PART 35

677 97 0
                                    

Musim semi 1895

Surat untuk kembalinya sang pengantar surat.

Yoongi tersentak dengan matanya yang kini membulat, jemarinya yang sedikit gemetar dengan air mata yang siap membasahi pipinya. Ia berlari kearah jendela setelah mendengar suara kereta api uap yang terdengar cukup jauh. Angin berseru menerpa rambut arangnya itu bersama aroma bunga yang begitu lembut.

"Aku bisa kembali?" gumam Yoongi yang kini mengukir senyum diwajahnya. Namun, matanya menangkap sosok pria bertubuh jangkung yang kini tengah bersenda gurau dengan seorang yang melintas. Ia segera berlari dan melangakahkan kakinya keluar.

"Yoonje!!"

Yoongi berteriak cukup kencang untuk pertama kalinya setelah lama tinggal didaerah itu. Membuat pria yang terpanggil menoleh dan melambaikan tangannya, lalu berlari kecil kearah Yoongi yang berada disebrang jalan.

"Aku terkejut kau berteriak. Ada apa? Sesuatu yang penting?" ucap Yoonje begitu bersemangat, namun ia menghilangkan senyumnya ketika mendapati air mata Yoongi dihadapannya.

"Kau mengetahui sesuatu tentang diriku bukan? Kita sama bukan?" ucap Yoongi hingga Yonje tersentak dan menundukan kepalanya, seolah sepatunya kini lebih menarik dibandingkan arah pembicaraan Yoongi.

"Bukalah surat hitam itu—Dan kembali pada orang tuamu—Aku akan menunggumu di Seoul" ucap Yoongi yang berjinjit dan mengacak surai Yoonje penuh dengan kasih sayang.

"Terima kasih Yoonje" ucap Yoongi yang kemudian melangkahkan kakinya mundur dan belari kearah rumahnya setelah mendengar suara kereta api yang semakin kencang.

Yoongi menghela nafasnya setelah sampai dihadapan pintu dengan lambang YNWA dihadapannya. Ia mengulurkan jemarinya dan mengusap lambang itu begitu lembut.

"You Never Walk Alone, kah?" gumam Yoongi yang kini memejamkan matanya sejenak, kembali memutar setiap kehidupan yang dialaminya, bahwa dirinya tak pernah sendiri, begitu pula dengan Jungkook, ataupun Seokjin.

Jiwa Jimin yang terlempar bersama dengan Taehyung, dan Yoongi yang menghabiskan waktunya bersama Yoonje. Bahka ditahun milikya pun, Yoongi tak sendiri, diirnya selalu dikelilingi oleh orang yang menyayanginya walaupu tanpa Jimin.

Yoongi tersenym tipis, mengingat kehidupan yang dialaminya. Sebuah surat yang memperingati bahwa dirinya tak pernah sendiri meskipun berpisah dengan Jimin.

Surat itu juga yang memberikan suatu hal yang berharga, bahwa cinta tak akan sepenuhnya hilang, Begitu pula dengan Jimin yang tak mengaku mencintainya namun tak bisa memutuskan hubungannya, begitu juga Taehyung yang kehilangan ingatan mengenai cintainya namun tetap mencintai orang yang sama.

Surat yang memberitahu, jika hati kita bersinar maka kita tak pernah sendirian.

Surat itu begitu berharga.

"Jiminie?"

Yoongi bergumam.

"Apa disana, aku bisa melihat?"

Yoongi menghela nafasnya begitu panjang hingga dirinya kini memegang knop pintu dan membuka perlahan. Hingga, sebuah cahaya yang begitu terang beserta angin musim panas itu menerpanya.

Air matanya menetes bersamaan dengan langkah pasti tanpa keraguan. Ia melewati pintu itu hingga dirinya mendapi peron yang begitu sepi dan nampaknya telah ditutup, namun sinar matahari jingga itu menyambutnya tanda malam akan datang.

Jingga itu memberikan kehangatan pada punggung kecil Yoongi dan juga memberikan pantulan pelangi pada air mata bahagia milik Min Yoongi. Yoongi terisak dengan kakinya yang terasa begitu lemas, namun sekali lagi dirinya harus menemui Jimin.

TRAIN TO SOUL [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang