PART 32

641 97 0
                                    

1885

Jimin mengetuk kakinya bebatuan halus dibawahnya, dihadapan rumahnya dan menunggu tanpa bosan sejak matahari itu terbit. Ia menghela nafasnya sejenak, merasa begitu rindu bahkan semakin rindu pada pria berkulit pucat itu.

Ia menundukan kepalanya dan memejamkan matanya sejenak, merasa mengantuk karena angin musim semi yang begitu lembut menyelimuti tubuhnya.

"Jiminie?"

Jimin segera membuka matanya dan mengangkat pandagannya hingga ia kembali menemukan manik berbinar yang begitu dirindukan. Ia kemudian tersenyum begitu hangat mengalahkan angin musm semi dan merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar Yoongi memeluknya.

Tanpa canggung, Yoongi segera berlari dan sedikit melompat agar lengannya dapat melingkar pada leher Jimin hingga Jimin segera mengangkat tubuh Yoongi dan melingkarkan kaki kecil itu pada pinggangnya.

Yoongi menyembunyikan pandangannya pada leher Jimin dan meraup aroma yang begitu sama, karena Jimin yang tengah merengkuhnya dan Jimin yang melepas kepergiannya adalah Jimin yang sama. Ia mengeratkan pelukannya membuat Jimin tertawa kecil.

"Jiminie? Aku tahu caranya agar kau kembali" ucap Yoongi yang kini menatap manik caramel dihadapannya, namun membuat Jimin mengerutkan keningnya. Hal itu membuat Yoongi menempelkan keningnya pada Jimin.

"Eoh? Apa maksudnya itu?" ucap Jimin yang kini memejamkan matanya, melepaskan kerinduan yang begitu meminta pelampiasan sejak semalam.

"Yak!! Jangan berbuat mesum disini!"

Jimin dan Yoongi tersentak hingga Yoongi turun dari pangkuan pria Park itu. Namun, Jimin melirik tajam pada suara barithone itu, menampakkan seorang pria dengan barret coklat dan juga longcoatnya yang berwarna senada tengah menatap dengan manik besarnya itu.

"Kenapa kau sudah kembali?" ucap Jimin sambil menautkan sebelah alisnya, karena hanya beberapa hari pria itu pergi. Namun, pertanyaan itu seolah angin lalu bagi Taehyung dan melangkahkan kakinya mendekat pada Yoongi dengan wajahnya yang memerah.

"Maafkan sahabatku, bahkan dimasa depan pun—Dia seperti itu" ucap Taehyung yang kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah Jimin. Hingga, Jimin kembali menggenggam jemari Yoongi dan mengajaknya untuk masuk kedalam.

Namun, Yoongi berhenti ketika ia menyusuri anak tangga itu, membuat Jimin berbalik dan menatapnya penuh dengan kelembutan. Ia kemudian menuruni anak tangga itu dan membiarkan Yoongi memiliki pandangan lebih tinggi darinya, takut pria pucat itu merasakan sakit pada lehernya karena mendongak.

Yoongi terdiam cukup lama, menatap manik caramel itu dan kembali menjatuhkan pelukannya pada Jimin, memeluknya begitu erat seolah itu adalah pelukan terakhirnya.

Jimin cukup terkejut, namun dengan cepat Jimin kembali membalas pelukan itu dan mengusap punggung kecil Yoongi begitu lembut.

"Apa terjadi sesuatu?" ucap Jimin yang akhirnya membuka suara karena Yoongi terus terdiam pada pundaknya. Namun, Yoongi menggelengkan kepalanya dan mengeratkan pelukan itu.

"Jiminie?" gumam Yoongi.

"Ya, Yoongi?" Balas Jimin begitu lembut dan menenangkan.

"Park Jimin?" gumamnya lagi.

"Hmm? Bicaralah Yoongi, jangan membuatku khawatir" ucap Jimin yang kembali mengeratkan pelukan itu, membuat Yoongi memejamkan matanya sejenak dan meraup aroma citrus yang menjadi candunya.

TRAIN TO SOUL [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang