20 [THE END]

96 27 2
                                    

Tak banyak yang aku dapati saat membuka mata, ketika Xiumin menyuruhku untuk menurunkan pandangan. Aku menemukan sesuatu. Di bawah tempat aku berkemah, ada sebuah parkiran di mana seharusnya terparkir banyak kendaraan. Tapi yang aku lihat hanya beberapa lampu kecil yang sudah disusun sedemikian rupa hingga membentuk hati. Memberikan kesan romantis.








Wait—what?

Aku menemukan ukiran namaku juga di sana, dengan beberapa bunga yang seperti sengaja dipesan untuk mempercantik lampu-lampu. Aku segera menoleh ke arah Xiumin yang ternyata sejak tadi sibuk memperhatikan ekspresiku.

“Dia bertanya padamu,” katanya menunjuk ke parkiran.

“Siapa?”

“Lampu.”

Aku kembali melihatnya, memang di akhir namaku ada sebuah tanda tanya seakan-akan seseorang memastikanku sudah menerima apa yang dia persembahkan.

“Jawab.”

“Iya, aku. Lalu apa?” tanyaku kembali menoleh dan mendapati Xiumin sedang mengulum senyumnya. Hah~ dia sedang menggodaku! “Xiumin!”

“Ituuuu… ada yang bertanya lagi,” kata Xiumin membuatku yang sedang tak sabaran ini mendesah jengkel. Mataku kembali melihat ke parkiran dan sudah mendapati beberapa lelaki di sana, membawa sebuah balon berwarna putih entah untuk apa.

Mereka tersenyum.











Ah! Aku pernah melihat mereka!

Semuanya adalah teman Xiumin, waktu itu aku pernah dihubungi salah satunya untuk mengantarkan lelaki tersebut pulang karena meminum obat tidur ketika mereka sedang mendiskusikan sesuatu. Beberapa dari mereka juga yang membuatku tak nyaman karena akhir-akhir ini sering berjumpa.

Mereka kompak melayangkan balon setelah hitungan ketiga, membuatnya terbang perlahan.

“Kau sudah melihat yang di bawah, coba buka kotak cincin yang satunya.”

Aku menuruti Xiumin selagi fokusku juga terbagi pada balon tersebut, kertas di dalam kotak bertuliskan kalimat sebaliknya dari yang aku jalankan sekarang. Katanya, aku harus melihat ke atas.

Bertepatan dengan itu, aku melihat balonnya sudah hampir melayang ke atas. Bodohnya aku baru sadar bahwa ada tulisan di sana.



















[Will you marry me?]



Aku ikut mendongak selagi balonnya melayang, inilah suruhan yang harus aku turuti dengan terus melihat ke atas. Rasanya getaran baru mengusik pendirianku, mana ada yang tahan karena kejutan ini apalagi dari kekasihmu sendiri.

Xiumin di tempatnya masih memperhatikanku dengan senyuman yang tulus, aku mendapatinya dari ujung mataku. Ekspresinya mengejekku seakan dia sudah tahu bahwa aku takkan menolaknya.

Tentu!

Aku memang menginginkan ini, mana bisa menolaknya?!

Tanganku terbuka lebar, memeluknya sambil menitikkan air mata. Belum sempat aku jawab, runguku mendengar riuh di bawah sana seakan-akan rencana mereka sukses tanpa cela.

Xiumin melepaskan pelukanku, berkata bahwa dia butuh kepastian dari suaraku. Dia tetap memberikan pilihan tentang mana yang lebih baik, apakah aku harus menerimanya atau tidak?

Tentunya aku langsung berseru, “Aku tak butuh pilihan untuk ini! Aku menyukaimu, itu sudah jelas!”

Detik berikutnya Xiumin tersenyum dan mengecup bibirku secara singkat, bibirnya sedikit bergetar menahan senyuman lebar. Aku tahu dia senang, begitupun denganku ketika dia mengeluarkan kotak cincin berwarna putih dari sakunya.

“Terima kasih, sudah bersabar bersamaku hingga kini.” Dia memasangkan sebuah cincin di jari manisku, tak lupa memanjatkan harapan untuk kelancaran hubungan kami selanjutnya.





Terima kasih juga, Xiumin. Kau selalu memikirkanku dan melemparkan banyak pilihan atas hubungan ini. Biar begitu, seharusnya kau tahu bahwa aku mencintaimu. Dan aku tak perlu pilihan untuk itu.
























Tamat.

Which one do you think is better...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang