertawa jahat. Niatnya semakin gencar ketika matanya menatap wajah pucat Saina dari Kaca Spion. Satu hal yang perlu kalian ingat, jangan memberikan wajah memelas kepada gadis ini. Dia tidak akan kasihan ataupun merasa Iba. Malahan, dia akan semakin menjadi-menjadi tanpa ampun.

Dan Saina akan merasa tenang jika kaki jenjangnya sudah menyentuh perkarangan rumah. Tidak dengan Liana, dia akan pulang dengan Taksi Online. Tidak apa mengeluarkan uang sedikit, daripada harus merenggang nyawa karena gadis ini?

"Pusing pala barbieh!"

Hoek

LianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang