Page 9 | Rintangan

164 14 0
                                    

Samuel menggendong tubuh tak bernyawa milik Dae-Hwi, membawa tubuh itu memasuki rumah besar yang hampir menyerupai mansion, rumah tempat ia tinggal.

Wajah pemuda itu tampak lesu, tak bergairah walau setitik, matanya pun tampak kosong, dengan langkah yang menyeret lemas. Wajahnya yang pucat bahkan semakin memucat, membuat ia terlihat benar-benar bagai mayat hidup.

Samuel membawa tubuh penuh darah Dae-Hwi ke dalam sebuah ruangan yang tak pernah terjamah di lantai bawah tanah. Jika kalian membayangkan bahwa itu adalah tempat kotor dan berdebu, maka kalian salah. Tempat itu tak berbeda dengan tempat-tempat lain yang berada di rumah tersebut. Berupa sebuah ruangan putih bersih nan rapi, dengan penampakan beberapa vas bunga di setiap sudut, dan juga lilin-lilin lentera yang menempel di tembok sebagai pencahayaan.

Pada bagian tengah, terdapat sebuah peti, terbuat dari kaca, dengan bantalan beledu empuk. Warnanya putih bersih, dihiasi kain satin silk berwarna putih yang melapisi. Samuel membawa tubuh Dae-Hwi mendekati peti, lalu membaringkan tubuh itu dengan sangat hati-hati, seolah-olah tubuh lelaki itu adalah sesuatu yang sangat rapuh dan akan hancur hanya dalam satu gerakan salah. Ia memandang wajah yang tak sadarkan diri itu, mengelus surainya yang telah lengket akibat darah yang mengering.

Wajah si lelaki manis terlihat rapuh, tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali, membuat dada Samuel semakin terasa sakit. Perasaan takut yang sedari tadi bersarang tak juga lekas meninggalkan pikiran, malah semakin menggerogot hingga tulang, membuat Samuel benar-benar rapuh tak berdaya. Dae-Hwi adalah hidupnya, Dae-Hwi adalah sumber energi dan kekuatannya, namun ketika hal yang menjadi sumber kekuatan itu malah berada dalam keadaan yang sangat rapuh dan mengenaskan seperti ini, apakah ia mampu bertahan?

"Sayang, kau mendengarku?" bisik Samuel lirih. Tangannya mengusap pipi Dae-Hwi dengan lembut, namun tak mendapat respons apa pun.

Langkah kaki pada tangga kayu yang mengarah pada ruangan itu mulai terdengar, hingga beberapa detik kemudian, pintu pun terbuka, menampilkan sosok Sung-Woo dan Seon-Ho dengan sesuatu yang berada dalam pegangan. Keduanya melangkah masuk, menghampiri Samuel yang kini mengalihkan pandang ke arah mereka.

"Sam,"

Sung-Woo menyentuh pundak Samuel pelan, membuat pemuda itu langsung menjauhkan diri dari sosok Dae-Hwi yang masih terbaring lemah tanpa nyawa dalam peti kaca. Ia lantas melangkah cepat menuju pintu.

"Aku titip kekasihku, Ayah," bisiknya, lalu keluar meninggalkan ruang tersebut, menyisakan Sung-Woo dan Seon-Ho di sana.

Si dhampir menatap Dae-Hwi dengan prihatin; wajah manis yang penuh bercak darah dan luka, ditambah bibir mungil yang terlihat pucat, sangat pucat.

"Aku akan membersihkan tubuhnya," ucapnya, lalu meletakkan baskom berisi air hangat yang sedari tadi dipegang ke sebuah meja kecil di dekat tembok, tak begitu jauh dari peti. Sung-Woo pun mengiyakan.

"Kalau begitu, aku akan mengambil pakaian ganti." Si pria melangkah ke luar ruangan, meninggalkan Seon-Ho dengan sosok Dae-Hwi yang tak sadarkan diri.

Tangan lelaki itu mulai bergerak mencelupkan handuk kecil yang ia bawa ke dalam air hangat, memerasnya hingga lembab, lalu mengusapkannya pelan ke tubuh Dae-Hwi. Menghapus jejak-jejak darah yang telah mengering, dan kotoran lain yang menempeli. Ia menyibak poni milik lelaki yang masih terpejam itu, lalu mengusap luka yang tadi terus mengalirkan darah. Usapan handuk basah itu terus turun hingga pada bekas gigitan Samuel di lehernya. Seon-Ho membersihkan bagian itu dengan gerakan terlampau lembut. Ia terus melakukan hal tersebut, hingga seluruh tubuh Dae-Hwi bersih dari darah dan kotoran, mengubah air hangat pada baskom tadi menjadi merah pekat.

[✔] Vampire (The Curse Creature) [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang