Pecah Telor

12 0 1
                                    

Akhirnya kemarin kami tak menyelesaikan misi, kelompok kami hanya memperoleh 23 tanda tangan lalu kehabisan waktu. Maka hari ini kami memperoleh tugas tambahan, membawa bibit pohon mangga seorang satu. Kelompok lain memperoleh tugas yang lain pula, bermacam-macam. Ada yang membawa cangkul, bambu, sapu lidi, ember, tikar, bibit bunga, dll.

Kegiatan hari ini tidak dilakukan di sekolah, kami akan pergi ke daerah Kaliurang, katanya kami akan outbound. Tapi sebelumnya kamu akan bakti sosial dulu di perkampungan warga di Kaliurang.

Kami dibagi ke beberapa truk yang sudah disiapkan pihak sekolah di halaman depan, ini kali pertamaku naik truk, ternyata tinggi, sulit untuk dipanjat. Anak-anak lain pun kesulitan, terutama anak perempuan.

Ck! Aura kemana sih! Pekikku dalam hati, kami terpisah karena saking ramainya anak-anak yang mengantri naik ke atas truk.

"Ayo naik, gua dorongin!" Kata Anan dari balik punggungku, aku mengangguk cepat. Dia memegang pinggangku, mendorongku naik dari sisi belakang truk yang ternyata tetap kesusahan, akhirnya gagal.

"Nggak bisa Nan, tinggi!"

"Yaudah gua jongkok, lu naik ke pundak gua buat pijakan."

"Hah? Nggak ah, baju lu nanti kotor,lagian gua berat!"

"Yaudah ganti cara" katanya kemudian, lalu dia melihat sisi samping truk, "ayo, lu naik manjat ban, nanti gua tarik lu dari atas!"

Oh benar juga, mungkin cara ini bakal berhasil. Anan kemudian melompat naik dari sisi belakang truk dan langsung menuju sisi truk sebelah kiri. "Cepetan Din!" Katanya setengah berteriak.

Aku mencoba naik, berpegangan pada tiang besi melintang yang ada di body truk sebelah kiri, melangkahkan kaki naik ke atas ban lalu mendorong badanku naik, bisa! Lalu aku mendongak ke atas, tangan Anan sudah terjulur disana. "Makasih Anan.." Kuraih tangannya dan akhirnya aku berhasil naik.

Langkahku diikuti oleh anak-anak perempuan yang lain, Anan juga membantu mereka. Setelah semua anak naik, kami berangkat.

🥵 🥵 🥵

Aku sembunyi dibalik tubuh Anan menghindari angin, rambutku beterbangan, sialnya aku tak bisa mengambil karet rambutku di tas karena takut kehilangan keseimbangan, berdiri di bak mobil truk yang berjalan ternyata bukan perkara mudah, aku harus berpegang ke baju Anan sebagai pegangan.

"Anan, ambilin karet rambut ditasku dong, rambutku terbang2 lupa diikat" lalu aku membalik badan, berpegang pada anak lain di sekitarku setelah permisi sebelumnya.

Anan membuka dan mencari-cari didalam tasku, ketemu benda seperti tali, tapi yang diangkat ternyata tali bra, cepat-cepat dia masukkan lagi. "Dimana sih Din?"

"Di laci depan yang kecil, bukan bagian yang gede!"

"Lu nggak bilang, gua nemu apaan coba barusan!"

Yang dicari akhirnya ketemu, aku mencoba memasang sendiri tali rambut itu tapi malah hampir terjatuh saat mobil berbelok.

"Sini gua iketin!" Kata Anan kemudian smabil menyambar ikat rambutku. Aku menurut saja.

"Iketnya digelung ya,bikin cepol, biar rambut gua nggak terbang-terbang." Yang diajak bicara malah bingung, "udah sini gua minta bantu anak cewek aja"

Anan lalu memberikan ikat rambut itu sambil memperhatikan saat Dewi, anak kelas lain -aku belum kenal waktu itu-, mengikat rambutku.

Sampai di lokasi kami berkumpul lagi sesuai kelompok masing-masing, akhirnya aku bertemu Aura lagi. Setelah istirahat sebentar dan persiapan kami langsung bakti sosial di perkampungan warga hingga hampir tengah hari. Kami istirahat lagi untuk makan siang.
Jam satu siang kegiatan berlanjut, semua siswa dan guru menuju areal persawahan diujung kampung, rupanya bayangan akan outbound yang menyenangkan hanya mimpi disiang bolong. Kami outbound di sawah!

"Oke, sekarang kita lanjut acara keakraban, di dalam lumpur sawah dibelakang saya sudah disembunyikan gulungan misi, seperti ini (menunjukkan kertas yang digulung lalu dimasukkan dalam plastik), tugas kalian tiap kelompok adalah membagi diri menjadi dua. Dua orang akan mencari misi, dua orang menjalankan misi. Mengerti? Ada pertanyaan?" Kata kak Torro menggunakan pengeras suara.

Pertanyaan kak Torro dijawab dengan sorak mengerti oleh seluruh siswa.

"Jadi siapa yang mau cari misi?" Tanyaku pada Anan, Aura dan Alex.

"Gua nggak bisa, gua mudah gatal-gatal,sorry!" Kata Alex duluan.

"Gua juga nggak bisa Din, gua geli banget, nggak sanggup lah daripada gua teriak-teriak.." kata Aura memelas.

"Yaudah gua sama Aman yang cari di lumpur, kalian yang jalanin misi nanti, ayo Anan!" Yang diikuti oleh langkah Anan, sebelum masuk lumpur kami melepas sepatu kami terlebih dahulu.

Aku mulai masuk ke lumpur, berjalan perlahan ke tengah sawah kemudian membungkukkan badan kedepan mencari gulungan misi, Anan juga membantu mencari didepanku.

Tiba-tiba badanku terdorong dari belakang oleh anak lain yang dengan bodohnya masuk sawah tanpa melepas sepatunya, alhasil dia kesulitan berjalan dan berakhir dengan mendorongku ambruk kedepan, menimpakan kepalaku tepat di selangkangan Anan.

"Aaaawwwww.. tepat sasaran!" Kata anak laki-laki lain disekitar kami sambil memegang selangkangan mereka.

"Anan, lu nggak apa-apa? Sorry gua nggak sengaja!" Kataku panik, muka Anan biru.

"Wah baru juga dimulai rupanya sudah ada insiden pemecahan telur oleh kepala diujung sana, hahahaha.." kata Torro dengan pengeras suara ditangannya. Sontak semua tertawa, aku kalangkabut!

🤢🤢🤢

Jangan lupa tinggalkan vote dan masukkan dalam daftar bacaan kalian jika suka..

Temukan author di Ig : @bulanranum04

Makasih.. 😘😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anan-Dinda, first love should be endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang