Prolog

2.2K 166 17
                                    

Malam itu, hujan lebat tengah bertandang, dengan suara gemuruh guntur dan kilatan petir yang sesekali menyambar. Jam telah menunjukkan pukul 12 malam waktu setempat, wajar saja jika jalanan pun benar-benar sepi selayak kota mati, membuat hampir semua orang enggan untuk meninggalkan rumah. Terlebih kasus pembunuhan tak rasional yang terjadi akhir-akhir ini mendoktrin warga menjadi paranoid, dan tak adanya pelaku jelas yang berhasil ditangkap, membuat semua orang harus memiliki kejelian ekstra dalam menjaga diri dan tak boleh sampai lengah.

Suara gemercik genangan air akibat langkah kaki seseorang memecah keheningan malam, bersama dengan gemuruh guntur yang terus menyambar. Siluet seorang lelaki berjalan dengan sedikit terseok, badannya telah basah oleh hujan, namun ia seakan tidak peduliㅡbukan tidak peduli, namun ia tak mampu, merasa terlalu lemah. Seluruh tubuhnya berdesir aneh, seperti ada racun yang tengah menjalar, berusaha mengoyak jantung dan otak. Pembuluh darah serasa akan meledak, ia tak tahu lagi bagaimana keadaan tubuhnya saat ini. Mata merah menyala dan taring yang perlahan terlihat dari kedua sudut bibir, serta kulit pucat dan urat leher yang mencuat, membuat ia benar-benar berubah. Wajah itu menyeringai, menampilkan sepasang taring tajam, sebelum akhirnya ambruk di bawah hujan; tak sadarkan diri.

. . .

"Ah, sial! Sudah jam segini!" gerutu lelaki itu. Tubuh lelah yang kini dipenuhi keringat tak lagi dipedulikan. Setelah melihat waktu yang ditunjukkan oleh arlojinya, dengan sigap ia segera mematikan tape yang sedari tadi menyala, lalu meraih hoodie dan tasnya, dan segera keluar dari ruangan tersebut; setelah sebelumnya mematikan saklar lampu. Ia berjalan dengan cepat menuruni tangga, hingga sampai di depan pintu keluar.

Hujan telah berhenti, berganti dengan suasana malam yang basah dan lembab. Lelaki tadi memakai topi dari hoodie-nya dan segera berjalan meninggalkan gedung tersebut, berusaha berjalan cepat namun dengan kondisi yang setenang mungkin. Walau ia sedikit takut akibat jalanan yang benar-benar sepi, ditambah rumor pembunuh berdarah dingin yang masih berkeliaran, membuat tubuhnya bergidik.

"Semua akan baik-baik saja. Aku akan sampai di rumah dengan selamat. Tuhan lindungi aku," gumamnya dalam hati, sembari mengatur napas yang tak karuan. Ia pun mempercepat langkah, mengantar tubuhnya menuju rumah yang aman.

. . .

Makhluk itu terbangun,makhluk terkutuk itu telah tersadar. Dengan kilatan mata merah menyala dankelaparan, ia segera mengendus dan berlari secepat kilat. Mencari mangsa, untukkemudian mempertahankan kehidupan terkutuknya.

[✔] Vampire (The Curse Creature) [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang