Rasyid

35 7 0
                                    

"Merelakan bukan berarti melepas. Terkadang, aku hanya berpikir jika kita bagai Air dan Minyak. Sulit bersatu walau Tuhan sudah menciptakan kita untuk saling membantu"

-Nana dan Dedew-

______________________________________

Koridor masih terlihat sangat sepi, disana hanya terdapat beberapa anak  yang sibuk dengan Aktivitas mereka  masing-masing. Ada yang membaca buku, ada yang bermain Handphone, bahkan ada yang berpacaran secara terang-terangan. Liana jadi merasa prihatin.

Prihatin dengan dirinya sendiri.

Entah apa yang merasuki-nya, Liana jadi bangun di saat jarum jam menunjuk pukul empat pagi. Tidak mau terlambat dan ingin menjadi murid teladan, akhirnya ia memutuskan untuk berangkat sepagi ini.

Lagu Pop menjadi irama di gendang telinganya, gadis itu mengangguk-anggukan kepala seakan memahami apa yang tertuai di dalam lagu tersebut. Masa bodo. Yang penting dirinya bisa Happy.

"Kau...........jaga selalu hati ku!!! Saat kau disisi ku sungguh aku kembali........."

Mulutnya tanpa sadar ia maju-majukan, dengan percaya diri tangannya melambai ke udara. Seperti menikmati konser dadakan yang berada di atas panggung.

Seseorang berlalu lalang, ia memberhentikan langkahnya saat
di rasa ada sosok lain di koridor ini. Sosok wanita yang sedang melambaikan tangan ke udara, dengan tambahan mulut maju sebagai suara.

"Eh, maaf. Kalo mau nanyi jangan disini"

"........" Tidak ada respon sama sekali, Liana sibuk terhanyut dalam karangan lagu orang Indonesia.

"Hei! Kalo mau nyanyi jangan disini!"

Pekikan seseorang jadi merusak suasana, dia mendongak ke atas dengan keadaan Earphone yang masih terpasang di kedua telinganya. Matanya memincing tajam. Siapa orang ini?!

"Kenapa?!" Alis Liana tertaut tajam, menandakan bahwa keberadaan pria itu memang benar-benar mengganggu dirinya.

"Kalo mau nyanyi jangan disini"

"Ulangin-ulangin! Gua gak denger!" Protes gadis itu tanpa tau malu, padahal orang yang ia gertak saat ini adalah anak dari wakil kepala sekolah.

Helaan nafas panjang keluar bebas, pria tersebut menatap Liana dengan tatapan lembut  "Kamu mau ikut kontest nyanyi? Kalo iya aku bisa bantu. Tapi jangan latihan disini--"

"Mang kenapa?"

"Kasian" Singkat, namun tatapan matanya tidak pernah melepas dari Liana. Seperti sudah mengenali Liana sejak lama.

Alisnya terangkat satu, Kasian? Kasian kenapa. Batinnya menerka bingung  "Apasih?! Lu lagi ngomong apa kumur-kumur? Gak jelas banget!"

"Rasyid" Pria tersebut-Rasyid mengulurkan tangannya. Poni ikal yang ia punya jadi berterbangan kesana-kemari karna tertiup semilir angin. Menambah kesan ganteng--
Eh!

Lagi dan lagi alisnya terangkat satu, wajahnya mulai pegal lantaran alisnya terus-terusan ia angkat "Gua gak nanyain nama lo! Yang gua tanya kenapa keberadaan lo bisa ada disini? Dasar parasit!"

Perlahan Rasyid menurunkan tangannya. Dia di tolak gaes!

Cercaan Liana tak membuat hati Rasyid tersinggung, justru pria itu semakin tersenyum lebar dan menatap Liana kagum "Sayang ya---" Sengaja ia jeda kalimatnya, supaya memberikan..

"Sayang kenapa?" Dalam hati Rasyid membatin, yes! Rencananya berhasil.

"Gak papa kok, sayang. Tumben banget nanyain!"

Jika di dalam hati Rasyid bersorak senang, berbeda dengan Liana. Dia malah menghardik-hardik Rasyid karna sudah membuat hati dan jantungnya jadi berdetak tak karuan.

"Rasyid kampret! Baru kenal tapi udah bikin baper" Batin Liana geram sendiri.

Melipat tangannya di depan dada, Liana berucap "Lu jomblo ya?" Yang di tanya mengangguk mantap.

"Pantes aja, tingkat halu lu udah semakin menjadi-jadi! Saran gua sih, mendingan lu di periksa ke dokter hewan"

Liana bangkit, dia berjalan di koridor dengan langkah santai. Meninggalkan Rasyid yang kini tengah menatap cengo. Dia ditinggal? Serius?! Udah tiga kali loh ditinggal cewek. Di tambah gadis itu jadi yang ke empat.

Ngomong-ngomong, dia lupa. Lupa bertanya perihal nama. Walaupun hatinya sudah tahu menahu.

"WOE! YANG TADI MANGGIL GUA SAYANG! NAMA LO SIAPA?!"

Kepala Liana menoleh, dia mengejek Rasyid melalui tatapan matanya. Ibu jari miliknya mengacung ke atas, tetapi lama-lama jadi terbalik. Kembali ke alam sadar, bahwa Rasyid tidak akan pernah mudah mengambil hati gadisnya itu.

"Sejauh apapun kamu menghindar, selupa apapun ingatan kamu tentang aku. Kalau kita emang jodoh, kamu dan aku gak bakal bisa lepas dari ikatan takdir. Ini aku, va! Rasyid si cowok aspal jalanan!"

"KEPO BANGET KAYAK DORA!"

Tuhkan, Novanya tidak akan pernah berubah. Ia menjamin. Suatu saat nanti. Potongan-potongan ingatan tentang mereka berdua, akan Liana ingat. Rasyid jamin itu!

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Mau liat pemeran Rasyid gak? Nih author kasih (Liana menang banyak)

Kegantengan? Atau kedataran? Yang terpenting kalian hanya tinggal ngebayangin kalo misalkan cowoknya lagi senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegantengan? Atau kedataran? Yang terpenting kalian hanya tinggal ngebayangin kalo misalkan cowoknya lagi senyum. Senyumannya manis banget sampe ke bayang ke pikiran. Oke? Okelah.

LianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang