PART 20

654 110 1
                                    

1885

Yoongi terdiam menatap kosong pada manik caramel dihadapannya, dengan jantungnya yang kini berpacu begitu cepat dan hatinya yang kini menjerit karena waktu terasa begitu lambat. Jemari itu kembali terasa lembab, memperlihatkan bahwa sosok Min kembali merasa gugup. Namun, ia kembali tersadar dari lamunannya dan menundukan pandangannya dengan senyum yang begitu tipis, berharap bahwa Jimin akan menjadi miliknya.

Jimin yang menyadari hal itu hanya tertawa kecil membuat Yoongi menatap maniknya cukup tajam hingga Jimin pun kembali menarik lengan Yoongi begitu lembut, mengajaknya untuk duduk disofa dan menikmati matahari yang terbenam dengan aroma bunga yang begitu manis menyelimuti mereka.

Yoongi menundukan kepalanya dan tersenyum. Namun, suasana yang begitu sepi itu membuatnya mengalihkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan, segalanya tertata begitu rapi memperlihatkan karakter yang cukup baik.

"Jimin-ssi? Dimana keluargamu?" ucap Yoongi yang kini menatap Jimin yang melirik kearahnya lalu, ia kembali tersenyum dan mengalihkan atensinya pada horizon yang menggelap hingga cahaya dari api didaerah danau dan ladang bunga itu kembali menyala.

"Entahlah—Aku tidak tahu" ucap Jimin dengan nada yang terdengar begitu sendu, membuat Yoongi menyesal karena menanyakan hal itu. Namun, Jimin kembali tersenyum dan memberitahu bahwa dirinya baik- baik saja.

Yoongi pun mengangkat pandangannya hingga dirinya menemukan sesuatu yang menarik dibalik tubuh Jimin.

"Jimin-ssi? Itu warna apa?" ucap Yoongi sambil menjatuhkan dagunya pada bahu Jimin dengan atensi yang tidakteralihkan pada pintu itu. Jimin melirik kearah tunjuk Min Yoongi dan turut mengarahkan jemarinya.

"Yang cerah itu berwarna putih, dan yang gelap berwarna hitam" ucap Jimin yang membuat Yoongi menganggukkan kepalanya dan bangkit untuk mendekat pada pintu itu.

Namun, Jimin mengenggam pergelangan tangan Yoongi, membuat Yoongi melirik dan mengerutkan keningnya, hingga Yoongi mendapati manik caramel yang terlihat cukup gelisah. Yoongi pun tersenyum singkat dan menggenggam jemari Jimin lalu mengajaknya untuk mendekati pintu itu.

"Aku hanya ingin melihatnya lebih dekat" ucap Yoongi yang kini menekuk lututnya dihadapan pintu hitam danputih itu, membuat Jimin turut menekuknya dan mengapit Yoongi pada kedua kakinya.

"Maaf—Karena, ada yang aneh didalam sana—Aku akan melarangmu masuk walaupun kau menangis dihadapanku" ucap Jimin yang sukses membuat Yoongi tertawa kecil setelah mendelik pada pria Park itu.

Yoongi mengarahkan jemarinya, menyusuri setiap lukisan pada pintu yang terlihat begitu indah dihadapannya, dengan warna jingga yang menghiasi bunga ditengah kegelapan. Ia menutup matanya, hingga tubuh itu tersentak.

Yoongi segera membuka matanya dengan manik yang kini bergetar memastikan bahwa yang dirasakannya tidaklah salah. Ia kembali menyusuri pintu itu secara perlahan hingga jemarinya gemetar, membuat Jimin segera mengenggam jemari itu dan membuat Yoongi membuka matanya.

"Kau baik- baik saja?" ucap Jimin yang semakin mengeratkan jemarinya, mengalungkan lengan itu pada pundak Yoongi, membaut Yoongi menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Aku hanya terkejut—Pintu itu, sama seperti pintu ruanganku diapartemen Jimin" ucap Yoongi yang membaut Jimin cukup terkejut dibelakangnya, karena bukan hanya dirinya yang serupa namun pintu itu juga serupa dengan Jimin yang bersama dengan Yoongi.

Tok

Tok

"Jimin-ssi?!"

TRAIN TO SOUL [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang