Arizona;6

28 8 0
                                    

"DARMIAANNNNN" Teriakkan Taani membuat ia seketika menjadi pusat perhatian di koridor kelas XII.

"Lo yang salah,Siapa suruh bajak hp gue. Gue bajak balik"

"Ck" Decak Taani karena Darmian sudah hilang entah kemana. Dia berbalik hendak kembali kekelas. Tapi baru satu langkah tiba-tiba cewek itu menghentikan gerakannya. Disana,tepat di depannya,cowok yang harus dihindarinya berdiri sambil menatap intens kearah Taani. Taani meneguk ludah,bisa-bisa air ludahnya akan habis jika terus-terusan meneguk ludah kalau sudah melihat Zona.

Taani menutup matanya setelah menyadari kalau dia sedang berada di koridor kelas XII IPA.

Mampus gue!!!! Taani melihat sekeliling,sudah tidak ada orang.Artinya bel masuk sudah berbunyi. Taani hendak berlari tapi Zona sudah lebih dulu mencekal tangan cewek itu. Ini adalah dua hari setelah kejadian dimana dia mendapati Zona sedang merokok.

"K... Kak. Udah... Masuk. Gu... Gue cabut dulu" Taani berusaha sesantai mungkin,tapi bukannya santai. Cewek itu malah bergerak-gerak gelisah,berusaha mendiamkan ritme jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya,dengan cara memukul dadanya sendiri.

"Kenapa lo mukul-mukul dada" Suara dari Zona sukses membuat Taani terdiam,dia mulai tersadar lengannya sedang digenggam Zona.

Taani semakin diam ketika Zona berdehem sambil melepaskan cekalan." Gue nggak suka basa-basi." Cowok itu menatap Taani tepat kedalam mata cokelatnya. "Biar lo enggak ember.."

Belum selesai Zona berucap Taani sudah memotong ." Apa kak? Emberr... Itu ember" ucapnya sambil menunjuk ember yang berisi air bekas pengepelan.

Zona melirik apa yang ditunjuk Taani,sebisa mungkin menahan agar sudut kedua bibirnya tidak tertarik,celutukan dari cewek di depannya ini memang dapat membuat orang panjang umur.

" Bukan.!! Maksud gue,biar lo tutup mulut soal kejadian dua hari yang lalu." Zona menunduk,mendekat kewajah Taani yang memang lebih pendek darinya.

"Mulai sekarang,lo jadi cewek gue"

Taani meneguk ludah,tidak bisa berkata apa apa, satu. karena jarak wajahnya dan wajah Zona sangat dekat,dua .karena Ucapan dari cowok di depannya. "Ka...kak . Jangan bercanda" Taani berusaha menguasai diri.

"Gue nggak bercanda!!" Bantah Zona dengan suara dinginnya. Kemudian pergi berlalu dari hadapan cewek yang berhasil memenuhi pikirannya sejak pertama kali bertemu.

....

"Apa ?!? lo seriuss" Teriak Binsar sambil melompat keatas meja Taani yang sejak tadi hanya diam.

"Waktu kapan?" Tanya Darmian berusaha kalem,agar teman-teman sekelas yang lain, tidak ikut-ikutan heboh.Apalagi menyangkut kakak kelas mereka yang dingin itu.

"Iya!!! Ini gara-gara lo tahu nggakk!!! Coba aja lo larinya ke kantin,atau ketaman,ha!!,Toilet cowok sekalian" Kesal Taani menunjuk Darmian yang sok kalem.

"Ya sori. Gue mana tahu jadi kayak gini. "

"Ck. Jadi gimana dongg.. Gue nggak mau sekolah lagi dehh"

Ucapan Taani sontak membuat ketiga cowok jangkung itu mendelik

"Alai banget lo anjirr. Gitu aja,elah. Cewek yang lain mahh pasti seneng." Binsar menatap Taani jenaka.

"Tau. Alai banget lo. " Darmian menoyor kepala Taani.

"Udah,nggak usah dengerin mereka Taan. Keputusan lo udah bener. Nggak usah sekolah lagi. Kawin aja" Celutuk Varo sambil memainkan jarinya.

"TAANI !!!" Bentakan dari arah pintu membuat Taani urung menjambak jambul kebanggaan Varo.

"Mampus gue" Bisik Taani melihat bu Sisi sudah berjalan masuk kedalam kelasnya. Cewek itu menahan nafas ketika mengingat kesalahan apa yang di lakukan tadi. Mencoret-coret whiteboard kelas sebelah dengan spidol permanent.

"Ternyata Ayahku adalah suami ibuku" Binsar terkikik geli di depan Taani,mengulang salah satu kalimat yang ditulis Taani di papan tulis putih kelas sebelah.

"Ternyata Mamaku adalah Ibu dari adik kandungku" Darmian menutup mulut dengan tangan,hampir aja khilaf tertawa ngakak.

"Bibirmu merah semerah mawar putih."

"Diem lo" Taani berdiri keluar dari kursi langsung menggeplak kepala ketiga temannya itu. Jika saja Taani tahu kalau spidol yang diberikan Varo adalah permanent dia tidak akan kena masalah.

"Sini kamu." bu Sisi langsung menjewer telinga Taani ketika cewek itu sudah ada di depannya.

"Adu..du...du bu sakiiit. " Ringisnya pasrah terseret menuju kelas yang mereka rusuhi tadi.

"Diam,kamu ya. Kelewatan. Sekarang tanggung jawab."

"Lah emang aku ngapain ibu?" Tanya Taani polos.

Sebelum benar-benar masuk kedalam kelas yang menjadi saksi bisu Taani merusuh. Taani mendengar teriakan Binsar " Aku ternyata anak dari Ayah dan ibuku." Lalu ketiganya tertawa.

Setelah Taani masuk kedalam kelas. Semuanya tersenyum bahagia,iya!bahagia diatas penderitaan Taani. Mereka menahan tawa,siapa pula yang akan menangis sekarang ini

"Sekarang kamu baca semua tulisan kamu ti papan tulis putih ini yang keras." Bu Sisi menatap tajam Taani yang berdiri di depan kelas.

Taani merapikan dasi,seolah-olah ia akan membacakan surat dari Agen Rahasia yang memberikan informasi pengeboman.

"Aku ternyata adalah saya yang diam-diam menjadi gue" Sebagian kelas sudah terkekeh,bu Sisi mendengkus.

"Aku ternyata adik kandung dari abangku hasil cetakan Mama papa ku setengah jam" Semua cowok dikelas Ips itu terbahak,Bu Sisi menggeleng-gelengkan kepala.

"Bibirmu merah semerah mawar putih''

" Gila " Desis bu Sisi mengundang tawa seluruh murid .

Taani menggarut leher,merasa agak bodoh,kenapa dia disuruh membaca kalimat-kalimat bobrok ini?

"Lanjutkan Taani yang keras." Bu Sisi kembali menatap tajam Taani.

Taani mengeraskan suaranya,nyaris seperti berteriak." BU SISI TERNYATA CANTIK TAPI TIDAK BEAUTIFUL BAGAIKAN NENEK LAMPIR DI SEBELAH bidadari..." Taani tiba-tiba mengecilkan suara di akhir kalimat,tawa kelas itu semakin keras. Apa apaan? Begitu banyak kalimat absurd di papan ,kenapa dia bisa dengan santainya membaca keras-keras kalimat sensitif bagi bu Sisi itu?

Bu Sisi segera berteriak.

"DIAAAAM. TAANI SEKARANG KAMU BERSIHKAN SEMUA LANTAI DI KORIDOR KELAS DUA BELAS. "























Arizona !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang