PART 22

619 100 0
                                    

1885

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1885

Malam semakin larut, terasa begitu sunyi walaupun pria berkulit pucat itu sesekali bersenandung dengan tubuhnya yang ia sandarkan pada tubuh kekar Park Jimin. Ia memejamkan matanya, terasa nyaman hingga melupakan bahwa Jimin- nya telah pergi.

Yoongi menyelusup pada lengan kekar itu mencari kehangtan walaupun perapian dihadapannya telah menyala. Jimin hanya tersenyum tipis dan mengenggam jemari Yoongi yang terasa begitu dingin, sesekali ia mengusap punggung tangan itu menggunakan ibu jarinya, menyalurkan ketenangan dalam setiap geraknya.

Pertama kali dalam hidupnya, Jimin merasa tenang dan juga nyaman bersama aroma manis yang kini menyelimutinya, membuatnya begitu serakah ingin bersama Yoongi setiap waktu, bahkan setiap detiknya.

Jimin mengecup puncak kepala Yoongi hingga pria berkulit pucat itu cukup tersentak, rasanya berdesir begitu hangat hingga lagi- lagi Yoongi berpikir bahwa sosok disampingnya adalah Park Jimin.

Yoongi melirik, sedikit mendongak hingga manik mereka kembali bertemu. Ia dapat menemukannya, manik hangat yang mungkin dimiliki oleh Jimin, dulu. Membuat dirinya ingin menghindari manik itu, namun segalanya seolah terkunci.

"Saranghae Min Yoongi" ucap Jimin dengan suaranya yang terdengar sedikit gemetar karena gugup.

Hal itu membuat Yoongi tersentak, maniknya kini membulat dan menatap Jimin penuh dengan harap. Ia berhenti bersandar dari tubuh Jimin, menopang tubuhnya dengan tangan kecil yang kini bertumpu pada paha Jimin. Yoongi dapat melihatnya, air mata itu menetes dari sudut mata Jimin.

"Jimin-ssi" gumam Yoongi yang kini merasa bahwa otaknya telah berhenti, karena tak tahu apa yang harus dilakukannya.

Jimin menghela nafasnya dan berbalik menghadap penuh pada Yoongi, pemilik mata kucing dengan kulitnya yang begitu putih. Ia mengeratkan genggamannya dan tersenyum begitu hangat.

"Hari itu—Ketika di toko bunga—Pertama kalinya aku begitu bahagia" ucap Jimin yang dengan suaranya yang gemetar. Namun, ia mengangkat tubuh Yoongi dalam pangkuannya, hingga manik itu terkunci begitu dekat.

Yoongi meletakkan jemarinya pada bahu Jimin sedikit meremasnya karena begitu merasa gugup disetiap inchi tubuhnya. Jimin mengusap punggung kecil Yoongi begitu lembut, membuat atensi Yoongi kembai fokus padanya.

"Saat aku melihatmu tersenyum hari itu—Aku merasa hatiku begitu hangat, hingga aku tak tahu kenapa—Hati ku seolah berbicara, aku ingin bersamanya—Seperti itu" ucap Jimin yang kini menyandarkan kepalanya pada dada Yoongi, menghela nfasnya yang begitu berat dan air mata bahagia yang masih menetes disana.

"Setiap kali aku terbangun, aku merasa bahwa hidup ini menyeramkan, karena aku tidak mengingat apapun bahkan aku tidak tahu mengapa aku disini—tapi, ketika aku meihatmu, aku merasa begitu tenang, hingga aku menunggu pergantian hari dengan hati yang hangat" ucap Jimin lagi yang kini melingkarkan lengannya pada pinggang Yoongi, mengikis jarak dan meraup aroma tubuh Yoongi yang begitu manis.

TRAIN TO SOUL [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang